Download App
51.72% Caffe Latte With Jae / Chapter 15: Keputusan

Chapter 15: Keputusan

Sangat lama aku dan Jae terdiam diruangan ini, hanya suara jarum jam yang terdengar berputar, aku tidak mau berkata apapaun karena apapun yang ku keluarkan dari mulutku ini aku yakin bukan hal baik.

"lets married" kemudian satu kata yang keluar dari Jae mengejutkan ku

Apa katanya?? Menikah? Apa dia sudah tidak waras? Apa kamu sudah tidak waras Jae? Kamu mengajak ku menikah?? Apa kata orang nanti. Tidak mungkin kan, dan aku tau kamu mengatakan ini hanya asal kan? Aku benra-benar tidak bisa menjawab apapun

"ayo nikah ca, demi dia" katanya kali ini terlihat sangat bersungguh-sungguh

"Jee tapii.."

"nanti gue yang ngomong ke cowo lo ca, gue yang ijin sama dia, lo ga perlu khawatir"

"hahh?? Lo ngomong apa sih?" aku bingung kenapa Jae saat ini ngawur banget ngomongnya

"engga caa, incase lo ternyata punya pacar gue siap ngomong sama dia"

Hey, aku tidak punya pacar, tapi bukan berarti aku siap menikah dengan mu Je, hati ku masih buat Rey dan aku yakin masa depan ku pasti sama dia. Namun, kalimat mu barusan membuat ku seperti tersambar petir. Bagaimana mungkin aku menikah dengan mu, please orang yang akan menikahi ku adalah Rey. Please Jae ini benar-benar di luar ekspektasi ku

"gu-gue ga bisa, lo taukan gue masih sayang Rey" kataku pelan

"caa tolong jangan egois, kalo kayak gini apa lo tega dia lahir tanpa orang tua yang Jelas?"

"apa yang akan orang bilang nangti lo punya anak tapi masih single, jangan egois ca" aku tau Jae kesal dengan jawaban ku, aku tahu.

"please Jae jangan bikin gue pusing dulu sekarang" aku memijat kepalaku

"caa, dia uda dua minggu dan sebentar lagi sebulan, lo mau ngomong apa ke ortu lo kalo tau lo hamil" kali ini kalimat nya benar-benar menamparku

Aku jadi keingat mamah papah, benar juga apa kata Jae, apa yang akan mereka lakukan nanti jika tahu putri semata wayang nya hamil tanpa suami?? Aku benar-benar pusing saat ini, dan merasa sangat ingin muntah akan semua hal ini

"please talk to me latter dan lo keluar" nada bicaraku datar

Aku melihat Jae masih duduk dan menunggu jawaban dari ku

"Jae please keluar, besok kita omongin ini lagi"

"fine, gue akan ijin ke adek lo" katanya

"terserah" aku benar-benar tidak peduli apa yang akan dia lakukan

Dia keluar dari kamar ku, aku melanjutkan tangisku lagi. Aku benar-benar kehilangan akal kali ini. masa depan ku sudah di tentukan, Rey, aku tidak pernah menyangka akan hal ini Rey, please aku butuh kamu saat ini. aku benar-benar down.

***

Setengah jam setelah Jae keluar dari kamar ku, Brian dan Dandi masuk ke kamarku. Jujur saja aku sangat takut menatap Dandi saat ini, aku takut dia akan memarahiku seperti dia memaki Jae tadi

"kakk" Dandi sepertinya mau bicara serius, aku menatap nya sebagai jawaban

"kak tadi bang Brian uda cerita bahwa ini bukan sepenuhnya salah Jae atau salah lo berdua"

"dan tadi Jae uda ngomong sama gue dan bang Brian, dia mau tanggung jawab"

"lo mau kan kak?" pertanyaan Dandi kali ini benar-benar mengejutkan ku, kenapa tiba-tiba dia setuju Jae menikahi ku? apa yang barusan Jae kaakan ke Dandi

"caa percaya sama gue, Jae anak baik, hidup lo dan anak lo nanti akan aman" kali ini Brian yang berbicara

Aku benar-benar shock dengan mereka berdua ini, kenapa mereka menyaranku untuk memilih menikah dengan Jae?

