Download App
17.54% Divine_Gate / Chapter 30: Chapter 29 : Arrival

Chapter 30: Chapter 29 : Arrival

"Ketua, apa kita sudah mau sampai?" ucap Akari.

"Sudah keberapa kalinya kau bertanya tentang itu?" ucap Ryouichi.

"Habisnya aku bosan." ucap Akari sembari memasang wajah cemberut.

"Bersabarlah, sebentar lagi kita akan sampai. Jangan menjadi menyebalkan seperti itu" ucap Natsumi.

"Lihatlah, itu adalah gerbang markas provinsi Selatan " ucap Enzo sembari menyetir.

"Benarkah?!" ucap Akari yang langsung melihat kedepan kaca mobil.

Ryouichi dan yang lainnya pun akhirnya sampai di markas provinsi Selatan. Terlihat gerbang itu dijaga oleh beberapa prajurit.

"Selamat pagi, bisakah kami masuk?" ucap Ryouichi dari dalam mobil kepada prajurit yang tengah berjaga itu.

"Selamat pagi, darimana kalian berasal? Kami baru pertama kali melihat kalian kesini dan seragam kalian berbeda dari prajurit lain yang pernah kami temui" ucap salah satu prajurit yang tengah berjaga.

"Ah, kami berasal dari markas provinsi Timur. Kami diberi perintah untuk mengunjungi markas provinsi Selatan oleh Jendral" ucap Ryouichi.

"Bisakah kalian memperlihatkan surat tugas yang diberikan oleh atasan kalian?" ucap penjaga tersebut.

Ryouichi pun langsung mencari surat tugas yang pernah diberikan oleh Kolonel Ryota kepadanya.

"Apa kalian ada melihat surat tugas yang diberikan oleh Kolonel Ryota?" ucap Ryouichi sembari kebingungan mencari surat tersebut.

"Surat tugas? Bukankah surat itu terakhir di pegang oleh Enzo?" ucap Natsumi.

"Aku? Aku tidak ingat pernah memegang surat itu. Mungkin Akari yang memegang surat itu" ucap Enzo.

"Habislah kita, aku bisa membayangkan wajah Kolonel Ryota jika kita kembali ke markas provinsi untuk meminta surat itu lagi" ucap Ryouichi.

"Apakah kalian mencari kertas yang berwarna putih dan terlihat mengkilap itu?" ucap Akari dengan polos.

Seluruh orang dalam mobil pun langsung melihat kearah Akari.

"Apakah kau tau dimana surat itu? ucap Ryouichi.

"Tentu saja aku tahu" ucap Akari.

Ryouichi pun langsung memasang wajah lega.

"Dimana surat itu sekarang? Bisa kau berikan padaku?" ucap Ryouichi.

Akari langsung memasang wajah cemas dan ketakutan.

"Su-surat itu kemungkinan sudah tidak ada sekarang, sepertinya aku membuat kesalahan" ucap Akari.

"Apa maksudmu?" ucap Natsumi.

"Apa kau ingat ketika kita berdua membuat pesawat kertas bersama anak-anak didesa? Sepertinya surat itu tidak sengaja kubuat menjadi pesawat kertas dan menerbangkannya entah kemana" ucap Akari dengan wajah ketakutan dan polos.

Seluruh orang didalam mobil pun langsung menatap Akari dengan tatapan terkejut.

"Apa kau gila?! Itu adalah surat penting yang diberikan oleh Kolonel Ryota kepada ketua. Bagaimana bisa kau dengan santainya membuat pesawat kertas dari surat itu?!" teriak Natsumi.

"Ha-habisnya ketika aku bertanya apakah ada kertas yang bisa dipakai untuk membuat pesawat, kau menyuruhku untuk mengambil kertas yang berada di laci mobil, Natsumi" ucap Akari.

"Aku tidak pernah menyuruhmu untuk mengambil kertas yang paling bagus dan berbeda diantara yang lainnya! Lagipula dari seluruh kertas yang berada di laci mobil kenapa kau mengambil kertas yang paling bagus?!" teriak Natsumi.

"Habisnya aku mengira bisa membuat pesawat kertas yang paling bagus dengan kertas itu" ucap Akari dengan polos sembari memainkan jarinya.

"Kau ini…" ucap Natsumi sembari menghela nafas.

"Jadi bagaimana ini ketua? Nampaknya kita mengalami sedikit masalah" ucap Enzo sembari melihat kearah Ryouichi.

