Download App
1% Reincarnation From the Past to Meet You / Chapter 4: Senyuman yang Indah

Chapter 4: Senyuman yang Indah

Hari ini Lyra mulai bekerja, tidak lupa ia berdoa meminta perlindungan kepada Tuhan. Lyra berjalan kaki ke kantor. Di sepanjang perjalanan Lyra berpikir ada apa kemarin dengan Pria itu. Sungguh aneh, tapi mengapa sebuah perasaan yang belum ia rasakan sangat ia cari - cari sekian lama berhasil di temukan pada pria itu.

"Apa aku jatuh cinta ya?" guman Lyra kebingungan.

"Tapi, mana mungkin aku jatuh cinta? Hah, sungguh membingungkan." Keluh Lyra dalam hati.

Sesampainya Lyra di kantor, semua karyawan yang datang lebih dulu menatap Lyra dari atas ke bawah.

"Heh kamu, yang jadi sekretaris jangan seperti orang sombong. Penampilan aja juga murahan, mana pantas." Ejek karyawan tersebut.

Lyra pun segera bergegas ke ruang kerja nya tanpa menghiraukan perkataan karyawan itu.

"Apakah benar? Aku memang tidak pantas menjadi sekretaris?" Ucap Lyra dengan sedih.

"Kamu harus kuat Lyra." Hibur Lyra untuk dirinya sendiri.

Steve pun memasuki ruang kerja nya bersama Lyra. Sedari tadi di lift, Steve melihat Lyra seperti orang melamun. Bagi, Steve itu sangat lucu. Lyra hanya duduk dan terdiam.

"Pagi." Sapa Steve dari depan meja kerja milik Lyra tapi Lyra tidak menyapa nya balik.

Steve pun melambaikan tangan nya di depan wajah Lyra. Steve berpikir apa yang dipikirkan sehingga melamun begitu.

"Ah, iya. Pagi Tuan." Balas Lyra yang tersadar dari lamunan nya.

"Apa yang kamu lamunan kan, Lyra?" Tanya Steve.

"A- aku hanya berpikir... hm... ah, iya apa sudah memberi makan kucing ku belum." Bohong Lyra pada Steve.

"lyra, dengarkan baik - baik. Aku tahu kamu berbohong. Katakan dengan sejujurnya." Tanya Steve mulai penasaran.

"Aku merasa tidak pantas menjadi sekretaris, Tuan." Ucap Lyra dengan takut.

"kamu pantas menjadi sekretaris, apa yang membuat mu tidak pantas? Katakan?"

"A-aku merasa penampilan ku biasa - biasa saja." Kata Lyra dengan menunduk.

"Sudah tidak apa - apa. Nanti pulang dari kantor kamu ikut saya pergi ke Mall. Katakan apa yang ingin kamu beli?" Tanya Steve.

"T-tidak usah repot - repot Tuan. Tidak usah, itu akan merepotkan Tuan." Tolak Lyra dengan malu.

"Tidak apa, semua milik ku akan menjadi milik mu nanti, tapi bukan saatnya." Kata Steve lalu kembali duduk di tempatnya.

"Baiklah Tuan. Saya belum tahu nama Tuan. Nama Tuan siapa?" Tanya Lyra.

"Nama saya Steve Carmain. Kamu bisa memanggil saya Steve." Kata Steve sambil tersenyum.

"B-baiklah Tuan Steve." Balas Lyra.

Steve pun asik dengan laptop di depannya. Banyak tugas yang harus diselesaikan. Mulai dari Sistem Telepon Bergerak Seluler (STBS), leased line, teleks, penyewaan transponder satelit, VSAT dan jasa nilai tambah.

Satu persatu dapat diatasi dengan baik. Pekerjaan yang Lyra lakukan sangat baik. Steve merenggangkan tubuhnya yang pegal karena duduk 3 jam tanpa bergerak. Steve melihat ke arah Lyra yang sedang mengarsip dokumen.

