Seminggu tidak masuk sekolah membuat Gavin bosan setengah mati. Entah sudah berapa lukisan yang ia buat, mulai dari surealis, naturalis dan paling banyak kubisme. Apa pun yang mampir di kepalanya ia lukis, mulai dari keadaan sekolah saat jam istirahat, bunga kertas yang tumbuh di depan rumah dan potret wajah Nara.
Cowok itu menghitung lukisan-lukisan wajah Nara yang berjejer di depan jendela. Ia tidak percaya pada kegilaannya yang semakin hari semakin menjadi terhadap Nara.
Gavin ingat betul pertemuan pertamanya dengan Nara. Ketika wajahnya lebam-lebam, pakaiannya kotor dan penampilannya yang sangat berantakan. Ia ingat ekspresi cewek yang muncul dari kerumunan. Napas cewek itu ngos-ngosan. Wajah Nara terkejut melihat dirinya yang amat pecundang. Ketika itu dia sedang tidak berdaya. Bahkan untuk berdiri saja ia merasa tidak mampu.