Download App
96.28% RE: Creator God / Chapter 363: CH.363 In The Verge

Chapter 363: CH.363 In The Verge

Boleh dibilang ini adalah penentuan sebagaimana aku mampu bertahan melawan arus yang ada di sini. Tidak diragukan bahwa bertahan tanpa mana itu tak mungkin.

Hanya saja, kalau memang aku mampu membuat sebuah breakthrough yang tak terduga, ini bisa saja menjadi trump card yang tidak masuk akal.

Perhitungan tentang konsumsi mana memang tepat seperti yang terduga, tujuh menit. Sebenarnya ini relatif singkat karena seorang astronot bisa melebihi angka ini.

Pertanyaan selanjutnya akan menjadi pernyataan juga, apakah aku bisa bertahan sekitar tiga menit di luar angkasa tanpa mana ataupun oksigen?

Tidak, tiga menit terlalu singkat, lima menit. Jika memang memungkinkan untuk bisa bertahan lima menit, maka kemampuan regenerasi dan pertahananku meningkat.

"Detak jantung anda mulai melemah tuan. Sudah mencapai 63 bpm."

"Masih aman."

Oh ya, bukan hanya dari ruang kontrol saja, tetapi bahkan IAI juga ELISBETH kugunakan untuk selalu melakukan pengecekan atas diriku.

Memang mereka sudah diberi perintah untuk menahan diri dari memberi tahu segala perubahan. Namun semua hal yang bersifat kritis dan mengancam nyawaku akan langsung diberi tahu.

Buatku sendiri detak jantung normal paling bawah itu adalah 65-68. Ini sudah titik paling bawahku walau setenang apa pun.

Makanya tadi IAI memberi tahu bahwa detak jantungku mulai melemah. Walau begitu, untuk sekarang masih aman.

Jangan melakukan apapun yang membuang energi sampai akhirnya nanti. Bahkan bergerak dalam bentuk apapun jangan.

Biarkan hanya sistem peredaran darah saja yang mendapat suplai energinya. Pertarungan ini boleh dibilang bahkan lebih sulit dan rumit dari pertarungan yang sebelum-sebelumnya.

"Sayang... aku mohon kembalilah...."

"...."

Tentu saja, Kiera ada di ruang kontrol. Selama ini dia menahan diri dari komen apapun karena kurasa Jurai dan Shin memintanya untuk menahan diri.

Itu hal bagus bahwa dia bisa menahan diri selama ini. Namun siapa yang masih tetap diam kalau kematian suaminya berada di jarak satu helaan nafas?

Perasaan gundah juga bimbang seketika muncul dalam hatiku. Di satu sisi, aku ingin berjuang untuk menjadi lebih kuat, tetapi di sisi lain Kiera memohon kepadaku untuk kembali.

Memang bukan dengan marah-marah, tetapi ucapannya tersirat penuh makna yang tak bisa dibayangkan dengan mudah.

Walau begitu, rasa gelisah untuk tidak menuruti ucapannya terus saja mengusik diriku berulang kali tanpa diberi jeda.

Memang aku ingin mendengarkannya, tetapi aku tetap bersikukuh untuk bertahan di sini sampai empat menit kedepan. Iya, sudah lewat satu menit dari titik di mana, bahkan manaku kosong.

"Nyonya... bagaimana ini? Detak jantung tuan masih merespon, tetapi tidak ada balasan sama sekali."

"Berapa detak jantungnya sekarang memang?"

"Ada di 44 bpm untuk sekarang."

Semua percakapan di ruang kontrol terdengar dengan jelas di telingaku karena memang cara untuk mengontak ruang kontrol hanya dengan alat ini.

Rasa sakit? Oh tentu saja aku merasa rasa sakit. Bukan hanya dari kehabisan oksigen maupun mana, tetapi juga suhu luar angkasa yang relatif dingin ekstrim.

Hampir kelupaan pastikan? Namanya juga luar angkasa, tidak esktrim bukan luar angkasa namanya. Semuanya berbeda dengan situasi di dunia yang bisa ditinggali mana pun.

Pada titik ini, yang dipertaruhkan bukan hanya saja nyawaku, tetapi kebahagiaan banyak orang dan kelangsungan banyak hal.

Namun jujur, sebenarnya kalau memang aku mati, maka semuanya masih bisa diperbaiki. Tubuhku mungkin mati, tetapi ingat, kekuatanku terikat di jiwa.

