Keesokan harinya selesai perkuliahan, Juliet mengunjungi sebuah ruangan yang ada di lantai empat. Kemudian dia melihat pintu ruangan itu dalam keadaan terbuka. Seketika dia menghirup aroma seblak dari dalam ruangan. Lalu dia berjalan memasuki ruangan. Di ruangan ada lima mahasiswa, duduk membentuk sebuah formasi lingkaran.
Diantara mereka berlima, ada dua orang temannya yaitu Wildan dan Rini. Rini memiliki postur agak gemuk, rambut menjulur sebahu, berkulit cerah, serta memakai kacamata. Dan dia adalah teman sekelasnya. Hari ini dia memakai kaos merah, dengan bertuliskan huruf kanji. Sepertinya dia datang terlalu awal, lalu dia langsung duduk di samping mereka, dengan rasa canggung.
Sementara mereka bertiga adalah senior tingkat lima. Kemudian para senior mulai memperkenalkan diri. Yang pertama, senior yang memiliki rambut pendek, berkulit sawo matang, serta bermata sipit, dia bernama Iqbal. Kedua senior menggunakan hijab, berkulit sawo matang, serta berbadan gemuk, senior itu bernama Rifa. Dan terakhir, senior berambut pendek, bertubuh kerempeng, dia bernama Dodi. Kemudian mereka semua mulai berbincang-bincang. Suasana di kelas seketika menjadi hangat, berbagai bahasan serta tutur kata yang lembut. Membuat Juliet merasa nyaman.
Satu persatu anggota baru mulai berdatangan, lalu mereka semua duduk di tempat yang mereka inginkan. Sedangkan ketiga senior sedang berbincang-bincang dengan santai. Setelah berkumpul, satu persatu anggota mulai memperkenalkan diri. Sementara itu Juliet duduk di bangku tengah, sambil memperhatikan anggota baru.
Rupanya tak hanya mahasiwa Jepang yang tertarik mengikuti UKM ini, namun berbagai jurusan berantusias untuk bergabung. Lalu dia pun menatap sekitar, namun tidak ada keberadaan Adam dan Adi disini. Sepertinya mereka sibuk, atau mengerjai dirinya. Meskipun begitu dia memutuskan untuk mencoba untuk mengikutinya. Jika tidak nyaman, dia berencana untuk segera keluar. Lalu melanjutkan rutinitasnya sebagai mahasiswa kupu-kupu.
Suasana yang ramai, membuat dirinya merasa canggung. Kepalanya terasa pening. Di dalam lubuk hatinya, dia berharap untuk segera berakhir dan kembali pulang ke rumah.Selesai perkenalan, pelajaran pertama dimulai. Hari ini para senior memperkenalkan salah satu budaya Jepang yaitu Shodo. Shodo merupakan seni menulis huruf secara artistik di atas kertas dengan menggunakan kuas dan tinta.
Walaupun berasal dari Cina, shodo Jepang juga menggunakan huruf kana yang merupakan bentuk sederhana dari huruf kanji. Pada abad ke enam hingga tujuh, shodo dianggap sebagai pendidikan yang wajib bagi kaum bangsawan dan samurai. Kini kegiatan itu dapat dilakukan oleh siapapun.
Sebelum melakukan kegiatan shodo, pertama siapkan kertas washi dan kuas. Tetapi karena kertas washi tidak ada, sebagai penggantinya para senior membagikan kertas HVS ukuran F4. Setelah itu, Alif senpai membagikan kuas beserta tinta hitam. Dalam penulisan bahasa Jepang ada dua cara penulisan, yaitu Tategaki dan Yokogaki. Tategaki adahal cara penulisan dari atas ke bawah.
Dalam penulisan tategaki, lebih mengarah pada tulisan yang mengandung emosi, seperti novel, komik, buku cerita dan lain sebagainya. Untuk kamus dan koran juga menggunakan penulisan tategaki. Penulisan ini sering digunakan, untuk tulisan yang bersifat emosional, sehingga sangat cocok untuk digunakan menulis kartu ucapan dan kaligrafi. Sedangkan Yokogaki adalah cara penulisan yang biasa kita gunakan, yaitu dari kiri ke kanan.
