Download App
66.66% Live with You

Night

BACA JAM BERAPA??

VOTE & KOMENTAR

Jangan lupa yaaa. (≡^∇^≡)

.

Btw, cerita ini konfliknya gak bakal berat ya. Kisah ini mencakup kehidupan Valerry dan kisah masa lalunya yang blm terselesaikan. Yang sudah baca sampai ending, pasti paham.

.

Happy Reading!!

🥰🥰

_****_

Sebuah keluarga memang seharusnya seperti ini, kan??

Berkumpul dan saling bertukar cerita.

Bukankah memang sudah semestinya bisa menikmati waktu bersama dengan perasaan gembira dan juga suka cita.

Dan sudah berapa lama Valerry tidak merasakan suasana ke keluargaan seperti ini?

Kehidupan Valerry tidak seberuntung sebagian orang, pun tidak pula seberantakan yang orang lain lihat. Wanita yang kini memiliki nama belakang Alarix itu sudah menjalani asam, pahit dan manisnya kehidupan.

Di tinggal sang Ibu dan menjadi tulang punggung untuk satu-satunya keluarga yang ia miliki, hingga nyaris menjadi tumbal untuk melunasi hutang ayahnya pun sudah pernah di lalui nya.

Dan ketika kehidupannya sudah jauh lebih bahagia, setitik perasaan pahit masih Valerry miliki.

Bukan karena dia tidak bahagia dengan kehidupannya sekarang ini. Bukan. Hanya saja, di dalam hatinya masih ada sesuatu yang mengganjal untuk segera ia selesaikan jika ingin kehidupannya lebih lengkap dan juga sempurna.

Kehidupannya yang dulu tidak seberuntung yang sebagian orang lihat. Meski dia memiliki wajah cantik dan tidak pernah sekalipun terlihat menyedihkan bagi semua mata yang memandang, tapi di dalam hati wanita itu, ada luka yang menganga lebar hingga Valerry nyaris tak mengenali siapa dia yang sesungguhnya.

Tapi kali ini, hidupnya yang dulu jauh dari kata bahagia, sekarang menjelma menjadi kehidupan yang teramat luar biasa ia syukuri. Meski dalam perjalanan ia mendapat berbagai situasi, tapi sepadan dengan apa yang Valerry dapatkan sekarang.

Wanita pertama yang menduduki hati Kenzo Alarix itu tak sirna menunjukkan senyumnya. Selalu menebar rasa nyaman untuk siapa pun yang berada di sekitarnya.

Dan, lelaki mana yang tidak akan tunduk akan pesona, kehangatan, perhatian, dan kesabaran yang Valerry miliki.

Bahkan lelaki seperti Kenzo Alarix sudah menjadi lelaki sinting jika sudah berhadapan dengan wanita yang terlahir di musim semi tersebut. Dan akan menjadi lelaki pencemburu meski lelaki yang mendekati istrinya adalah sepupu dari Valerry sendiri.

Seperti malam ini.

"Rasa-rasanya punggungku akan berlubang."

Adalah kalimat kesekian kalinya yang Sean luncurkan saat sedang mengobral dengan Valerry. Sepupu yang sudah lama tak di temui nya itu ternyata memiliki kehidupan yang sudah jauh lebih baik dan Sean merasa tidak perlu lagi mencemaskan nya jika ada satu sosok yang sejak tadi melotot tajam begitu dirinya mulai mengajak Valerry berbicara. "Kenapa dia seperti itu?"

Valerry terkikik mendengarnya. "Hanya perasaanmu saja, Sean."

Sean menggeleng, "perasaanku? Apa kau bercanda, Valle." Hembusan napas yang Sean keluarkan menjadi bukti jika ada sesuatu di balik punggungnya. "Aku sudah lelah melihat suamimu bersikap seperti itu. Dia pikir aku ini siapa. Kita masih sepupu, kalau kalau dia lupa fakta tersebut." Desah Sean putus asa.

Valerry tentu tidak bisa menyangkal jika apa yang sepupunya itu katakan bukanlah tanpa alasan. Nyatanya, Kenzo selalu bersikap seperti itu entah kepada lelaki mana pun yang ber-interaksi dengannya. "Lain kali akan ku marahi dia." Sambil tersenyum tipis, Valerry kembali melanjutkan obrolan mereka yang tertunda akibat perasaan tak enak yang Sean rasakan.