Selama jiwa, raga, dan rohku masih utuh, maka kekuatan magisku tetap bisa digunakan. Hanya saja, pertanyaannya satu. Wadahnya, tubuh yang kupakai itu punya kualitas yang memadai tidak.

Jika memang memungkinkan dan memenuhi syarat tertentu, maka sihir bukanlah suatu masalah sama sekali. Alasan aku berlatih seperti ini karena vessel ini begitu lemah.

Dibandingkan dengan tubuh Lucifer dulu yang kubawa ke Terra, tentu tubuh ini lemah. Oh ya tambahan, tubuh ini aslinya tubuh milik Rie, ingat perempuan itu?

Tidak perlu diherankan kenapa kapabilitasnya sangat rendah dibandingkan dengan dulu-dulu. Pertanyaan bonus, bagaimana dengan masalah Kioku?

[Tentu saja itu bukan masalah buatku karena sudah latihan sejak kecil dan bertahun-tahun. Jika masih lemah, itu karena musuh yang terlalu kuat dan banyak berlatih.]

'Terima kasih sudah menjawabkan untukku. Tapi nyatanya tubuh Kioku aslinya laki-laki yang bisa dilatih lebih fleksibel.'

Memang pada akhirnya penjelasannya sangatlah jelas bahwa semuanya tergantung pada gender tubuh tersebut.

Namun camkan, aku tak pernah mengatakan perempuan itu lemah. Tidak, mereka tidak lemah, mereka cerdik dan menggunakan seluruh diri mereka untuk bisa menang.

Dengan seperti itu, asumsi bahwa perempuan selalu benar muncul karena dulu perempuan punya kuasa. Tapi pada akhirnya setiap manusia tetap sama, termakan rasa sombong.

Ujung-ujungnya semua orang jadi lemah ketika perasaan entah positif entah negatif terlalu meluap-luap dan tidak bisa dikontrol.

Tidak punya kontrol diri itu adalah salah satu hal yang menghambat diri untuk berkembang lebih jauh. Yang lain mungkin penting juga, tetapi buatku ini tidak bisa dilupakan.

Terkadang sesuatu yang buruk jika bisa dikontrol maka bisa jadi sesuatu yang bisa dimanfaatkan dan akhirnya menghasilkan hasil yang bagus.

"Tuan, mohon untuk kembali selagi bisa. Detak jantung anda sudah mencapai 29 bpm."

"Masih belum."

Sudah terlewat sekitar tiga menit lebih 22 detik sejak aku kehabisan mana maupun oksigen. Jika memang tidak memungkinkan untuk bisa bertahan tujuh menit, lima menit pun cukup.

Sejujurnya aku bisa merasakan perlahan-lahan mana kembali dalam tubuhku. Namun jumlahnya masih terhitung amat kecil jadi hanya mampu memperlambat kematianku.

Kalau begini caranya aku tidak akan bisa berkembang dan mengalami kekalahan melawan Kuroshin terus-menerus.

Tidak, aku tidak boleh membiarkan ini seperti ini terus-menerus. Tenangkan diriku, mari kita konsentrasi lagi.

Hu... hah.... Semoga dalam waktu-waktu ini aku bisa mendapatkannya. Memang aku tidak bisa memaksakan diriku untuk mendapatkan kemampuan ini dalam waktu singkat.

Namun jika memang bisa lebih cepat, maka aku punya keuntungan atas Kuroshin. Aku tidak tahu dia merancang apa, tetapi misal saja bisa selangkah lebih maju darinya, itu sudah cukup.

[Sin, biar kita bantu kau. Coba sekarang kau rasakan seluruh tubuhmu bukan hanya aliran darah. Kalau kau bisa merasakan seluruh tubuhmu, maka kau akan mengerti itu.]

'Bukankah kalian juga tidak ada yang memiliki kemampuan regenerasi?'

[Memang tidak, tetapi ketika aku masih punya tubuh, aku pernah melalui burst mode kekuatan dewa. Satu hal, itu menjadikanku cepat lelah karena aku tak memahami diriku sendiri saat itu.]

[Benar, aku sudah membahas dengan Kioku. Cobalah merasakan seluruh tubuhmu dan setiap pergerakannya. Semakin jaraknya semakin singkat, semakin bagus hasilnya nanti.]

Tidak ada alasan bagiku untuk menolak saran mereka. Jika dibandingkan yang lain, aku memang paling bisa mengandalkan Kioku dan Eriene.

Dua Alter Ego lain bernama Ryuuou dan Allergeia memang kuat, tetapi penguasan kontrolnya sama saja seperti diriku yang masih lemah.