Terlihat Ryouichi memasang ekspresi terkejut dan kesal, namun segera menghela nafas.

"Apakah kami tidak bisa masuk tanpa memperlihatkan surat tugas itu?" ucap Ryouichi kepada prajurit yang tengah berjaga itu .

"Maaf, kami tidak bisa membiarkan anda masuk tanpa surat tugas itu" ucap prajurit itu.

"Ketua, saya mohon maaf…" ucap Akari kepada Ryouichi sembari memasang ekspresi takut dan menyesal.

Ryouichi pun keluar dari mobil tanpa menjawab perkataan dari Akari dan duduk di pinggir jalan sembari terlihat memikirkan sesuatu.

"Akari, kau harus benar-benar minta maaf kepada ketua karena menyebabkan masalah besar baginya. Ketua memang bukan orang yang suka menyalahkan orang lain, namun dia terlihat sangat kesal kepadamu tadi" ucap Enzo.

"Ke-ketua…" ucap Akari lirih.

Akari pun langsung keluar dari mobil dan mendekati prajurit yang tengah berjaga itu.

"Bisakah kalian membiarkan kami masuk? Saya mohon, kalian tidak perlu membiarkan aku masuk tapi setidaknya biarkan teman-temanku yang lain masuk" ucap Akari sembari memohon dan memasang wajah memelas.

"Sudah saya bilang, kalian tidak bisa masuk tanpa surat tugas itu" ucap prajurit itu.

"Tidak mungkin… jadi perjalanan kami kesini menjadi sia-sia karena aku?" ucap Akari sembari memasang wajah sedih dan menyesal.

Akari terlihat terdiam seribu bahasa meratapi kesalahannya. Ryouichi pun bangkit dari duduknya dan mendekati prajurit yang tengah berjaga itu.

"Akari…" ucap Tiara.

"Apa kalian lihat lencana apa yang ku pakai ini?" ucap Ryouichi sembari menunjukkan lencana yang dia pakai di dada nya.

"Len-lencana itu?! Bukankah itu lencana [Glorius Wing]?" ucap salah satu prajurit itu.

"Benar dan kalian tahukan apa artinya itu? Posisiku sekarang setara dengan jabatan Kolonel" ucap Ryouichi sembari memasang wajah serius.

"Maafkan atas kelancangan kami, silahkan masuk" ucap penjaga itu sembari memberi hormat dan membuka gerbang.

"Kau tidak perlu memohon sampai seperti itu, aku tidak akan lagi mengizinkanmu memohon seperti tadi kepada siapapun. Ingatlah itu" ucap Ryouichi sembari kembali masuk kedalam mobil.

"Ketua..." ucap Akari lirih.

Akhirnya mereka semua pun masuk kedalam markas provinsi selatan, dan berjalan mencari Kolonel Ray.

"Kalian bisa berjalan-jalan dulu, aku dan Enzo akan bertanya kepada prajurit lain tentang keberadaan Kolonel Ray. Dan aku titip Reina kepadamu,Tiara" ucap Ryouichi.

"Baiklah tuan Ryouichi, saya akan menjaga Reina" ucap Tiara sembari tersenyum.

Ryouichi dan Enzo pun berjalan meninggalkan anggota yang lain untuk mencari Kolonel Ray. Tiara, Akari, dan juga Natsumi pun berjalan-jalan berkeliling markas provinsi selatan.

"Tempat ini berbeda dengan markas provinsi timur, semua bangunan lebih modern dibandingkan bangunan di markas provinsi timur"ucap Tiara kagum sembari melihat kesana-kemari.

"Benar, suhunya pun lebih dingin dibanding dengan provinsi Timur. Bukankah begitu, Akari?" ucap Natsumi.

Terlihat Akari berjalan dengan pandangan kosong.

"Akari!" seru Natsumi.

"Ah iya, ada apa?" ucap Akari yang kembali tersadar dari lamunannya.

"Ada apa denganmu? Apa kau masih merasa bersalah kepada ketua?" ucap Natsumi kepada Akari.

"Aku takut untuk meminta maaf kepada ketua. Ketua sampai menggunakan lencana miliknya untuk masuk, meskipun sebenarnya aku tahu ketua bukan tipe orang yang suka menunjukkan kekuasaannya seperti itu" ucap Akari sembari menundukkan kepalanya.

Natsumi pun tersenyum dan mendekati Akari yang tengah dilanda rasa penyesalan.

