Download App
33.33% Live with You

Chapter 2: Big Baby Boy!!

Baca jam berapa??

VOTE, SHARE & KOMENTAR

jangan lupa yaa.

.

.

Happy Reading!!

***

Memangnya siapa yang bisa menghalangi seorang Kenzo untuk tidak melanjutkan kegiatan rutin yang paling ia sukai di dunia ini.

Meski Valerry sudah memperingatkan dirinya untuk tidak menggigit ujung payudaranya, tapi lelaki pantat ayam itu tentu tidak akan peduli pada larangan yang Valerry berikan.

Gigitan kecil yang ia layangkan di pucuk puting istrinya itu sudah seperti kebiasaan yang tidak bisa ia elakkan. Kenzo teramat terbiasa dengan kegiatan yang sudah di lakoninya semenjak putranya itu masih dalam dekapan Valerry.

Masih teringat dengan jelas bagaimana dulu Kenzo merasakan puting kecil itu berada di atas lidahnya. Bagaimana raut ekspresi yang Valerry keluarkan ketika dirinya melakukan sentuhan pada payudara dari wanitanya itu.

Dan kini,

"J-Jangannnnn..." Valerry berusaha menjauhkan kepala Kenzo dari atas tubuhnya. Dan pada akhirnya, tindakan yang di lakukan Valerry berakhir sia-sia.

Kenzo tetap melakukan hisapan hisapan kecil serta di barengi dengan gigitan nakal di puncak payudara Valerry hingga wanita yang berada di bawah kuasa Kenzo itu harus menutup mulut agar tak menimbulkan kegaduhan di malam hari yang sudah semakin larut.

Valerry bergerak tak beraturan saat merasakan gigi suaminya mulai memainkan puting miliknya dan menariknya hingga tubuh Valerry tertarik keatas mengikuti tarikan yang Kenzo perbuat.

Sesekali Valerry melirik ke arah tempat tidur kecil yang tak jauh dari pandangannya. Sekilas, mata bening itu menangkap pergerakan kecil yang di lakukan oleh putrinya.

Hingga...

"Ugh!!" Suara lenguhan itu mengalun ke permukaan. Mengisi hawa panas yang sengaja Kenzo ciptakan. "Papaaa~" Valerry mendesis kecil atas perlakuan yang Kenzo perbuat di ke dua payudaranya. Meski bukan pertama kalinya Kenzo melakukan kegiatan seperti ini, tapi tetap saja, mendapat serangan seperti ini sanggup membuat Valery merasa tergelitik hingga tubuhnya bergerak gerak tak tentu arah.

"Bukankah ini sangat nikmat."

DEMIT BRENGSEK!! maki Valerry dalam hati.

Tanpa melepas hisapannya di dada Valerry, Kenzo menatap wanita yang paling di cintainya itu dengan seringai khas miliknya. Menikmati setiap reaksi yang di perlihatkan Valerry atas kinerja mulut dan tangannya yang berada di atas benda bulat yang sering kali ia permainkan.

"Papaaaahhhhh..."

Hingga suara-suara lumatan, jilatan dan juga erangan yang terdengar mampu membuat ke dua manusia itu lupa, jika di dalam kamar yang mereka tempati itu juga terdapat satu makhluk yang butuh ketenangan untuk tertidur.

"T-Tidak, Papa. Ja...." Valerry kembali membekap mulutnya dengan mata tertutup rapat. Kalimat yang akan ia keluarkan terendam dengan desahan yang hampir meluncur dari bibirnya.

Deru napas Valerry kian tersendat saat ia merasakan hisapan yang kian menguat di dadanya. Kenzo benar-benar menghiraukan perkataan Valerry agar tidak menggigit putingnya seperti yang sekarang dilakukan oleh suaminya.

Dan ketika jemari tangan Kenzo mulai menjalar ke rana bawah tubuh Valerry, suara rengekan yang tak asing di pendengaran mereka menghentikan aksi nakal yang akan Kenzo lakukan untuk ke sekian kalinya.

"Kenapa putriku sama menyebalkannya seperti putraku ketika kecil!!" Desah Kenzo putus asa.

Berhenti dari kegiatannya meski Kenzo masih ingin melakukan sesuatu yang lebih pada tubuh istrinya yang sudah terlihat siap untuk ia tusuk-tusuk di tempat yang seharusnya.

"Ke dua anak kita bahkan sudah berhenti menyusu. Kenapa kau yang sebagai Papanya tidak mau berhenti sih." Keluh Valerry. Menggelengkan kepala begitu Kenzo melepaskan hisapan nya dan membiarkan ke dua payudaranya menjadi sandaran empuk untuk kepala suaminya.

Valerry memalingkan wajahnya menatap tempat tidur anaknya dan mendengar suara rengekan di sana.

"Menyingkir," Seloroh Valerry. Berusaha menyingkirkan kepala suaminya yang masih berada di tengah-tengah dadanya. "Biar ku lihat dulu."

