Bara mengangguk sambil tersenyum. Pradita pun menghampiri ibunya yang sedang memindahkan martabak itu ke piring. Lalu ibunya mengambil pisin kecil dan mengisinya dengan martabak itu.
"Ambil minum gih buat Bara."
Pradita menurut. Ia mengambil segelas air minum dan hendak berjalan ke ruang tamu.
"Eh, bentar!" panggil ibunya. "Kasih ini buat si Bara."
Pradita memberengut dan terpaksa menerima pisin berisi martabak itu. Ia mengumpat dalam hati. Ia tidak akan memakan martabak itu meski aromanya menggoda, menggelitik hidungnya.
Ia berjalan ke ruang tamu dan menyerahkan benda-benda sesajen itu di meja.
"Eh, makasih, Dit."
"Hmm," jawab Pradita ketus.
Ia duduk di ruang tamu dan mengambil buku novelnya. Ia berniat untuk membuat Bara kesal karena ia tidak mempedulikan cowok itu.
"Kamu gak makan martabaknya, Yank?" tanya Bara sambil mengunyah.
"Kan katanya martabaknya buat mama papa aku," ujar Pradita mengulang perkataan Bara yang menyesakkan hati.