"Ayo menikah Minggu depan setelah kamu pulang dari negara X?"
"Maaf ya Aku gak bisa ikut kesana, tiba-tiba perusahaan dari luar negeri ingin mengadakan pertemuan. Jaga diri baik-baik disana ya?"
"Kepada seluruh penumpang harap tenang dan segera memakai peralatan untuk bersiap terjun dari pesawat"
"Maafkan aku, pergilah lebih dulu"
"Gak, kita bisa pergi sama-sama, gue bisa nunggu lo disini"
"Maaf"
Tiiitt....tiitt....
"Segera tinggalkan pesawat, segera tinggalkan pesawat, segera tinggalkan pesawat"
"Huftt..."
"Kamu bermimpi?"
Rachel tersadar dengan keringat yang membasahi keningnya. Setelah pulang bersama Agatha, dia tertidur karena kelelahan. Dia bahkan melupakan acara ulang tahun Raquelle yang akan segera dilaksanakan sekitar satu jam lagi. Saat dia bangun, Agatha bahkan sudah siap dengan jas hitam nya. Seketika mimpi buruk Rachel terlupakan disaat melihat betapa tampannya laki-laki dihadapannya.
Agatha mendekati kasur lalu menaruh sebuah kotak dipinggir ranjang tersebut dengan balutan pita merah.
"Pakai ini, kita harus pergi ke acara ulang tahun adikku sekarang" ujar Agatha
"Kenapa baru diingetin Agatha, lo mau datang jam 2 malam nanti? Gak tau aja lo kalau cewek make up itu lama" Rachel malah memarahi Agatha sambil berlari kekamar mandi, sesaat dia kembali lagi karena lupa mengambil handuknya. Begitu terburu-buru nya dia bahkan lupa dengan peralatan-peralatan mandinya.
"Dasar cowok gak peka" setelah mengambil handuknya, Rachel langsung menutup pintu kamar mandinya dengan keras
Apalagi yang bisa Agatha lakukan selain tertawa? Dia sama sekali tidak marah atau pun merasa kesal, melihat Rachel kesal malah membuatnya semakin cinta. Namun disaat Agatha masih memikirkan Rachel, sebuah nomor muncul dilayar handphonenya.
"Keluar dulu, aku tunggu di halaman depan" setelah mengatakan satu hal tersebut, orang diseberang sana langsung menutup telponnya
"Ada apa sama dia?" Agatha pun keluar kehalaman depan rumahnya
"Ada apa?" Tanya Agatha
"Gue mau lo segera lepasin gadis itu Agatha, lo harus sadar kalau dia bukan Rachel. Agatha, gue bilang semua ini demi kebaikan lo" Aksa berbicara dengan lancang dan langsung kepada intinya
Agatha selalu memejamkan matanya jika ada sesuatu yang membuatnya frustasi, dan hal itu sudah menjadi ciri khas Agatha tersendiri. Dia menoleh kearah Aksa yang sedang serius berbicara dengannya, menatap seberapa raut wajah itu menunjukkan kejujuran dan ketulusan dalam memberikannya saran. Tetapi Agatha sama sekali tidak menyukai tatapan itu tertuju kepadanya, dia tidak suka bola mata yang seakan meminta belah kasihan itu.
"Lakukan saja apa yang aku suruh" Agatha
"Gue bicara sebagai teman, bukan bawahan lo Agatha, jadi tolong dengarin gue" Aksa
"Kau tau apa yang akan aku lakukan jika kau melawanku? Aku tidak akan bernegosiasi hanya karena kau sahabatku" ancam Agatha
Aksa tau betul jika Agatha tidak pernah main-main dengan perkataannya. Karena sikap keras kepala itu dia sama sekali tidak pernah mau mendengarkan saran orang lain, dia selalu menganggap keputusannya itu tepat. Namun Aksa sudah terbiasa melihat sisi gelap Agatha, itu bukanlah suatu kejutan yang tiba-tiba membuatnya takut sampai harus mundur dan menuruti Agatha. Dia bisa membantah karena Agatha tidak bisa menghancurkannya, Agatha membutuhkannya.
