"Iya, Bro," jawab Iwan. "Gak enak gua udah nyusahin. Lebih deket naek angkot di stasion daripada lu anterin ke sekolah mah."
"Ya udah kalo gitu."
Iwan segera mengguncang badan Wahyu dengan sadis sampai Wahyu terkejut.
"Apaan sih lu?!" keluh Wahyu sambil matanya setengah terpejam.
"Udah mau nyampe, Bro. Kita turun di stasion aja ya. Entar naek angkot barengan, oke?"
"Oh, oke." Wahyu mengerjapkan matanya sambil melihat-lihat ke luar jendela.
Akhirnya, setelah memasuki daerah stasiun kereta api, Bara pun menurunkan kedua sahabatnya. Tas-tas sudah diturunkan dan mereka pun berpisah.
"Makasih banyak ya, Bara," ujar Wahyu dan Iwan secara bergantian.
"Dadah, Ayank Dita," ucap Iwan.
Iwan dan Wahyu melambaikan tangannya, sementara Pradita tersenyum membalas lambaian tangan mereka.
"Sialan! Si Iwan doyan amat nyebut kamu ayank," keluh Bara.
Pradita terkekeh. "Dia kan cuman bercanda, Yank."
"Ih, tiap kali kamu nyebut aku sayang cuman pas ada maunya aja." Bara memberengut.