"Dan kau juga tahu bahwa ketua bukanlah orang yang mudah marah kepada bawahannya, bukan? Aku baru saja mengenal ketua, namun aku tahu pada dasarnya dia adalah orang yang baik. Tinggal datangi saja ketua dan minta maaf yang tulus kepadanya, itu sudah lebih dari cukup untuk menunjukkan penyesalanmu" ucap Natsumi sembari memegang bahu Akari.

"Itu benar Akari, tuan Ryouichi bukanlah tipe orang yang mudah marah seperti itu. Aku yakin dia akan memaafkanmu, bukankah begitu Reina?" ucap Tiara sembari mengelus kepada Reina.

"~kyuu"

Akari pun terlihat kembali ceria dan tersenyum.

"Baiklah, aku akan meminta maaf langsung kepada ketua setelah dia kembali" ucap Akari.

"Begitulah Akari yang kukenal, selalu ceria dan bersemangat" ucap Natsumi.

"Baiklah, bagaimana jika kita lanjut berjalan-jalan? Saya yakin kita akan menemukan hal yang menarik lagi selain bangunan ini" ucap Tiara sembari tersenyum dan menggandeng tangan Akari.

Di sisi lain Ryouichi dan Enzo sedang kebingungan mencari Kolonel Ray. Mereka pun berjalan ke kantin untuk beristirahat.

"Kita sudah mencari keruangannya dan berkeliling selama lebih dari 30 menit, namun kita tidak dapat menemukan Kolonel Ray" ucap Ryouichi.

"Apakah dia benar-benar sudah tahu kalau kita akan berkunjung ke markas ini, ketua?" tanya Enzo.

"Entahlah, Kolonel Ryota sebelumnya berkata bahwa Kolonel Ray sudah menunggu kita. Namun kita tidak menemukannya dimanapun" ucap Ryouichi.

"Bagaimana kalau kita mencari anggota yang lain, ketua? Saya khawatir dengan mereka"

"Apa yang kau khawatirkan dari mereka? Memangnya apa yang bisa mereka lakukan?" tanya Ryouichi sembari tertawa kecil dan membuka pintu kantin.

Tiba-tiba Enzo dan Ryouichi melihat 2 orang prajurit terlempar diatas kepala mereka.

"Apa-apaan ini?" ucap Ryouichi dan Enzo bersamaan.

Terdengar suara ricuh didalam kantin itu, Enzo dan Ryouichi pun langsung mendekati asal suara ricuh itu.

"Apa yang kau lakukan? Kenapa kau membantu orang itu?" ucap prajurit dengan wajah menyebalkan.

"Seharusnya aku yang bertanya kepada kalian, mengapa kalian sampai berbuat seperti itu kepada teman kalian sendiri?" ucap Akari yang terlihat melindungi salah satu prajurit yang sebelumnya diganggu oleh sekumpulan prajurit lain yang pangkatnya lebih tinggi.

"Dasar perempuan sialan! Kau pikir siapa dirimu? " ucap prajurit lain.

"Selangkah lagi kau maju, aku akan menendangmu seperti temanmu yang sebelumnya" ucap Natsumi sembari memasang posisi siaga.

"Apa kau baik-baik saja?" ucap Tiara kepada prajurit yang terduduk dan terlihat basah karena disiram air oleh prajurit lain.

"Aku tidak apa-apa" ucap prajurit itu dengan lirih.

"Lebih baik kau tidak membantu orang itu, apakah kau tahu bahwa orang itu adalah orang terkutuk" ucap salah satu prajurit.

"Orang terkutuk ? Apa maksudmu ?" tanya Akari.

"Dia adalah aib bagi pasukan markas provinsi Selatan!" ucap salah satu prajurit lainnya.

"Tapi tetap saja kalian tidak boleh berbuat seperti itu kepada teman kalian sendiri!" teriak Akari.

Terlihat kantin itu penuh suasana tegang, dan beberapa prajurit lain hendak menyerang Akari yang melindungi prajurit malang itu.

"Kau bukan prajurit dari markas ini, jangan mengatur kami seenakmu!" teriak salah satu prajurit dan berusaha memukul Akari.

"Akari!" teriak Natsumi.

Akari pun memejamkan matanya seakan siap menerima pukulan itu, sementara Natsumi dan Tiara pun tidak dapat melindungi Akari karena dihalangi oleh prajurit lain.