Kenzo menghela napas panjang. Menatap Valerry dengan sorot mata penuh permohonan. Seolah mengatakan, 'nanti juga Key tidur lagi'.

"Cepat menyingkir, Papa." Titah Valerry tegas.

Dengan dengusan tertahan, Kenzo bergulir ke samping tubuh Valerry. Bertelentang tak tau diri menampilan otot-otot nya yang perkasa.

"Apa dia terbangun?" bisik Kenzo. Saat melihat Valerry menepuk tepuk bagian tubuh putrinya.

"Tidak. sepertinya Key terusik dan tidurnya terganggu."

"Selalu saja," Kenzo menggeram dan menarik rambutnya frustrasi.

"Sudah kubilang, jangan. Akan lebih baik jika kita tidur."

Dan begitu Valerry sudah duduk di pinggiran tempat tidur, Kenzo bangun dan bergulir di bawah Valerry. Mempertontonkan seringai nakal dan kembali membuka baju yang istrinya kenakan.

"Apalagi sekarang?" Tanya Valerry bingung. Melihat Kenzo berjongkok di depannya dan membuka baju yang ia kenakan.

"Tentu saja melanjutnya yang sempat tertunda." Dan wajah penuh binar yang Kenzo perlihatkan mampu membuat Valerry menghela napas panjang di buatnya.

Entah setan apa yang merasuki tubuh suaminya itu. Hingga malam kian beranjak dan pagi akan segera datang, lelaki yang berjongkok di depannya itu tak terlihat mau berhenti pada payudaranya yang menggelantung sempurna di depan mata yang siap di konsumsi oleh lelaki Alarix yang sayangnya adalah Suami sekaligus pria yang teramat di cintai Valerry.

_***_

Pagi ini di mulai dengan melakukan tugas negara yang sudah menjadi kebiasaan Valerry sebelum ia beranjak dari tempat tidurnya.

Lengan kokoh yang memeluknya sepanjang malam itu tidak akan pernah bergeser dari tubuhnya jika Valerry tak memberi sedikit sentuhan lembut pada lelaki yang semalam suntuk menguras energi yang Valerry miliki.

"Papa," Dalam diam Valerry memperhatikan wajah Kenzo yang masih terlelap di buai mimpi. Tubuh lelaki itu masih bertelanjang dada yang memperlihatkan bentuk tubuhnya yang berotot. "Lepas. Aku mau ke kamar mandi lalu membuat sarapan untuk kalian."

Tak ada gerakan berarti. Bahkan Valerry sudah memberi satu kecupan kecil di bibir suaminya agar setidaknya pelukan itu sedikit melonggar. 

Selang beberapa menit kemudian, ketika Valerry membelai rahang kokoh Kenzo, mata jelaga itu langsung terbuka. Dan memberi satu ukiran senyum yang hanya bisa Valerry miliki sendiri. "Tidurlah lagi. Aku akan menyiapkan sarapan untuk kalian."

Kenzo mengangguk dan tak lupa memberi satu kecupan singkat di kening Valerry sebelum lelaki itu kembali memejamkan matanya.

Bergerak turun dari ranjang, Valerry langsung berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Menatap bentuk tubuhnya di pantulan cermin, wanita dengan rambut panjang itu hanya bisa menggelengkan kepalanya takjub akan bercak merah yang menjalar hampir di sekujur tubuhnya. Meski bukan pertama kalinya ia melakukan pergulatan seperti ini, tapi jika melihat tubuhnya memiliki jejak kemerahan akan ulah suaminya, nyatanya sanggup membuat wajah Valerry memerah seketika. Dalam hati ia selalu berkata, 'apa seenak ini menjilati tubuhku.'

"Ken, apa kau benar manusia?" bisik Valerry. Sambil menyabuni seluruh tubuhnya.

Salahkan saja sang suami, yang sejak semalam menguras seluruh tenaga dan membuat sekujur tubuh Valerry terbakar akan gairah yang sengaja Kenzo sulut.

Salahkan lelaki jelmaan demit itu, yang membuat tubuhnya di penuhi bercak merah dan ujung putingnya masih terasa perih dan berdenyut denyut saat mendapat hisapan kuat dari mulut suaminya.

Sejak menikah dan menjalin rumah tangga dengan Kenzo Alarix, Valerry tidak pernah menyangka jika Kenzo akan menjelma menjadi lelaki mengerikan seperti itu.

Valerry hanya berpikir, jika ke laknatan yang ada di diri Kenzo akan berakhir seiring berjalannya waktu. Tapi nyatanya, semakin lelaki itu bertambah usia, Kenzo semakin mengerikan jika sudah ada di atas tempat tidur.

"Hahhh... " Valerry menghela napas pajang dan kembali melakukan aktivasinya sebelum ke dua anak dan suaminya membuka mata.

