menyampirkan rambut panjangnya yang sudah mengering sehabis membilas ketika mandi, Violet menyisir rambutnya dari atas kebawah menggunakan sisir yang menjadi sisir kesayangannya sejak kecil di istana Ettheria, dari awal kamarnya memang tidak ada yang berubah, letak tempat barang-barang nya pun masih persis sama seperti saat ia meninggalkannya ke istana Barat.
sudah selesai dengan bagian Rambutnya, Violet beralih pada bagian wajah, ia hanya memakai sedikit bubuk tabur untuk membuat wajahnya terlihat lebih segar dan menambahkan perona bibir tipis. ia juga mengoreksi gaun yang ia kenakan, ia merasa harus berpenampilan lebih menarik, entahlah, mungkin efek samping dari suasana hatinya yang sedang baik pagi ini.
"diam ku telah terbayar, dibalik emosi yang terbendung, tuhan selalu memberi jalan untuk umatnya ditengah kesulitan, terima kasih atas nikmat yang tak memiliki akhir, maafkan atas segala prasangka burukku, engkau selalu memiliki cara tersendiri untuk membahagiakan setiap jiwa," Violet mengucap syukur dalam hati, ia begitu merasakan ketenangan yang sebelumnya ia pikir tak bisa ia rasakan kembali.
kembali mematut penampilannya di hadapan kaca besar meja rias, Violet terpikir untuk keluar dari kamar untuk mencari keberadaan Adam serta Kevyan, rasa rindu itu kembali hadir bahkan setelah mereka baru saja menghabiskan waktu cukup lama semalam. apa rasa cinta yang menggebu itu selalu hadir seperti ini? terlalu tiba-tiba hingga kita sulit mengetahuinya?
tak habis pikir akan rasa hatinya, Violet jadi malu sendiri ketika teringat masa ia terlalu membenci Adam, jika saat itu ia mengatakan tak akan pernah bergantung pada Adam, maka kini ia harus menahan tawa karena penuturan labilnya kala itu.
merasa telah siap dan tak memiliki kurang satupun dalam penampilannya, Violet dengan cepat membalikkan langkah berjalan menuju pintu kamarnya yang tertutup, ketika knock pintu ia buka, ia di kejutkan oleh kedatangan dua orang pasangan yang baru saja sampai di depan Ruang kamarnya.
ketiganya juga mematung, entah itu Violet, ataupun Carlo dan Anya yang tampak kaku untuk membuka mulut agar memecah kecanggungan.
"Salam Agung, Yang Mulia..." Anya membungkukkan setengah badannya menghadap Violet, namun juga dengan pergerakan hati-hati karena di dalam gendongannya masih ada Kevyan.
Violet menatap Carlo dan Anya secara bergantian kemudian beralih ke Arah Kevyan yang ia cari-cari sejak tadi, "bagaimana bisa Kevyan ada bersama kalian?" tanya Violet tanpa menghiraukan salam Anya.
"ah, saya mendapatinya dari seorang pelayan, saya kemari untuk mengembalikan pangeran Kevyan kepada anda, Yang Mulia."
"pelayan?" batin Violet bertanya bingung. jelas Violet akan bingung, bukankah dari tadi malam Kevyan masih ada bersama dengan dirinya dan Adam? apa berarti Adam yang membawa Kevyan dan memberikan kepada pelayan sebelum berakhir dalam gendongan Anya? tapi untuk apa?
Violet yang masih larut dalam kemungkinan-kemungkinan yang ia kira-kira, tak luput memperhatikan Carlo yang seperti tengah mencari kata-kata untuk mengawali percakapan. Violet juga sedang menunggu, menunggu adiknya itu berbicara setelah sekian lama bungkam dengan berbagai masalah yang diciptakan pria itu.
"sepertinya kami berdua datang di waktu yang kurang tepat, apa Yang Mulia akan bepergian ke suatu tempat sekarang?" tanya Anya.
"tidak, justru aku berniat untuk mencari putraku tadi," jawab Violet, sambil memicingkan sudut matanya menatap Carlo.
***