Selama disana, Agatha mengeluarkan sebungkus rokok yang berada didalam saku celananya, dia juga selalu membawa korek api kemanapun dia pergi. Agatha mulai menghisap rokoknya sambil duduk disebuah kursi didekat sana. Aksa mengikuti Agatha lalu dia duduk disebelah Agatha.
"Kenapa gak coba tunjukin sikap asli lo sama gadis itu?" Tanya Aksa
"Agar dia meninggalkanku?" Agatha mengeluarkan smirk nya lagi
"Mencintai dalam kebohongan bukan suatu hal yang akan selamanya berjalan baik Agatha" Aksa
"Kamu terlalu banyak bicara malam ini Aksa" Agatha menatap Aksa dengan sinis
Dibalik sikap Aksa yang selama ini patuh kepada Agatha didepan semua orang itu tidak sama dengan sikap Aksa yang sesungguhnya kepada Agatha. Mengapa selama ini Aksa bisa bertahan bahkan sampai berpuluh-puluhan tahun disamping Agatha? Itu karena dia berbeda dari orang lainnya. Aksa bisa menaklukkan Agatha karena dia mempunyai satu kelemahan Agatha yang bahkan kedua orang tuanya pun tidak tau.
Disaat SD Aksa bertemu dengan Aksa, mereka tidak dekat karena tidak sekelas. Namun sejak SMP Aksa mulai mendekati Agatha dan menjadi satu-satunya teman Agatha di sekolah. Jika semua orang pergi karena takut dengannya, maka Aksa akan datang dan menariknya dari lubang hitam yang membuatnya kesepian. Namun suatu pagi Aksa melihat sebuah kejadian yang tidak seharusnya dia lihat, matanya terbelalak dan kedua tangannya bergetar hebat. Anak SMP yang melihat kasus pembunuhan digudang yang menakutkan dengan luka korban yang mengerikan dan darah yang bertebaran. Hanya Agatha yang terlihat bernafas dengan lega disana, jadi salahkah jika Aksa menuduh Agatha sebagai pelakunya?
Semenjak itu Aksa sering dikejutkan dengan hal-hal yang tak terduga, dia sering mendapatkan surat peringatan dan juga berbagai teror disetiap malam, dia yakin jika itu ulah Agatha. Keesokannya dia pergi menemui Agatha disebuah gang kecil didekat sekolah, dan lagi-lagi dia melihat Agatha yang sedang membunuh orang dengan ganas.
"Seorang pembunuh berantai yang menyamar menjadi CEO muda, berteman dengan polisi dan mempunyai koneksi yang luas-"
"Lo psikopat tergila Agatha" lanjut aksa
"Tutup mulutmu sebelum aku yang akan melakukannya" Agatha
Perkataan Aksa membawa Agatha kembali bernostalgia dengan masa lalunya yang kelam, dimana dia diperlakukan seperti hewan dan dijadikan sandera yang akan dikeluarkan disaat mereka membutuhkannya. Tidak sehari pun tubuhnya yang kecil saat itu kering tanpa adanya aliran cairan merah yang keluar dari dalam tubuhnya. Dia selalu disiksa, dan selalu dilatih keras untuk menjadi sosok lelaki gagah yang perkasa. Begitulah cara ayahnya mendidik Agatha
"Psikopat yang berusaha bersikap manis karena dia terobsesi kepada seorang gadis, Ooh lucunya" Aksa
"Diam" Agatha masih bersabar dan tetap mengingatkan Aksa untuk segera diam
"Kupikir kau bahkan tidak menyukai gadis, orang seperti mu biasanya tidak bisa merasakan apapun, karena kalian tidak mempunyai hati nurani" Aksa
"Apa kau mempunyai hati nurani?" Tanya Agatha
Aksa terdiam sejenak, lalu bibirnya mengukir sebuah senyuman tipis sambil berkata
"Setidaknya aku tidak membunuh orang"
