Steve dan Lyra dengan segera mengklarifikasi tentang berita yang tidak benar itu, hingga berita itu sampai kepada Zico. Zico yang membaca lewat ponselnya, menatap lekat isi berita itu. Dan melemparkan ponselnya ke sembarang arah, hingga retak.
Hal ini diluar pemikiran Zico pikir mungkin rencana Lexa yang terbongkar. Tapi ini rencananya juga ikut terbongkar. Persiapan yang direncanakan Zico dan Lexa dalam rencana ini kurang matang. Zico memutuskan mengambil libur untuk menenangkan pikiran dan emosinya.
Zico memilih pergi beberapa waktu ke Philipina, tempat kelahiran Ibunya. Zico berpikir mungkin ada baiknya jika dirinya menenangkan pikiran nya yang sedang kacau. Zico pun pergi ke bandara, dan berangkat kesana.
...
"Akhirnya masalah ini selesai juga Lyra." Kata Steve sambil mengelus rambut Lyra.
"Iya..." Lyra yang melihat itu tersipu malu.
"Kamu kenapa? Kamu tidak usah malu begitu." Kata Steve dengan sedikit tertawa. Lyra hanya tersenyum, menganggukkan kepalanya.
"Aku senang kamu seperti ini."
"Senang kenapa?" Tanya Lyra penasaran.
"Karena kamu begitu imut."
"Benarkah?" Steve mengiyakan pertanyaan Lyra.
"Dan ya, bagaimana besok kita pergi jalan - jalan?" Usul Steve.
"Ide yang bagus. Jalan - jalan kemana?" Tanya Lyra.
"Ke pantai, mau?" Tanya Steve.
"Boleh, jam berapa?"
"Belum tahu, nanti aku kabarin nanti ya." Kata Steve yang kembali sibuk dengan pekerjaan nya.
"Baiklah."
...
"Hari ku memang sudah cukup suram. Aku harus berhenti atau mengejar Lyra, ya. Sepertinya Lyra tidak akan dapat aku miliki seutuhnya." Guman Zico.
Zico pun menatap pemandangan dari jendela pesawat melihat awan dan langit biru. Dan berharap mendapatkan solusi untuk mengatasi masalahnya ini, Zico terus berpikir. Pikir dan berpikir, namun tidak ada jawaban. Zico memutuskan untuk tidur, karena sudah lelah.
...
Steve dan Zico dulu adalah teman yang berakibat menjadi musuh. Sewaktu kecil Steve, Lexa dan Zico selalu bermain bersama. Hingga suatu hari timbul sebuah masalah dan penyesalan bercampur jadi satu. Itu semua terjadi karena, memperebutkan seorang wanita.
Kalian pasti tahu itu siapa?
Dia adalah Lyra. Lyra sangat menyukai Steve, dan tidak menyukai Zico. Lyra tidak menyukai Zico karena Zico memiliki sifat yang pemaksa dan suka seenaknya sendiri. Oleh karena itu, Lyra memilih Steve.
Permusuhan itu terjadi karena, waktu saat Zico berkunjung ke rumah Steve. Karena masalah bisnis dengan Ayah Steve, Zico yang tidak sengaja melihat Lyra yang sedang menyiram tanaman. Seketika jatuh cinta pada pandangan pertama.
Zico yang sedang duduk menunggu Ayah Steve, beranjak dan berjalan menuju Lyra. Dengan lancang memegang tangan kanan Lyra. Lyra yang terkejut, langsung melepaskan tangannya. Namun, genggaman tangannya sangat kencang. Zico yang menatap Lyra lekat - lekat membuat Lyra ketakutan.
"Tuan, lepaskan aku." Lirih Lyra.
Tapi genggaman itu semakin mengencang, tangan Lyra mulai merasa nyeri. Steve yang kebetulan lewat situ, langsung menghampiri mereka berdua. Dan menepuk bahu Zico, dan memberikan tatapan mata tidak suka.
Steve tidak suka jika ada seseorang yang berani mengusik apa ia suka. Zico pun melepaskan tangannya. Dengan cepat Steve menarik tangan Lyra untuk berdiri di belakang nya. Lyra dengan segera berdiri di belakang Steve.
"Jangan dekati dia." Kata Steve dengan dingin pada Zico.
"Memangnya kenapa? Apa di sangat penting untukmu?" Tanya Zico.
"Ya, dia penting untuk ku." Steve pun menarik tangan Lyra masuk kedalam rumah. Zico yang melihat tingkah Steve tersenyum.
"Ini sangat lucu, tapi aku menyukainya. Aku akan mendapatkan apa yang aku inginkan." Guman Zico.
