"Kamu mau aku temani ke kantor polisi?" Calista memeluk sahabatnya yang sedang berduka.
"Aku tidak punya bukti apa-apa. Yang ada, nanti aku malah jadi tersangka karena pencemaran nama baik." Dian menghela napas kasar. Dia cukup tahu diri untuk berhadapan dengan kaum elit. Dian hanya ingin hidup damai dan tenang tanpa gangguan dari pria iblis itu lagi.
"Aku pasti akan membantumu. Kamu tenang saja. Aku selalu bersamamu. Hanya kamu temanku satu-satunya, bersabarlah ya." Calista memeluk tubuh Dian dan mencoca memberinya ketenangan.
"Sekarang, kamu pulang saja dulu. Kamu pasti butuh waktu untuk menenangkan diri."
"Tidak, aku tidak apa-apa. Kalau dirumah, aku justru akan kepikiran. Aku ingin menyibukkan diri dengan bekerja. Terima kasih Calista, kamu selalu ada buatku dan selalu mau berteman dengan orang seperti aku." Dian masih menangis sesenggukan di bahu Calista yang hari ini memakai atasan dengan lengan pendek yang terjuntai ke lengan.