"Eh, gak jadi, gak jadi," tolak Bara sambil menggerak-gerakkan tangannya. "Makasih, gak usah. Aku mending gak usah tanding kopi-kopian."
Pradita jadi tertawa lepas. Ternyata Bara kalah sama kopi. Padahal kulitnya sudah terlihat bagus, eksotis seperti kopi susu.
Siang itu, Bara mengajaknya untuk makan di restoran yang menurut Pradita sangat mewah. Bara memesan menu udang yang dimasak dengan saus mentega, ayam lemon, oseng sayuran bermacam-macam jenis berwarna-warni, dan siomay yang disimpan dalam sebuah wadah kukusan.
Pradita melebarkan matanya dan terkejut ketika melihat makanan sebanyak ini di mejanya. Selama ini Pradita sudah lama sekali tidak pernah makan mewah. Bagaimana bisa seorang anak SMA memakan makanan yang semewah ini?
Rasanya ia jadi ingin menangis. Betapa beruntungnya ia bisa makan makanan sehebat ini. Ia jadi teringat pada kakak dan ayahnya, apakah mereka juga sudah makan dengan kenyang hari ini?