Setelah kejadian itu, Zico selalu mengirim surat cinta Lyra setiap hari. Namun yang membaca surat cinta itu adalah Steve. Lyra selalu memberikan surat itu pada Steve, karena Steve sendiri yang bilang jika Zico mengirim apa pun langsung memberikan padanya.
Hingga akhirnya, dikarenakan Steve yang benar - benar marah dengan Zico. Yang setiap hari mengirim surat. Memutuskan untuk datang kepada Zico.
"Apa yang kamu inginkan?" Tanya Zico.
"Aku ingin kamu menjauh dari Lyra."
"Memangnya kenapa? Aku mencintainya." Kata Zico terus terang.
Steve langsung marah dan mencengkram erat kerah baju milik Zico.
"Dengarkah baik - baik, Lyra itu milik ku. Aku dulu yang mencintainya bukan kamu." Geram Steve.
"Oh ya, bagaimana kita suruh Lyra memilih di antara kita. Mana yang paling ia sukai. Aku atau kamu." Tantang Zico.
Steve dan Zico pun membawa Lyra ditepi sungai kecil yang indah, dan menyuruh Lyra untuk memilih salah satu di antara mereka.
"Siapa yang kamu sukai, Lyra. Aku atau Steve?" Tanya Zico.
Tanpa berpikir panjang, Lyra melihat kearah Steve. Lalu berjalan menuju Steve.
"Aku memilih Steve." Kata Lyra sambil berdiri tepat di samping Steve.
Zico yang nampak kesal mendengar pernyataan dari Lyra merasa marah, dan meninggalkan mereka berdua. Steve tersenyum pada Lyra.
"Katakan apa alasanmu, memilih diriku?" Tanya Steve menatap Lyra.
"Karena aku mencintaimu." Kata Lyra dengan tersenyum. Mereka berdua pun berpelukan dengan erat.
Zico yang tidak terima dengan hal ini, akan membalaskan dendam karena Steve sudah merebut Lyra darinya. Hingga suatu hari Steve dijodohkan dengan Lexa. Membuat Zico berpikir bahwa dirinya masih punya harapan untuk bersama Lyra. Tapi itu hanya khayalan belaka.
Tepat dimalam sebelum pernikahan, Steve memutuskan kabur bersama Lyra untuk menghindar pernikahan tersebut. Karena Steve tahu bahwa ayahnya gila harta. Tapi bukan itu yang terjadi, Zico telah menghasut ayah Steve.
"Tuan tahu, di daerah perbatasan, ada pemuda yang sanggat kaya raya. Harta nya lebih berlimpah dari yang Tuan miliki." Kata Zico.
Zico mengatakan itu, berniat untuk mempercepat rencana pernikahan Steve dengan Lexa. Ayah Steve yang merasa tersaingi karena harta memutuskan untuk mempercepat pernikahan itu untuk mendapatkan harta lagi.
"Ayah Steve sangat mudah tertipu dengan harta." Guman Zico dengan senyum liciknya.
Dan saat Zico tahu bahwa Lyra kabur bersama Steve, Zico berniat untuk membantu Ayah Steve mencari keberadaan mereka berdua. Saat tepat ditengah hutan, Steve dan Lyra terkepung. Zico berdiri di atas pohon dan menarik busur panah yang telah diberikan racun untuk memanah Steve. Namun, takdir berkata lain. Lyra yang melihat hal itu, dengan cepat memeluk Steve. Dan panah itu melesat tepat di jantung Lyra pun terjatuh tidak sadarkan diri. Zico yang melihat hal itu merasa geram, dan segera turun dari atas pohon.
"Cepat, ayahmu sudah menunggumu, Tuan." Kata orang yang memanah Lyra.
Dengan ikhlas dan pasrah, Steve menyerah diri pada orang itu dan kembali kerumahnya. Disepanjang perjalan Steve tidak mengenali siapa yang memanah Lyra tersebut. Karena ia menuntup mukanya dengan masker dan topi. Hingga Steve tidak mengenali bahwa itu Zico.
Zico yang tampak pasrah atas kematian Lyra hanya bisa diam. Dan membawa Steve pulang. Sesampainya dirumah, Steve berdebat dengan ayahnya. Hingga Ayah, Ibu dan Steve tewas.
Zico yang melihat, satu keluarga itu tewas memutuskan untuk bunuh diri bersama dengan rasa penyesalan dan patah hati.
"Pada akhirnya yang tetap pergi, akan tetap pergi. Biarkan semua itu pergi, dan lupakan hal itu. Semakin dipikirkan akan semakin menyakitkan."