"Brii tapi Rey?" aku berbicara pelan sekali

"caa jangan selalu pikirin ego lo, takdir sudah diatur sama Tuhan, bahkan lo tau kalo dia disana uda nyari posisi lo di hati nya"

"trus lo mau lo hamil tanpa suami? Caa listen, cinta gak harus memiliki" Brian benar-benar tegas kali ini, aku tidak bisa mengtakan apapun

"kak caa, gue yakin ini semua Tuhan yang atur, lo percayakan sama gue dan bang Bri?"

"kita tau kak mana yang baik buat lo, jadi gue harap lo mau bertanggung jawab kayak Jae" Setelah mengatakan itu, Dandi keluar dari kamar ku.

Aku melihat Brian meminta pembelaan, dia tahu apa yang aku inginkan, dia tahu bahwa aku belum siap untuk menikah, dia tahu hati ku mau apa saat ini. Please Bri bantu aku sekarang

"gue tau caa lo belum siap"

"tapi makin cepat lo nikah itu makin bagus buat lo, lo gamau mama sama papa tau kan akan hal ini?"

"lo gakmau staff kantor tau akan hal ini"

"jadi mumpung baru dua minggu, gue harap lo bisa ambil keputusan yang benar" Brian mengelus puncak kepala ku saat ini, aku benar-benar tidak bisa mengatakan apapun

"sekarang gue uda omongin semua, semua keputusan di elu ca, take ur time" kemudain Brian keluar kamarku, mungkin menyusul Dandi atau mungkin iya pulang karena ini sudah larut malam

Jam 12 malam, tadi baru saja perawat menambah cairan ifusku, katanya besok aku bisa pulang ke rumah dan itirahat yang cukup. Aku jadi kepikiran apa yang Brian katakana, aku jadi memikirkan nya saat ini dan wajah tulus Jae masih terbayang, aku bisa melihat wajah nya tadi saat dia mengajak ku untuk menikah dia benar-benar serius dan tulus. Aku tidak bisa mengelak omongan Brian bahwa Jae adalah orang baik. Besok mungkin Jae akan balik lagi dan mempertanyakan jawaban ku, jadi aku sudah memutuskan nya. Aku yakin pilihan ku saat ini adalah keputusan yang terbaik buat ku.

Aku membuka mataku karena terik matahari sangat menusuk mataku, ku lihat Dandi tertidur pulas di kursi. Aku sangat beruntung dia sellau berada di sampingku. Dan, Dandi bilang kalau mamah papah belum tahu hal ini jadi aku merasa aman sekarang. Ini sudah jam 8 pagi dan kudengar suara pintu terbuka, ternyata perawat datang membawa sarapan ku

"pagii bu, sarapan nya dihabisin ya nanti jam 12 sudah bisa pulang"

"makasih sus" aku tersenyum ke perawat yang dari kemarin sudah merawat ku

"ndii" aku menggoyang-goyang tangan Dandi untuk membangun kan nya

"hhhmm" dia mengucek matanya, aku tahu dia pasti masih ngantuk banget

Aku tersenyum melihat muka ngantuknya, ya ampun.. kamu tampan banget sih adikku

"mau makan, suapin" kataku manja, Dandi sudah terbiasa kalau aku manja kepadanya

"bentar cuci muka dulu�� dia beranjak dari kursinya

5 menit kemudian dia keluar dari kamar mandi dan tentu saja mukanya sudah terlihat fresh

Dia pun mulai menyuapi ku dengan sabar, kalian harus tau aku kalau makan itu lama banget kayak kura-kura. Aku tahu Dandi sangat sayang dengan ku makanya kemarin dia marah besar saat tau aku hamil, tentu saja dia marah. Siapa sih yang mau kakak satu-satunya di sentuh laki-laki lain kan? Hmmm tapi setidaknya dia tahu bahwa ini jelas-jelas kesalahan.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C15
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login