Lalu, tak berselang berapa lama, Valerry menghampiri Keanu yang sedang berdiri dengan mata menatapnya. Seolah berkata, 'Mama, kemarilah.'

"Jadi, kenapa anak Mama sendirian. Di mana Papa?" tanyanya.

Keanu mengangkat bahu, "entah lah. Tapi lebih baik Papa tidak di sini."

"Kenapa?"

"Kalau Papa ke sini, pasti akan sangat menyebalkan."

"Oh, memangnya siapa yang akan merengek jika Papa dinas ke luar kota dan tidak menghubungimu sama sekali?" Sindir Valerry, "Kalian berdua memang serasi,"

Mendengar itu, Kean berdecak kesal. Mengerucut kan bibirnya tanda jika ia tidak suka di samakan dengan Kenzo.

"Apa Mama tidak bisa melihat jika aku dan Papa benar-benar tidak memiliki kesamaan." Sungutnya kesal.

"Siapa bilang. Mama yang paling tau tentang kalian berdua."

"Mama," Rengek Keanu lagi. Menolak di samakan dengan Kenzo meski lelaki kecil itu memiliki sifat yang tidak ada bedanya jika sudah menyangkut Valerry di dalamnya. "Kenapa Papa bisa seberuntung itu sih mendapatkan Mama." Keluhnya.

"Kalau bukan karena Papa, kau tidak akan bisa memiliki Mama seperti ini." Sahut Kenzo. Sambil membelit perut Valerry dari belakang dan meletakkan dagunya di bahu Valerry yang terbuka. Menghirup aroma yang menguar dari balik tubuh istrinya yang khas.

Mendengar perkataan Kenzo, Keanu langsung menggelembung kan pipinya, namun menyetujui apa yang Kenzo ucapkan. "Kali ini, Papa memang benar." Serunya sambil bersedekap kesal.

Semua yang melihat interaksi itu hanya bisa tercengang tak percaya. Perdebatan yang tak pernah mereka lihat itu seperti menjadi hiburan tersendiri.

Bisa di bilang, bahwa Kenzo Alarix adalah lelaki yang paling minim berinteraksi. Dan sekalinya mereka menatap bagaimana hubungan dua Alarix itu, sanggup mematahkan argumentasi jika Kenzo bukanlah lelaki yang tidak memiliki kosa kata selain mengangguk, menggeleng dan bergumam ambigu yang selama ini mereka ketahui.

"Papa tidak pernah salah, Boy."

Keanu berdecak. Menatap kesal dengan tingkah laku Papanya yang terlihat penuh kuasa.

Lalu tatapan Keanu terjatuh pada Kenzo yang selalu menempel erat pada wanita yang sangat di sayangi nya itu. Kemudian, "mama tidak lupa dengan janji Mama, kan?"

Valerry tersenyum dan mengangguk, "tentu saja, sayang." Ucapnya. Yang di barengi dengan usapan halus di surai hitamnya.

Keanu tersenyum penuh kemenangan, bergaya seolah-olah dia adalah pemenang terakhir yang akan menguasai Valerry.

Melihat itu, dahi Kenzo berkerut dan kalimat penuh nada ingin tahu langsung meluncur sempurna dari bibirnya. "Janji? Janji apa?"

"Malam ini Mama akan tidur denganku, Papa. Iya kan, Ma?" Sahut Keanu penuh semangat.

Sedangkan Valerry, wanita yang menjadi bahan rebutan antara dua lelaki Alarix itu hanya bisa mengangguk dan menggaruk pipinya dengan senyum canggung.

"Ma," Panggil Kenzo, seolah tak terima dengan kabar yang baru saja ia dengar. "Jangan bercanda. Sama sekali tidak lucu." Cercanya.

"Aku sudah berjanji pada Baby Kean, Papa."

Kenzo menggelengkan kepala tak percaya. Melepaskan ke dua lilitan tangannya di tubuh Valerry dan kemudian berlalu mengambil Keyra untuk ia bawa dalam gendongannya.

