"Nak ... kamu mau pergi kemana Nak? Apa kamu tega mau ninggalin Ayah? Nanti Ayah makan sama siapa? Bicara sama siapa kalau kamu tidak ada di rumah?" tanya Santo.
"Cukup Ayah! Meilana kesal dan marah sama Ayah ... kalau Meilana tinggal sama Ayah, Ayah selalu mengatur ini itulah, tidak bolehlah ... hampir semuanya tidak boleh. Memangnya maksud Ayah itu apa? dan sekarang Ayah tidak mau aku pergi! Aku harus apa Ayah!" teriak Meilana.
Santo terdiam dan tidak tahu lagi harus menjawab apa. Leona segera menghampiri Meilana dan memeluknya. "Untuk Mei ... tenangkan emosimu, Ayahmu melarang ini itu karena dia sangat sayang sama kamu. Kalau dia tidak sayang sama kamu, dia tidak ada pernah melarang ini dan itu," ujar Leona.
Meilana terdiam dan melepaskan pelukan dari Leona lalu kembali melanjutkan berkemas. Air mata Santo terus mengalir dan berbicara tanpa suara. Dengan lemas dan pasrah, perlahan ia melangkahkan kakinya turun menuju lantai bawah.