Violet mengulas senyum ringan saat Victoria mendatangi kamarnya.
Hari ini, tepatnya dua Minggu setelah kedatangan Aldrige yang membuatnya benar-benar kalut, adalah hari penobatan Adam sebagai Raja dari kerajaan Barat menggantikan, Axton, ayahnya. Yang artinya juga merupakan penobatan dirinya sebagai Ratu negeri tempat suaminya memimpin.
"Ayo, Violet, semuanya sudah menunggu."
"Menunggu siapa? Aku?" Bingung Violet
"Tentu dirimu."
Violet mengangguk pelan, mungkin karena dirinya kurang fokus jadi tidak menangkap perkataan Victoria tadi.
Keduanya kemudian berjalan beriringan menuju Aula di istana, sepanjang jalan sudah terdapat dekorasi mewah yang di penuhi bunga dan material yang terbuat dari emas.
Banyak dari pelayan yang membungkuk hormat ketika melihat mereka, Violet hanya memberi senyum kecil, sedangkan Victoria hanya menunjukkan tampang datar.
Violet tau, hal seperti ini pastinya sudah biasa dilihat dan sangat lumrah bagi anggota kerajaan, tapi tetap saja, lebih baik memberi seulas senyum dari pada memberikan kesan buruk, apalagi dirinya adalah anggota baru di dalam istana barat, kesan pertama yang baik sangat penting untuknya.
"Violet, bagaimana hari mu selama disini, apa ada yang menyusahkan mu?" Tanya Victoria di sela perjalanan mereka.
"Tidak ada Yang Mulia, hanya saja karena istana barat adalah lingkungan baru bagiku, perlu sedikit waktu untuk bisa menyesuaikan diri," jawab Violet
"Sudah berapa kali ku katakan sayang, kau sekarang sudah menjadi anakku juga, panggil aku ibu, seperti Darry dan Adam memanggilku," ujar Victoria yang membuat Violet meringis pelan.
"A-ah, iya ibu, entah mengapa aku selalu merasa canggung saja."
"Sejujurnya aku yang merasa canggung kepadamu, Violet."
"Memangnya kenapa, ibu?" Bingung Violet saat mendengar perkataan Victoria.
Victoria menatap Violet, "memiliki menantu seperti mu rasanya seperti mimpi, Violet. Aku rasanya tidak percaya bahwa wanita yang diperistri oleh Adam adalah kau, kau adalah.. Keberuntungan kami," jelas Victoria dengan air muka sendu, ia menunjukkan gurat tulus saat mengatakannya.
"Tapi si anak bodoh itu malah melakukan tindakan aghh... aku sendiri sebenarnya tidak setuju saat anak itu mengumumkan Freya sebagai Selir utama nya," lanjut Victoria dengan nada penuh amarah.
"Ibu tidak perlu marah begitu, biar bagaimanapun ini sudah menjadi keputusan Adam, tapi walau begitu, aku juga tidak akan memaafkannya bila ia menyesal nanti," sahut Violet dengan senyum yang dipaksakan.
"Benarkah, nak? Sebenarnya aku juga tidak memaksa, tapi sebagai seorang ibu, aku mohon agar kau tidak akan pernah meninggalkan anak bodoh itu, aku yakin suatu saat ia akan menyesali segalanya, tapi sekali lagi aku mohon agar kau bisa memaafkannya, walau terdengar mustahil, sekiranya tolong usahakan itu."
Violet melirik Victoria, terlihat dengan jelas wajah sedih yang ditampakkan wanita paruh baya itu, ada perasaan tak tega, tapi ia juga tidak bisa membohongi hatinya.
"T-tuan putri! "
Violet dan Victoria terkejut saat tiba-tiba beberapa pelayan menghadang jalan mereka, wajah para pelayan itu mengarah kearah Violet yang justru mengernyit heran.
"Ada apa ini?" Tanya Victoria tegas.
"Maafkan kelancangan kami, Yang Mulia. Tapi--"
"Kenapa?" Tanya Violet.
