Rasanya seperti pertama kalinya menatap hari cerah setelah berminggu-minggu dirundung badai. Ralin merasakan himpitan yang belakangan membuatnya selalu sesak, kini menghilang. Setidaknya berganti kecemasan baru, yang entah kapan akan terbukti. Setelah pembicaraan berdua dengan Yuga di dekat lapangan voli, ia bisa melihat perubahan pada lelaki itu, yang ternyata mengherankan bagi Ravi dan juga Riga.
“Terjadi sesuatu kan?” tanya Riga saat mereka tengah makan di kantin. Jenny dan Pipin tengah ke toilet. “Lo sudah memutuskan untuk kembali bersama Yuga?”
Ravi, yang entah sejak kapan berubah dekat dengan Riga dan sering pergi kemana-mana dengannya, ikut menatapnya tajam. Mereka menunggu jawaban Ralin yang salah tingkah.
“Gue nggak tahu yang mana yang terbaik, tapi…” Mata Ralin menangkap sosok Yuga dan Deni yang baru masuk ke kantin. “Begitulah.”
“Lo benar-benar nekat, Lin!” Ravi menghela napas jengkel. “Asli, nekat banget!”