Nathan menatap Max dengan sorot mata tajam. Buku tangannya yang telungkup di atas meja, tanpa sadar mengepal erat dengan raut wajahnya yang memberenggut.
Max masih di sana, seakan tak sudi meninggalkan sofa empuk yang membuat pria jangkun itu bersandar nyaman. Demi apa pun, Nathan menjadi tak fokus kerja saat ini, ia merasa terus di pantau dengan cara terang-terangan.
Lagipula ia masih tak habis pikir dengan pola pikir Max yang seakan meremehkan segala hal dengan tingkahnya. Bahkan untuk pekerjaan, pria jangkun itu menjadi seperti tak lagi serius. Lihatlah, bagaimana cara pria itu memindahkan meja kerja di ruangannya. Bahkan berkas-berkas penting milik Max sudah bertebaran di sana.
Atmosfir ruangannya menjadi tak nyaman. Terlebih saat perkara yang menyusup ingatan Nathan, saat Max yang tak sedikit pun menanggapi celotehannya mengenai sebuah nama yang di sebutkan. Sungguh, apakah sulit untuk Max menceritakan sedikit saja kabar wanita yang sejak dulu seperti membencinya itu?