"Begini, Tuan Putri, saat kami hendak membersihkan area dapur istana, kami menemu--"
Ucapan pelayang itu terpotong, namun bukan Victoria ataupun Violet yang menjadi penyebabnya. melainkan suara tangisan melengking yang berasal dari salah seorang pelayan, tapi bukan pelayan itu yang menangis, tentu saja bukan.
Suara itu berasal dari gendongan pelayan yang kini tengah mendekat kearah Violet, raut wajah Violet menegang saat melihat sang pemilik suara tangisan, perasaan tak percaya, gelisah, dan terkejut bercampur menciptakan atmosfer yang membuat jantungnya berdenyut pelan.
"Bayi siapa ini?"
Violet bingung, ia tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya kepada Victoria.
"Tuan putri, di dalam sini ada surat yang menyebutkan nama Tuan putri," jelas pelayan tersebut.
"Anak siapa itu, Violet?" Tanya Victoria
Violet kalut, ia tidak ingin menjawab pertanyaan Victoria sekarang, ia lebih memilih mengambil bayi yang tengah menangis itu ke dalam gendongannya.
"Ssshh.. shhh..." Violet mengayunkan pelan gendongannya, berharap tangis nya akan segera reda, biar bagaimanapun ia tidak bisa membiarkan bayi itu terus menangis, apalagi sekarang wajahnya sudah memerah karena terus menangis.
"Violet, kau mengenalnya?"
Violet mengabaikan Victoria, biarlah ia dianggap tidak sopan, sekarang ia memutar balik langkahnya agar dapat menuju kamar kembali, ia harus menidurkan bayi itu.
Tanpa menoleh kebelakang, Violet tau bahwa Victoria tengah memanggil dirinya sambil menatap heran, ia juga tau bahwa sekarang sudah sangat mendekati waktu penobatan, ia tau bahwa seharusnya sekarang ia sudah berada di aula dan berdiri di samping Adam, tapi ia tidak peduli. Sekarang hal utama baginya adalah, bayi didalam gendongannya.
***
Suasana di dalam aula tengah ricuh akan pembicaraan seputar Violet, banyak dari mereka para bangsawan yang menanyakan, dimana keberadaan Violet sekarang?, Begitu pula dengan rakyat mereka yang tidak sabar ingin melihat sosok calon Ratu mereka.
Tapi tidak hanya itu saja, keadaan sekarang sepertinya membuat para tamu risau, karena ketidakhadiran Violet. pasalnya penobatan Adam sebagai Raja sudah terlaksana beberapa saat lalu, dan sekarang adalah saatnya bagi Violet untuk melakukan upacara penobatan sebagai Ratu negeri barat.
Namun, yang jadi masalah adalah, Violet tidak terlihat di manapun. Victoria yang sedari tadi memperhatikan hanya bungkam tanpa berniat memberitahu, Victoria takut keadaannya hanya akan semakin memburuk jika ia mengatakan kejadian tadi.
"Dimana Violet, bukankah kau yang menjemputnya tadi?" Tanya Axton yang membuat Victoria gelagapan.
"Dimana dia, Victoria?" Tanya Axton lagi.
"Aku t-tidak tau, aku tidak melihatnya dari tadi," bohong Victoria.
"Apa dia tidak ada di kamar? "
"Tidak ada, aku saja bingung dia ada dimana."
Keduanya kembali terdiam, entah sampai kapan mereka semua akan menunggu.
"Dimana Violet, ibu?" Tanya Darrian yang kini sibuk memperhatikan seisi aula, pikir nya siapa tau ada Violet di salah tau kerumunan orang-orang disana.
"Ibu tidak tau, Darry."
"PERHATIAN!! CALON RATU NEGERI BARAT MEMASUKI AULA...."
suasana riuh berubah menjadi hening, kini mereka semua mencari sosok yang baru saja diumumkan.
Adam sendiri juga tengah mencari sosok Violet, matanya dengan jeli melihat-lihat kearah karpet merah yang disediakan sebagai jalan khusus yang akan dilewati Violet.
"Freya?" Batin Adam bingung saat melihat Freya yang malah melewati karpet merah itu.
***