Dira menoleh, menatap Raga yang entah mengapa sore ini lelaki itu memperlihatnya sisinya yang beda. Bukan tampang tengil lagi yang Dira lihat, raut wajah Raga berubah biasa dan tanpa senyum.
Gadis itu menggeleng. "Nggak keganggu kok. Tapi aneh aja, aku kesel aja pas Mas Raga manggil-manggil aku."
"Yah mau gimana ya.. pengen manggil sih. Pertanyaanku tadi belum dijawab."
Dira mengernyit tanda ingin Raga mempertanyakan lagi pertanyaan tadi karena ia lupa.
"Lo suka kesini dan tau bukit ini dari siapa?"
"Oh itu.. dari seorang pria yang bijaksana." Jawab Dira santai sambil mengingat bagaimana Abim membawanya kemari pertama kali.
"Oh.. yang waktu itu bikin lo nangis dan ninggalin lo sendiri di sini?"
Dira mengangguk.
"Lo diputusin?"
Dira menggeleng. "Nggak. Aku tolak dia. Dan dia pamit buru-buru pergi ke luar negeri."
"Gue kayak pernah tau dia deh, wajahnya familiar."