Memasak bukanlah hal yang sulit untuk Valerry kerjakan. Meski ada beberapa pelayan yang siap mengambil tugas itu untuknya, tapi bagi wanita mungil dan berparas cantik tersebut, Valerry tetap ingin mengerjakan pekerjaan sebagai seorang Ibu Rumah tangga yang sesungguhnya.

"Mama..." Suara Keanu beredar di pendengaran Valerry begitu putranya itu sudah berdiri di balik belakang tubuhnya.

Hari masih menunjukkan pukul enam pagi, dan sang Matahari baru saja mengintip dari tidurnya. Menolehkan kepala, Valerry langsung mengerutkan kening begitu mendapati Keanu yang tidak biasanya membuka mata sepagi ini.

"Tumben sudah bangun." Tegur Valerry sambil membelai rambut putra kesayangannya itu. "Baby Kean membutuhkan sesuatu?"

Alis Keanu berkerut. Begitu mendengar nama panggilan yang Valerry berikan, sedikitnya membuat Keanu memberenggut kesal. "Mama~." Rengek Keanu. "Bukankah sudah kubilang jangan panggil aku dengan panggilan Baby Kean lagi." Protesnya.

Valerry terkikik geli mendengarnya. Memang sudah berulang kali putranya itu menolak di panggil dengan sebutan seperti itu. Tapi naasnya, Valerry tak menghiraukan keinginan yang Keanu katakan. Sejak dulu, bagi Valerry, Keanu akan tetap menjadi Baby Keannya.

"Bukankah itu lucu. Kenapa sih, hmm?"

"Aku kan sudah besar. Sudah punya adik Key." Tukasnya. Sambil menyilangkan ke dua tangannya di depan dada. Berpose selayaknya lelaki dewasa.

Tapi dari pandangan Valerry sekarang, tentu saja hal itu berbanding terbalik dengan ekspresi yang putranya munculkan.

"Jangan berlagak menyebalkan seperti Papamu, sayang."

"Aku kan memang putranya."

"Ohhh...  Jadi kau tidak mau jadi putra Mama lagi. Begitu?"

Dan sontak saja, perkataan itu sanggup membuat tubuh Keanu tegang seketika. "Maaaaa~"

Kali ini terdengar suara rengekan dari bibir Keanu. Membuat Valerry gemas dengan tingkah menggemaskan yang putranya perlihatkan.

"Putra Mama sudah besar." Dan ucapan itu di barengi dengan kecupan singkat di kening Keanu. Membuat lelaki yang duduk di bangku sekolah dasar itu langsung menghambur ke dalam pelukan Valerry. Mencari kehangatan yang sudah sering kali lelaki kecil itu dapatkan sejak dulu.

"Mama,"

"Hm?"

"Terima kasih."

Valerry mengerutkan kening, "untuk?"

"Sudah menjadi Mamaku."

Valerry tersenyum tipis. Menatap Keanu dengan tatapan yang tidak bisa dia gambarkan bagaimana perasaannya saat ini. 

"Mama juga. Bahagia sekali rasanya memiliki dua anak seperti kalian."

"Tapi Papa menyebalkan."

"Kenapa?"

Keanu berpikir sejenak. Menatap Valerry lekat-lekat lalu berkata sangat pelan, "jangan bilang Papa jika aku berbicara seperti ini."

Valerry mengangguk setuju, "jadi, katakan pada Mama."

"Papa itu pelit."

"Pelit?"

"Iya." Keanu berkata tegas

"Kenapa Papa sangat pelit." Sambungnya.

"Pelit? Kenapa Baby Kean bicara seperti itu?" Tanya Valerry bingung.

"Kean kan ingin di peluk dan di cium Mama. Tapi Papa selalu mencibir."

"Astaga. Papa hanya menggodamu, sayang."

Keanu menggeleng tegas, "Mama salah." Dan sorot mata Keanu mempertegas apa yang baru saja lelaki kecil itu ucapkan. "Papa selalu bilang jika Mama hanya milik Papa." Gerutu Kean. Membuat Valerry tak bisa berkata apapun dengan situasi yang sedang ia rasakan. "Papa benar-benar pelit. Mama kan, Mamanya Kean."

"Jadi, apa yang harus Mama lakukan?"

"Mama harus. . ." Keanu berbisik di telinga Valery. Dan wanita berparas cantik itu langsung mengangguk mengerti dengan permintaan yang putranya itu inginkan. "Mama janji, ya?"

"Tentu saja. Mama tidak pernah ingkar janji."

Dan setelah itu, Valerry kembali melanjutkan kegiatannya. Membuat hidangan untuk ia santap saat sarapan bersama keluarganya.

***

TBC

.

.

.

Ada komentar untuk Kenzo di part ini??

Jangan lupa EMOTICONnya juga yaaa

🤣🤣🤣🤦‍♀🤦‍♀.

.. .

Btw, kalau kalian pergi ke PlayStore, tolong mampir ke ceritaku dan kasih ULASAN & RATE BINTANG ya.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login