Yokogaki sering digunakan, untuk menulis hal-hal yang bersifat ilmiah, seperti artikel ilmiah, perjanjian, surat kontrak, laporan, laman web, blog dan lain sebagainya. Cara ini lebih populer dan sering di gunakan oleh kalangan muda. Selesai membagi rata, sekarang sudah waktunya bagi dirinya untuk unjuk gigi. Juliet memegang sebuah kuas dengan tangan kananya, lalu mencelupkan ujung kuas kedalam tinta hitam. Kemudian dia menulis kata, "Ningen", pada sebuah kertas. Ningen sendiri memiliki arti yaitu manusia. Kata tersebut terdiri dari dua huruf kanji, memiliki empat belas coretan.
Ada beberapa kesalahan dalam penulisan kanji, namun Iqbal senpai membantu untuk memperbaikinya. Para anggota baru mengikuti kegiatan itu dengan penuh semangat. Diantara mereka, ada salah satu anggota yang menarik perhatian. Orang itu bernama Rinto Ferdian, mahasiswa fakultas permesinan.
Kemahirannya dalam menggunakan kuas, langkah serta penulisannya yang simetris, membuat dirinya menerima berbagai pujian. Bahkan dia mengajari beberapa anggota baru secara sukarela. Hidungnya yang mancung, kulitnya seputih salju, serta gaya rambut curtain haircut. Membuat para betina mencoba untuk mendekatinya.
Juliet tidak memperdulikannya, lalu dia beserta dua temannya kembali berlatih shodo. Setiap kali Juliet mengalami kesulitan, dia bertanya pada temannya Rini. Dengan senang hati Rini membantunya. Satu jam telah berlalu, akhirnya kegiatan UKM telah berakhir. Sebelum pulang, seluruh anggota menulis absen pada sebuah kertas.
Kemudian Iqbal senpai, memberitahu bahwa kegiatan UKM akan berlangsung, setiap hari hari rabu selesai perkuliahan. Pertemuan kedua telah tiba, selesai perkuliahan Juliet beserta temannya Rini, pergi untuk memasuki ruangan. Disana tiga orang senpai, duduk berbincang-bincang, sambil menikmati makan siang.
Mereka berdua langsung memberi salam, lalu duduk di kursi depan. Sambil menunggu anggota yang lain, ketiga senpai (Senior) mengajak mereka berdua bermain kartu UNO. Pengalaman semasa sekolah, membuat dirinya menang sebanyak tiga kali. Dan sisanya ribuan kekalahan. Canda dan tawa mereka menghiasi setiap sudut ruangan.
Keramahan dari para senpai, membuat Juliet merasa nyaman. Satu persatu anggota mulai memasuki ruangan. Sudah saatnya bagi para senpai untuk memberikan materi. Hari ini para senpai akan mengajarkan, tentang dasar menggambar sebuah karakter, yaitu menggambar anatomi kepala.
Sebelum pelajaran dimulai, Dodi Senpai meminta kepada seluruh anggota untuk mengisi absen, pada sebuah kertas. Lalu Iqbal senpai membagikan kertas HVS satu persatu kepada semua anggota. Dan akhirnya semua anggota siap untuk menggambar. Langkah pertama, yang harus dilakukan adalah membuat sebuah lingkaran.
Sebisa mungkin buatlah lingkaran sempurna, setidaknya tidak terlalu melonjong. Kemudian berilah tanda titik di tengah lingkaran, lalu garis ke arah bawah, dan tentukan proporsi wajah. Buat garis besar bagian bawah wajah. Buatlah dua garis simetris, untuk membuat mata. Gambar hidung di garis tengah setengah bagian bawah, buat lekukan halus di antara mata.
Dan terakhir menggambar rambut, di atas kepala menggunakan berbagai ukiran, dengan menggunakan sebuah ukiran pensil. Setelah berjuang begitu keras, akhirnya gambarnya telah selesai. Berbagai bentuk abstrak terlukis dalam kertas setiap anggota. Melihat hal itu membuat ketiga senior tertawa, lalu mereka memberi sebuah arahan, kepada setiap gambar.
Seluruh anggota mengikuti arahan mereka dengan senang hati. Namun ada seorang anggota, menggambar kepala dengan sempurna. Orang itu tak lain adalah Rinto. Rinto menggambar kepala gadis cantik jelita dengan sempurna. Mata yang besar dan simetris , hidungnya yang mancung, rambut hitam menjulur ke bawah.