"Princess Papa, Mamamu akan di ambil Kakak semalaman penuh." Adu Kenzo. Mencari-cari titik kelemahan dari lelaki mungil yang memiliki sifat posesif berlebihan pada satu-satunya wanita yang menjadi rebutan.

Melihat perdebatan itu, semua yang melihat hanya mampu menggelengkan kepala takjub. Merasa melihat drama keluarga yang di rasa lebih menyenangkan jika melihat sifat Kenzo yang di luar nalar itu.

"Apa putraku selalu bersikap seperti itu, Valle?" Riana bertanya sambil menatap putra bungsunya dengan dahi berkerut. Wanita yang telah melahirkan lelaki yang terkenal dingin itu merasa terheran-heran dengan sikap yang Kenzo perlihatkan.

Untuk pertama kalinya, Kenzo menunjukkan sisi lain dari sikap yang biasanya lelaki itu tunjukkan.

Valerry tersenyum tipis menanggapi, "tidak selalu. Tapi, ya. Dia terkadang bersikap seperti itu pada putranya."

Mendengar itu, Riana memunculkan senyum khas seorang Ibu yang melihat kehidupan pernikahan putranya dengan puji syukur. Entah apa alasannya, hanya saja, dalam hati wanita paruh baya itu bisa merasakan jika kehadiran Valerry adalah pilihan terbaik yang pernah ada di dalam keluarganya ketika tragedi naas itu terjadi.

Malam ini teramat sangat indah. Malam berbintang dengan seluruh keluarga berkumpul menjadi satu. Gelak tawa, canda dan perdebatan kecil di dalamnya tak mampu mengurangi rasa bahagia yang bergemuruh menyeluruh ke seluruh permukaan.

Dan ketika malam kian larut dengan hawa dingin yang mulai masuk menyeruak, satu rengekan dari si princess cantik itu membuat Valerry harus segera pergi untuk segera menidurkan Keyra sebelum perempuan mungil itu menangis semakin kencang.

"Nha, waktunya princess Mama tidur." Ujar Valerry, sembari menepuk-nepuk pantat Keyra dan bersenandung kecil.

Beberapa menit berlalu dengan ke dua mata kecil itu terpejam. Dan sebelum Valerry benar-benar pergi meninggalkan Keyra dalam tidur lelapnya, Valerry mendengar suara pintu terbuka dengan jejak langkah kaki yang kian mendekat di balik punggungnya.

"Sayang," Tidak perlu menoleh untuk melihat siapa pemilik suara tersebut. Jika Valerry sudah merasakan satu lengan kokoh melingkar di perutnya dan kecupan singkat mendarat di sebelah pipinya adalah jawaban pasti siapa yang melakukannya jika bukan Suaminya sendiri. Kenzo Alarix.

"Kenapa?" Tanya Valerry. Merasa heran dengan kehadiran Kenzo. "Membutuhkan sesuatu?" Sambungnya.

Kenzo bergumam di sela-sela pelukannya di belakang tubuh Valerry. Lelaki itu merapatkan tubuhnya dan mulai mengendus harum tubuh Istrinya seperti yang sering ia lakukan.

Tak ada jawaban dari bibir lelaki yang memeluk tubuhnya. Hingga wanita kesayangan keluarga Alarix itu kembali melanjutkan ucapannya.

"Apa sudah selesai. Bukankah baru beberapa menit yang lalu aku meninggalkan kalian untuk menidurkan Key."

"Princess sudah tidur?"

"Dia baru saja memejamkan mata. Kenapa?"

"Hn,"

Kembali dalam Nada ambigu yang Kenzo berikan. Valerry membalikkan tubuh dan menatap lekat-lekat wajah suaminya yang kini sudah memejamkan matanya.

"Terjadi sesuatu?"

Mata jelaga itu terbuka. Intensitas tatapan Kenzo langsung tertuju pada mata bening di depannya. "Sekarang ini hanya ada kita. Key juga sudah tidur."

Dahi Valerry bertaut menjadi satu barisan panjang. "Lalu?"

Dan seringai penuh kenakalan itu langsung tercetak di wajah tampan seorang Kenzo ketika otak pintarnya memiliki satu ide yang sangat menarik.

