Download App
7.03% CEO MENGEJAR CINTA / Chapter 34: Bab. 34 Kebebasan

Chapter 34: Bab. 34 Kebebasan

Tuan Raksa yang mendengar penjelasan yang diberikan dari dokter kaget dan tak pernah membayangkan kalau hal ini akan terjadi lagi. Dulu istrinya Rasti seperti ini sekarang Sandra.

"Bagaimana tuan, jika setuju silahkan tanda tangani kertas ini agar kami bisa secepatnya melakukan operasi tersebut" tanya dokter yang mengagetkan tuan Raksa dari lamunannya.

"Baik saya setuju, lakukan yang terbaik untuk istri saya" ucap tuan Raksa dan langsung menandatangani surat persetujuan operasi tersebut.

Tuan Raksa berjalan lesu menuju lorong IGD. Tia yang melihat papanya datang dengan lesu langsung menghampirinya.

"Pa, apa yang dikatakan dokter tentang mama. Kenapa papa lama didalam. Mama baik-baik saja bukan, tak ada hal yang perlu dikhawatirkan" Tia langsung menodong dengan beberapa pertanyaan ke tuan Raksa.

"Kita berdoa saja untuk mamamu, semoga semua baik-baik saja" jawab tuan Raksa dengan tak bersemangat dan duduk di lorong rumah sakit tersebut.

Suster dan dokter keluar mendorong ranjang pasien menuju ruang operasi yang akan segera dilakukan. Tuan Raksa, Tia dan Axel yang melihat itu pun berdiri dan mengikutinya dari belakang.

Setibanya di depan ruang operasi tuan Raksa diberhentikan suster agar tak ikut masuk kedalam.

"Maaf, tuan-tuan dan nona mohon menunggu diluar serta berdoa agar operasi berjalan dengan lancar" ucap suster tersebut.

Beberapa dokter lewat dan masuk ke ruangan tersebut dengan tergesa-gesa. Lampu operasi mulai menyala menandakan kalau operasi sudah mulai berlangsung. Di luar pintu operasi tuan Raksa, Axel serta Tia berjalan mondar mandir dan sesekali duduk. Mereka menunggu dengan cemas dan khawatir akan hasil dari operasi tersebut.

Waktu yang ditentukan dalam melakukan operasi sudah lewat. Sekarang waktu sudah menunjukkan waktu jam 3 dini hari, lampu ruang operasi masih tetap menyala. Seorang suster keluar dan berlari entah menuju kemana. Saat kembali suster tersebut membawa defibrilator yang orang lebih mengenalnya dengan nama alat pancu jantung.

Mereka berdoa agar tak terjadi hal yang buruk nantinya. Terlebih tadi melihat suster membawa masuk defibrilator dan memanggil beberapa dokter spesialis. Operasi baru selesai setelah waktu menunjukan jam 5 pagi.

Dokter memberitahukan semua hal yang terjadi saat operasi dilakukan, dan mereka harus siap dengan kemungkinan terburuk jika terjadi sewaktu-waktu. Tia yang mendengar itu pingsan dan langsung dibawa oleh Axel ke ruang IGD untuk mendapatkan tindakan secepatnya.

Tuan Raksa hanya terdiam dan mencerna semua yang dia dengar penjelasan dari dokter tadi setelah memeriksa dan memastikan semua alat yang terpasang di tubuh Sandra berjalan dengan semestinya.

Axel yang membawa Tia ke ruang IGD sedang menunggu di luar untuk menanyakan hasil yang diperoleh dari dokter setelah memeriksa Tia.

"Dokter, bagaimana keadaan Tia" tanya Axel kepada dokter yang keluar setelah menangani Tia di ruang IGD

"Untuk nona Tia dia tak apa-apa hanya pingsan akibat kaget, kelelahan dan sepertinya sedang tertekan. Kalau bisa jangan dikasih beban pikiran yang terlalu berat dulu karena takut akan membuatnya depresi nantinya jika dia tidak bisa mengendalikan emosi dan pikirannya" dokter memberikan penjelasan ke Axel

"Untuk sementara biarkan dia istirahat dulu sampai cairan infusnya habis" lanjut dokter memberitahukan tindakan yang harus diambil.

"Baik, terima kasih dokter" ucap Axel mengerti dan mengucapkan terima kasih.

Axel hari ini tak datang ke kantor hari ini. Semua pekerjaanya sudah diserahkan ke asisten dan sekretarisnya, jika memang ada masalah yang mendesak atau penting mereka diminta untuk secepatnya mengabari Axel.

Tia sudah mulai sadar dari pingsannya, jarum infus sudah dilepas dari tangannya Tia. Axel masih setia menemani Tia di ruang perawatan IGD.

"Kak, kenapa Tia ada disini? Bukannya tadi Tia ada di ruangan mama di rawat yah" tanya Tia setelah sadar pingsannya

"Kamu tadi pingsan dan aku membawamu kesini untuk mendapatkan perawatan. Dokter memberitahu kalau kamu kaget dan kelelahan. Dan saran dokter jangan terlalu memikirkan hal yang terlalu berat karena tak bagus untuk kesehatanmu" jelas Axel ke Tia.

"Terima kasih, kak sudah perhatian sama Tia" ucap Tia berterima kasih.