Agatha sangat santai, bahkan disaat Aksa mengungkit keburukannya dia masih sempat untuk menghirup asap rokok dengan kaki yang disilangkan diatas kaki kirinya. Tiba-tiba Agatha langsung mematahkan rokoknya, disembunyikan benda kecil itu didalam saku celananya. Setelah itu seorang gadis menghampirinya dengan senyuman yang berkibar diwajahnya
"Lama ya? Ayo berangkat" ajak Rachel
Agatha menuruti perkataan Rachel
"Tunggu" sanggah Rachel
"Kenapa?" Agatha
"Kayak bau rokok" Rachel mendekati Aksa lalu ditariknya jas Aksa, dia mencium baunya. Karena tidak menemukan bau itu di Aksa, kini Rachel menuju kearah Agatha yang sedang mengusap rambutnya kebelakang dan satu tangannya lagi yang tersembunyi didalam saku celananya. Diciumnya jas Agatha oleh Rachel seperti tadi dia mencium bau dari jas Aksa. Dia sudah mempunyai firasat buruk bahkan ketika dia menatap Agatha yang gelisah saat menatapnya
"Lo ngerokok?" Tanya Rachel
"Gak" Agatha
"Okey, Jangan deket-deket sama gue" Rachel berjalan lebih dulu untuk masuk kedalam mobil
Meski Rachel sudah berulang kali melarang Agatha untuk mendekatinya karena dia benci bau asap apapun itu, namun Agatha semakin ingin membujuknya. Tetapi Rachel yang tangguh pada pendiriannya tetap diam dan acuh tak acuh seakan Agatha tidak ada disampingnya. Bahkan disaat mereka sudah sampai ditempat acara ulang tahun Raquelle, Rachel masih menjaga jarak dengan Agatha
"Happy birthday Raquelle"
Kebanyakan orang mengatakan itu termasuk Rachel yang berdiri tepat disamping sang tuan rumah dan juga Melissa. Tetapi tanpa sengaja Melissa menumpahkan minumannya keatas baju Rachel karena tangannya tersenggol dengan seseorang dibelakangnya
"Aahh maaf Rachel gue gak sengaja" Melissa
"Gapapa Melissa, udah santai aja" Rachel perlahan mundur dan menuju ke kamar mandi untuk membersihkan bajunya
"Duhh mati deh gue, gimana nih? Nanti yang ada kak aga marah lagi gara-gara gue tumpahan minuman ke bajunya Rachel" Melissa menjadi takut jika Agatha akan mengomelinya
"Udah tenang aja, ada Devano nanti yang belain lo" Raquelle
"Dia gak bisa diandalkan, gak kayak kak Agatha yang selalu ada buat Rachel. Jujur gue iri sama mereka" Melissa
"Gitu-gitu juga kak devano itu tetap pacar Lo" Raquelle
Diantara mereka hanya Raquelle yang tidak mempunyai pacar, begitulah kehidupannya yang serba terlarang oleh kakaknya. Sedangkan Rachel dan Melissa sudah menjalin hubungan selama 3 tahun dengan kekasihnya.
"Lo liat kak agatha gak?" Tanya Raquelle
"Ke toilet, kayaknya mau nyusul Rachel" Melissa
"Dahlah, yang lengket mulu kayak permen karet" Raquelle
✓✓✓
"Hiks....hiks...."
"Siapa aku?"
Gadis itu terus menatap dirinya di cermin dinding yang besar itu sambil menangis. Semenjak kehilangan ingatannya, dia merasa jika dunianya menjadi gelap meskipun matahari sedang bersinar terang. Dia merasa jika awan menghalangi cahayanya sehingga kegelapan terus menyelimutinya, tidak ada yang bisa dia lakukan untuk keluar dari kegelapan kecuali berdoa kepada sang pencipta dan menunggu keberuntungan memihak kepadanya.
"Happy birthday to you? Aku pernah ada diposisi Raquelle dengan orang yang berbeda disekelilingku, tapi siapa?" Tanyanya kepada dirinya sendiri
"Apa aku sungguh Mirachelia Larisa?"