Buktinya sulit untuk bertahan lama ketika aku dikuasai Ryuuou, dan kalau sampai tubuhku diambil alih Allergeia, dunia pasti gempar.

Lucifer? Oh jangan tanya dia. Sudah beribu-ribu tahun sejak dia menjadi kuat dan akhirnya berhenti berlatih lagi.

Semua dari kita memang kuat, tetapi kelemahan yang signifikan memang ada. Hanya saja Kioku dan Eriene selalu bersama untuk membahas hal bagus seperti barusan.

'Kalau begitu aku jangan memfokuskan pada aliran darahku, tetapi justru menyebarnya ke seluruh tubuh. Baiklah, mari kita coba ini.'

[Semoga berhasil.]

Jika aku masih memiliki mana, pastilah aku akan menggunakan akselerasi kecepatan pikiran. Dengan kecepatan yang lebih laju, pastilah analisa terhadap diriku semakin cepat.

Ya situasi ini benar-benar pedang bermata dua. Salah memanfaatkan dan cara kontrolnya, maka aku sendiri dapat terbunuh karena senjataku sendiri.

Mulai dari luar... gerakan rambut kulit... getaran kulit... otot-otot... lalu darah... menuju tulang... sum-sum tulang... setelah itu pikirkan semuanya jadi satu.

Bagaimana cara mengefisienkan semuanya ini jadi benar-benar menggunakan energi yang sangat minimum, tetapi dapat menghasilkan kekuatan yang sama atau bahkan lebih besar?

Tidak, skala itu masih terlalu besar. Jika aku bisa mencapai tahap atom, pastilah aku bisa memahami semua itu.

Berpikirlah... lebih cepat.... setiap kedipan mata... ada ribuan—tidak, ada ratusan ribuan bahkan jutaan partikel yang bergerak dalam jarak tertentu.

Ketika otak berpikir dan saraf menerima, kecepatannya masih terlalu lambat. Bukankah kalau aku membuat aliran saraf itu meloncat-loncat maka akan lebih cepat?

Semuanya memang masih rancu dan sebuah percobaan, tetapi aku benar-benar melakukan ini karena aku tak ingin mati konyol.

[Bagus, itu sudah cukup bagus. Regenerasinya mulai berkembang. Lanjutkan lebih luas, tetapi juga mendetail di saat yang bersamaan.]

Seperti kata Eriene, memang aku mulai merasakan detak jantungku mulai bisa bertahan lebih kuat dari sebelumnya.

Yang kubutuhkan sekarang adalah titik di mana kemampuan regenerasi manaku bisa mensuplai oksigen yang cukup untuk bertahan dikecepatan detak jantung sekitar 80 bpm.

Jika aku bisa membalikan kecepatan detak jantungku, maka untuk sekarang itu sudah cukup. Karena itu artinya aku bisa bertahan di luar angkasa tanpa bantuan apapun.

Memang untuk bertarung belum cukup karena bukan hanya detak jantungku akan semakin cepat, tetapi aku juga butuh mana untuk melawan balik.

Nyatanya memang benar bahwa orang benar-benar harus diujung tanduk atau maut terlebih dahulu baru bisa mengeluarkan seluruh kemampuannya dengan sangat baik bahkan terbaik.

"Nyonya!! Detak jantung tuan mulai meningkat lagi. Tadinya sudah ke titik hampir 13 bpm, tetapi sekarang mulai naik ke 44, tidak, itu masih menaik!!"

"Ya ampun... syukurlah...."

"Sialan, kau berhasil ya Sin?"

"Tentu saja aku berhasil."

Seperti yang dikatakan mereka, aku berhasil mendapatkan kemampuan regenerasi. Memang benar-benar sulit masih untuk mengontrol itu tanpa konsentrasi yang tinggi, tetapi untuk sekarang anggap saja itu cukup.

Oh ya, kalau ada yang penasaran kenapa aku tidak membuatnya saja dengan kekuatan dewa, jawabannya satu dan simpel.

Jikalau aku mengandalkan kekuatan dewa terus-menerus, maka diriku sendiri menjadi lemah. Selain itu sihir yang diciptakan kekuatan dewa punya efek samping yang tidak menyenangkan.

Anggap saja membangun sihir sendiri dari nol seperti ini sama saja mempelajari masterynya. Tingkat selanjutnya perlu dipelajari lagi, dan nantinya perlu kubuat ini jadi kemampuan passive bukan active.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C363
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login