"Hmm" balas Axel.

Axel dan Tia kembali ke ruang perawatan nyonya Sandra setelah Axel membayar biaya administrasi perawatan Tia tadi.

Setibanya di koridor ruang perawatan nyonya Sandra. Axel melihat papanya sedang duduk dibangku di samping pintu kamar perawatan nyonya Sandra.

"Ada apa pa?" tanya Axel.

"Kamu dan Tia pulanglah terlebih dahulu, nanti minta orang rumah antarkan keperluan papa kesini" ucap tuan Raksa meminta anaknya pulang untuk istirahat.

"Tapi Tia tak ingin jauh dari mama, pa" balas Tia.

"Tak ada yang bisa kita lakukan sekarang selain berdoa untuk mamamu. Kau juga harus jaga kesehatan" ucap tuan Raksa

"Axel hari ini jika memang tak ada kerjaan yang begitu penting dan mendesak sekali, tak perlu kamu datang ke kantor. Kamu bisa cek semua kerjaan lewat ponsel atau laptop saja. Papa tak ingin kamu jatuh sakit atau kenapa-napa" sambung tuan Raksa berucap untuk memberitahu

"Iya, pa. Tadi Axel sudah memberitahu kantor kalau hari ini tidak masuk dan jika ada keperluan mendesak atau penting sekali mereka akan menghubungi Axel" jelas Axel memberitahu tentang pekerjaannya di kantor.

Tia yang merasa berat untuk meninggalkan mamanya mau tidak mau akhirnya ikut Axel pulang ke rumah.

Axel menjalankan mobilnya menggunakan kecepatan yang rendah. Dia tak berani menggunakan kecepatan tinggi mengingat semalaman tidak tidur sama sekali saat di rumah sakit.

Sekitar satu jam lebih sedikit mobil Axel sampai di kediaman keluarga Prayuda. Biasanya hanya butuh waktu tak sampai empat puluh menit kali ini lebih lama memakan waktunya dari rumah sakit.

Setibanya di rumah Axel dan Tia melihat lantai dan ruangan utama yang tadi malam banyak darah dan berantakan sudah bersih dan tertata rapi seperti semula seakan-akan tak pernah terjadi insiden apapun di dalam rumah tersebut.

Axel dan Tia mulai menaiki anak tangga satu persatu menuju kamar mereka di lantai atas. Mereka mulai membersihkan diri dan mengganti pakaian santai.

Tia langsung tidur dan hanya berpesan pada pelayan untuk dibangunkan nanti pas makan siang saja. Tia hari ini izin tak masuk kuliah.

Sementara di ruangan yang lain Axel setelah bersih-bersih dan berganti pakaian yang santai langsung mengecek e-mail yang masuk dan mempelajarinya. Axel turun ke bawah untuk mengambil air sebelum kembali lagi bekerja dengan tumpukan email yang dikirim dari kantor. Axel mencari kepala pelayan untuk meminta salah satu pekerja mengantarkan keperluan papanya selama di rumah sakit menemani nyonya Sandra.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Perusahaan Pratama Corporation

Elang sedang duduk di kursi kebesarannya sambil memandangi kota yang terpampang jelas dari ruangannya tersebut. Hiruk-pikuk manusia di kota terlihat jelas, mereka mengejar waktu dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

Elang memejamkan matanya dan tanpa sengaja terlintas wajah Via dalam pikirannya. Terbayang wajah-wajah Via yang tersenyum, bersedih, kecewa. Entah kenapa tanpa diminta ataupun izin wajah-wajah Via yang seperti itu yang terlintas dalam pikirannya.

Saat terlintas wajah Via yang tersenyum ada rasa bahagia yang sulit untuk digambarkan dan membuat moodnya baik, akan tetapi jika yang terlintas wajah yang bersedih dan kecewa ada perasaan bersalah jika bisa digambarkan mungkin seperti ada benda tajam yang menikam hatinya serta mencabik-cabik dirinya hingga menjadi butiran debu.

"Roy, kamu mempunyai salinan profil data milik Via yang waktu itu kasih ke aku. Kalau bisa secepatnya antarkan ke ruanganku segera" ucap Elang ditelepon setelah sadar dari lamunannya.

Roy yang diminta hal tersebut langsung mempersiapkan data-data yang diminta Elang. Roy tahu bosnya itu terkadang akan minta data tersebut lagi jika memang ada hal yang mendesak atau penting.

Tok tok tok

Roy masuk ke dalam ruangan Elang setelah di kasih izin. Roy menyerahkan semua data-data yang diminta sampai sedetailnya.

Roy sudah kembali ke ruangannya setelah selesai mengantarkan berkas tersebut. Elang menerima berkas tersebut dan membacanya satu persatu dengan teliti. Elang melihat tempat dan tanggal lahir Via yang ternyata tinggal sebentar lagi serta nilai-nilai akademis yang sangat memuaskan tentunya.

"Ternyata benar Via hanya tinggal sebentar lagi akan mengajukan skripsi dan setelah itu lulus. Baiklah aku akan memberi kebebasan untukmu tapi dengan beberapa syarat tentunya" gumam Elang lirih dan tersenyum yang sulit diartikan.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C34
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login