Hari itu, Pradita sedang berada di Rumah Sakit Karya Nusantara untuk menjenguk ayahnya. Ia melangkah secepat mungkin karena ia sudah tak sabar lagi untuk memberitahu kabar yang baik pada ayahnya.
Namun, saat ia melewati lorong yang cukup sepi, ia kembali merasakan seseorang yang mengikutinya lagi. Pradita sudah tak tahan lagi. Jika memang ada orang yang hendak mengganggunya, maka orang itu harus berhadapan dengannya.
Pradita menghentikan langkahnya dan kemudian berbalik. "Ayo keluar! Ngapain nyumput-nyumput?!"
Pradita melihat ada sebuah bayangan dari balik tiang tembok. Ia mendekati tiang itu dan melihat seorang wanita sedang menunduk sambil menalikan sepatunya. Ia menyipitkan matanya ketika wanita itu mendongak.
"Ada apa?" tanya wanita itu dengan wajah polos tanpa dosa.
Pradita menghela napas dan kemudian melembutkan ekspresinya. "Oh … maaf, saya pikir …."
"Kenapa, Mbak?"