Tanpa perlu bertanya pun, Valerry bisa menyimpulkan apa yang suaminya itu inginkan. Jika jemari tangan Kenzo sudah bergerak nakal di payudaranya.

"Papaa..." Seru Valerry. Melotot mencoba mencari keberuntungan untuk terlepas dari godaan yang akan Kenzo berikan pada tubuhnya. "Mereka pasti menunggu kita." Kilah Valerry. Masih mencoba menghentikan aksi gerakan yang masih Kenzo berbuat.

"Memangnya aku peduli." Ujar Kenzo tak acuh. Kembali jemari tangannya bergerak membuka kancing baju Valerry dan kemudian meluncurkan telapak tangannya meremas benda kenyal yang menjadi candu untuk segera ia raup dalam hisapannya.

Melepaskan satu payudara Valerry dari bra hitam berenda, Kenzo langsung menarik ujung payudara Valerry hingga wanita itu terpekik terkejut.

"Astaga, Papa!!" Seru Valerry. Memukul bahu Kenzo kesal. Namun tentu saja, tak mampu menghentikan aksi yang Kenzo lakukan.

"Malam ini aku tidak akan bisa melakukannya seperti biasanya, Mama." Dumel Kenzo. Kembali mulai memainkan ujung payudara Valerry dengan tarikan dan sedikit lintiran di sana.

Lalu tanpa aba-aba lebih dahulu, mulut lelaki Alarix itu sudah menghisap puncak dada Valerry dengan hisapan kecil. Membuat Valerry meremang sekaligus meringis kecil saat merasakan gigi suaminya bergerak kecil di seputar putingnya.

"Jangan di gigit!!" Pinta Valerry tegas. Saat intuisinya mengatakan jika lelaki yang sedang melakukan lactating di sebelah dadanya itu akan bertindak seperti apa yang ia pikirkan.

"Hn," gumam Kenzo menanggapi.

Namun sebelum ia puas dengan apa yang mulutnya lakukan, sebuah ketukan dari arah pintu kamar tersebut menghentikan hisapan yang Kenzo lakukan.

Valerry yang juga mendengar suara ketukan pintu tersebut pun mencoba melepaskan hisapan bibir suaminya. Namun naasnya, ketika Valerry mencoba menjauhkan kepala Kenzo dari jangkauan dadanya, lelaki jangkung tersebut langsung menghisap puting Valerry semakin kuat dan panjang.

"Papa!!" Maki Valerry. Meringis kecil saat ia merasakan hawa panas menjalar di sekitar puting miliknya. Tak menduga dengan perlakuan yang suaminya lakukan, Valerry hanya bisa mendesis dan kembali mencoba melepaskan hisapan tersebut meski usahanya berakhir sia-sia.

Percaya bahwa Kenzo tidak akan melepaskan kontak mulutnya di ujung dadanya. Hingga pada akhirnya, Valerry menulikan telinga. Mengabaikan suara yang berada di balik pintu tersebut dan tidak memperdulikan suara ketukan yang semakin lama semakin tak terdengar suaranya.

"Mau sampai kapan kau akan menghisap dadaku seperti ini sih." Sewot Valerry. Mulai lelah dengan kebiasaan yang Kenzo lakukan sejak dulu.

Kenzo menatap Valerry tanpa melepaskan hisapannya, kemudian bergumam sejenak, "sampai kita menua."

"Dasar sinting." Cela Valerry. "Bahkan sampai kulitku keriput?" tanyanya sekali lagi.

"Mau keriput atau tidak, aku tetap mencintaimu, Mama."

Dan apa yang bisa Valerry katakan jika ucapan yang Kenzo berikan sudah membungkam seluruh argumentasinya.

Membuat wanita kesayangan keluarga Alarix itu memperlihatkan pipi merah jambu yang menghiasi wajah cantiknya.

****

TBC

.

.

.

Suka dg part ini??

Ada pesan buat Keanu atau Kenzo??

Jgn lupa EMOTICON untk part ini juga.

🤭🤭🤦‍♀🤦‍♀🤦‍♀😖😖😂


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C4
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login