"Apa sudah selesai?" Tanya Steve.

"Sedikit lagi Tuan." Jawab Lyra.

"Baiklah, setelah pulang dari Mall. Bisa kah saya mengantarkan kamu pulang?" Balas Steve.

"Tidak usah Tuan, itu akan merepotkan Tuan." Tolak Lyra.

"Saya mohon Lyra, ijin kan saya mengantarkan kamu pulang?" Mohon Steve pada Lyra.

"Baiklah Tuan." Lyra pun tersenyum kepada Lyra.

Steve pun kembali menatap Lyra. Steve dan Lyra bertatapan. Keduanya bertatapan dengan dalam. Steve pun memegang pipi Lyra. Tiba - tiba salah satu orang karyawan masuk ke dalam ruang tersebut. Seketika Steve dan Lyra terkejut.

"Iya, ada yang bisa saya bantu?" Tanya Steve pada karyawan itu.

"Maafkan saau Tuan, yang sudah mengganggu. Saya sudah menyelesaikan tugas yang Tuan berikan. Bisa Tuan periksa apa data ini sudah lengkap atau belum, permisi Tuan." Karyawan itu meletakkan dokumen di atas meja kerka Steve lalu pergi meninggalkan ruangan itu.

"Huh... Hampir saja, maafkan saya." Kata Steve sambil menoleh ke arah Lyra.

"I- iya Tuan. Maafkan saya juga." Kata Lyra.

Keduanya semakin canggung, Steve merasa bersalah karena melakukan hal itu pada Lyra. Dan Lyra merasa sangat malu sekali dengan apa yang baru saja terjadi. Wajah mereka berdua pun memerah, keduanya pun menjadi senyap.

"Ekhem, Ayo pergi ke Mall." Ajak Steve sambil mencairkan suasana.

"Baik Tuan." Mereka berdua pun turun dan pergi belanja ke Mall bersama.

Di ruang kerja para karyawan sedang heboh, karena Steve dan Lyra hampir berciuman. Salah seorang karyawan disana merasa iri dengan Lyra.

"Sekretaris itu memang terlihat murahan. Jelas - jelas iya yang menggoda Tuan Steve." Kata wanita itu untuk menyakinkan bahwa Lyra yang memulai duluan.

"Iya, saya setuju Lexa. Seperti nya dia yang memulai duluan. Seharusnya kamu yang pantas menjadi sekretaris Tuan Steve. Lihat kamu sangat cantik dan berpendidikan dari pada Sekretaris murahan itu." Kata seorang karyawan itu.

Lexa yang iri dengan Lyra pun berpikir akan membuat Lyra keluar dari perusahan. Ia tidak ingin jika Steve dekat wanita lain.

"Yang pantas menjadi Sekretaris Steve adalah Aku, bukan Lyra." Kata Lexa dalam hati.

Sesampainya mereka sampai di dalam Mall. Steve pun mengajak Lyra ke lantai atas.

"Mana yang kamu suka? Rok putih atau hitam?" Tanya Steve pada Lyra.

"Sepertinya hitam." Pikir Lyra.

"Baikah, bagaimana dengan atasannya kemeja merah muda atau putih?" Tanya Steve lagi.

"Aku rasa merah muda." Kata Lyra sambil membandingkan kemeja didepan nya.

"Nah, sekarang coba kamu pakai. Aku akan menunggu disana." Kata Steve sambil tidak sabar melihat penampilan Lyra.

"Baiklah." Lyra pun mengikuti seorang pelayan yang menunggu di situ menuju kamar ganti.

Steve pun sangat penasaran dengan penampilan Lyra. Tidak membutuhkan waktu lama, Lyra pun keluar dari kamar ganti. Lyra pun keluar dari kamar ganti, dan berjalan menghadap Steve. Mulut Steve pun terperangah melihat penampilan Lyra. Seorang gadis yang biasa saja, menjadi sangat cantik. Lyra pun tersipu malu melihat ekspresi Steve.

