"Enjoy your breakfast..." kata pelayan itu sebelum berlalu. Tapi bukannya langsung makan, Ginnan justru hanya memainkan lasagna pesanannya dengan garpu dan tetap fokus ke Renji.
"...Mn, maksudku aku mau minta maaf," kata Ginnan. Lalu tertunduk menatap garpunya yang sudah tergulung-gulung. "...maaf karena permintaanku aneh-aneh. Padahal kita disini untuk senang-senang, tapi kau malah harus menghadapi ayahmu."
"Terus?" tanya Renji dengan entengnya
"Terus?" bingung Ginnan. "...Y-Yah... kalau sekarang batal masih ada kesempatan." katanya dengan suara memelan. Dikiranya Renji tidak dengar, tapi mendadak pria itu malah menukar piring Ginnan dengan piringnya. "Eh!" kagetnya.
"Makan omeletku," kata Renji. Pria itu bahkan memberikan sendok dan garpu baru kepada Ginnan. "Lain kali jangan memainkan makanan. Apalagi menyia-nyiakan waktu untuk bicara tidak penting..."
Ginnan merinding seketika. "Anu, aku tidak bermaksud begitu—"
"Makan."
"Tapi, ini kan punyamu—"
Renji memperhatikan Ginnan dengan perilaku. Sementara Ginnan, hanya dengan menjadi dirinya sendiri... Renji semakin nyaman kepadanya.