Sekali lagi Rinto menerima seribu pujian dari setiap anggota. Sementara itu Juliet terdiam, sambil meratapi nasib gambarnya yang tidak karuan. Kemudian Iqbal senpai mendekati dirinya, lalu dia duduk di sampingnya. Setelah itu dia memberi semangat kepada Juliet, agar terus mencoba dan bangga dengan hasil buatannya sendiri. Juliet pun merasa senang, lalu dirinya kembali bersemangat untuk mencobanya kembali.
Dan hasilnya tidak terlalu buruk dari yang sebelumnya. Tak terasa kegiatan UKM telah berakhir. Juliet berjalan menuruni tangga. Lalu berjalan berdua bersama temannya, mengunjungi sebuah kantin. Suasana kantin hari ini cukup ramai, sebagian mahasiswa duduk menikmati hidangan, sedangkan sebagian lainnya duduk sambil berbincang-bincang.
Ada juga beberapa dari mereka bermain gitar, sambil bernyanyi dengan suara merdu. Disana ada Adi, Adam, Fajar, serta Prasojo duduk di sudut kantin. Kemudian mereka bertiga, melambaikan tangan kepada dua temannya. Setelah itu Ririn dan Juliet berjalan lalu duduk tepat di sekitar mereka.
Sebelum duduk Juliet mampir ke salah satu warung, untuk memesan sebuah minuman dingin. Selesai memesan dia kembali duduk bersama mereka. Namun meskipun mereka adalah teman sekelasnya, dirinya masih merasa canggung. Dia hanya tersenyum sinis, lalu duduk sambil menatap keempat temannya. Lalu Adam pun bertanya.
"Gimana Mas Jul, masih jenuh?" Tanya Adam dengan wajahnya yang berseri-seri.
"Gak tau baru juga mulai," kata Juliet.
"Kalau masih bete, nongkronglah dimari bareng kita-kita," kata Prasojo.
"Iya bang, elu mah menyendiri terus. Duduk di pojokan lantai tiga, awas kesambet luh bang." Kata Fajar, dengan nada menakut-nakuti.
"Dilantai tiga sinyal wiifi kenceng, makanya gue betah."
"Dikantin malah lebih kenceng, iyah enggak di?"
"Oh iyah betul sekali Adam," kata Adi.
Beberapa menit kemudian pesanannya telah tiba. Lalu mereka mulai berbincang-bincang, hingga pukul sembilan malam. Rasa ngantuk telah merasuki dirinya, sudah saatnya bagi Juliet untuk pamit. Kemudian Prasojo menawarkan tumpangan kepada dirinya. Juliet pun menolak, sebab dirinya tidak ingin merepotkan siapapun.
Jika ingin berkunjung, mungkin Juliet akan mengajaknya di lain waktu. Kemudian dia mulai berjalan menelusuri lorong, lalu melangkahkan kakinya keluar gerbang. Juliet berjalan menelusuri jalan trotoar seorang diri. Jalanan yang gelap, tidak mengurungkan niatnya untuk kembali pulang.
Beruntung masih banyak kendaraan umum yang melintas. Sehingga dia bisa melihat, setiap sudut jalan dengan jelas. Sekian lama di perjalanan akhirnya dia sampai, lalu dia berjalan masuk dan menguncinya. Kemudian dia menghembuskan nafas panjang, seketika tubuhnya terasa lemas, setelah melihat pakaiannya yang masih tergantung di depan rumahnya.
Lampu di rumah Dedi belum menyala sejak pagi. Sepertinya dia sedang lembur di tempat kerjaannya, sehingga dirinya tidak sempat untuk pulang. Dedi ini sungguh merupakan seorang pria yang pekerja keras. Seluruh waktu yang dia gunakan, hanya untuk bekerja.
Kemudian Juliet berjalan lalu memasuki rumah. Selesai berganti pakaian, dia langsung pergi keluar untuk mengambil baju. Setelah itu dia pun menyetrika baju, lalu memasukannya ke dalam lemari. Dua jam telah berlalu tak terasa hari sudah semakin gelap. Juliet sangat kelelahan, lalu ketika dia berbaring diatas kasur dirinya langsung tertidur pulas.