"Kamu sangat cantik Lyra." Puji Steve pada Lyra.

"Terima kasih Tuan." Kata Lyra dengan tersipu malu.

"Seperti nya kurang sesuatu. Ah, kamu butuh sepatu heels." Steve pun berdiri, dan menyuruh pelayan di samping Lyra membawakan beberapa sepatu heels.

"T-tapi Tuan, saya tidak pernah memakai sepatu itu." Ujar Lyra.

"Tidak apa - apa. Suatu saat kamu akan terbiasa nanti dengan sepatu yang seperti itu."

Tidak membutuhkan waktu yang lama, pelayanan itu datang membawakan sepatu heels putih dan hitam. Sepatu itu sangat cantik di mata Lyra.

"Seperti nya ini sangat mahal." Kata Lyra dalam hati.

Steve pun mengambil sepatu itu, dan mempersilahkan Lyra untuk duduk di tempat nya.

"Duduk lah."

"Baik Tuan." Lyra pun duduk, Steve mulai memasang kan sepasang sepatu hitam pada kaki Lyra. Steve pun memegang kedua tangan Lyra, dan membantu Lyra untuk berdiri.

"Seperti nya ini bagus." Puji Lyra terhadap pilihan Steve.

Tiba - tiba Lyra kehilangan keseimbangan nya gara - gara memakai sepatu heels tersebut. Dengan cepat, Steve menangkap Lyra yang hampir terjatuh.

"Kamu tidak apa - apa?" Tanya Steve khawatir.

"Tidak Tuan, terima kasih Tuan." Kata Lyra sambil tersenyum.

Setelah beberapa jam berada di Mall, mereka pun pulang, barang belanjaan Steve dan Lyra sangatlah banyak. Lyra sampai tidak enak hati pada Steve.

"Rumah kamu dimana?" Tanya Steve sambil menyetir.

"Rumah? Aku tinggal di panti asuhan yang dekat gedung perusahaan Tuan." Jawab Lyra seadanya.

"Ah, Baiklah. Mengapa kamu tidak tinggal dirumah?" Tanya Steve yng penasaran.

Lyra pun terdiam, seketika air mata Lyra pun turun membasahi pipi nya. Steve pun langsung memberhentikan mobilnya.

"Apa aku salah bertanya?" Tanya Steve pada hatinya.

"Maafkan aku Lyra. Sudah jangan menangis lagi, ya." Ucap Steve sambil memeluk Lyra.

Lyra pun masih menangis, Steve berpikir pasti ada kenangan yang buruk semasa kecil nya.

"Ah, betapa bodoh nya aku menanyakan hal itu." Gerutu Steve dengan pelan.

"Tidak apa - apa Tuan, Lyra dulu. Ayah Lyra membunuh Ibu, Lyra lari dari rumah, karena takut dengan ayah." Lyra pun kembali terisak menangis.

"Iya Lyra, saya tahu apa yang kamu rasakan, sudah jangan menangis lagi ya." Ucap Steve sambil mengelus kepala Lyra.

Di sepanjang perjalanan, Lyra hanya diam. Steve pun memberhentikan mobilnya di depan panti asuhan tersebut. Dan Lyra masih diam saja.

"Lyra, maafkan aku." Ucap Steve dengan bersalah.

"Tidak apa - apa Tuan. Terima kasih untuk hari ini. Lain waktu saya akan membalas kebaikan Tuan nanti." Balas Lyra sambil tersenyum dan keluar dari mobil Steve.

Steve pun tersenyum, dan melihat Lyra keluar dari mobil nya. Steve pun menjalankan kembali mobil nya. Sepanjang perjalanan Steve teringat akan senyum Lyra. Sampai - sampai Steve tersenyum saat mengingat nya.

"Senyum yang sangat indah. Aku akan melindungi kamu, Lyra. Aku janji."


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C4
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login