Tiba-tiba tangan dari prajurit yang hendak memukul Akari pun di tangkap dan dihentikan oleh Enzo.

"Jadi, kenapa kau berani memukul pacarku? Apa kau ingin mati?" ucap Enzo dengan tatapan dingin.

"Enzo, ketua! Akhirnya kalian datang" ucap Akari lega.

Enzo pun melihat pipi dari Akari yang merah karena melepuh.

"Akari, ada apa dengan pipimu?" tanya Enzo.

"Ah, tadi aku melindungi prajurit ini dari siraman air panas. Dan sepertinya aku terkena sedikit air panas itu" ucap Akari sembari tertawa kecil dan memegang kepalanya.

Mendengar hal itu, Enzo pun menjadi marah dan menggenggam dengan keras tangan prajurit yang tadinya hendak memukul Akari.

"Jadi, tangan ini yang sudah membuat Akari terluka?" ucap Enzo.

"Hen-hentikan, aku mengaku salah. Lepaskan aku" ucap prajurit itu dengan wajah memelas.

Enzo pun nampak tidak memperdulikan prajurit itu dan hendak mematahkan tangannya.

"Enzo, berhenti!" teriak Ryouichi.

"Ketua…" ucap Enzo lirih.

"Lepaskan prajurit itu, kita sekarang berada di markas provinsi lain. Kalau sampai salah bertindak, akan menjadi masalah nantinya" ucap Ryouichi.

Enzo pun menuruti perkataan Ryouichi dan melepaskan prajurit itu. Terlihat prajurit itu terduduk menahan sakit.

"Jika bukan karena perkataan ketua, aku pasti akan mematahkan tanganmu" ucap Enzo.

Enzo pun menghampiri Akari.

"Apa kau baik-baik saja " ucap Enzo sembari menyentuh pipi Akari dengan lembut.

"Hehe… aku baik-baik saja. Ini hanya luka kecil, lebih baik kita membawa prajurit ini ke ruang kesehatan" ucap Akari sembari melihat prajurit yang berada di belakang punggungnya.

"Si-siapa kalian? Kalian dari mana?" ucap prajurit yang tengah terduduk itu.

Belum sempat Ryouichi menjawab pertanyaan prajurit itu, tiba-tiba datang seorang prajurit wanita yang nampaknya memiliki pangkat tinggi.

"Ada apa ini?" tanya prajurit wanita itu.

"Mayor Fumita! Mereka prajurit asing yang tiba-tiba datang dan membuat keributan disini. Apakah anda bisa mengatasi mereka?" ucap prajurit yang tengah terduduk itu.

"Prajurit asing?" tanya Mayor Fumita.

Setelah melihat Ryouichi dan yang lainnya, tiba-tiba Mayor Fumita memberi hormat kepada Ryouichi.

"Mayor Fumita memberi hormat kepada pemimpin pasukan [Saint Wolf]" ucap Mayor Fumita.

"Pe-pemimpin pasukan? Jangan-jangan dia adalah prajurit yang dirumorkan itu?" ucap salah satu prajurit.

"Apa maksudmu?" tanya prajurit yang tengah terduduk itu.

"Letnan Dua Ryouichi, dia adalah sosok prajurit yang dirumorkan telah bertarung langsung dengan salah satu dari [Trinity Leader] demon dan dapat memukulnya mundur. Setelah pertarungan itu, Jendral pun memberi hadiah berupa lencana [Glorius Wings] yang merupakan penghargaan tertinggi dalam militer" ucap prajurit itu.

"Ja-jadi mereka semua adalah orang penting?!" ucap prajurit itu dengan nada ketakutan.

"Mohon maaf anda sampai harus melihat hal seperti ini di markas kami, Letnan Dua Ryouichi" ucap Mayor Fumita dengan sopan kepada Ryouichi.

"Tidak apa-apa, apa anda tahu dimana Kolonel Ray berada? Saya sudah mencari di ruangannya, namun saya tidak menemukannya"ucap Ryouichi.

"Ah, mari saya bantu mencari Kolonel Ray. Saya tahu dimana dia berada" ucap Mayor Fumita.

"Maaf, sebelumnya apakah anda bisa membawa prajurit ini ke ruang perawatan? Nampaknya dia sedikit terluka" ucap Akari.

"Akan saya perintahkan prajurit lain untuk membawanya ke ruang perawatan" ucap Mayor Fumita sembari tersenyum.

"Baiklah, Enzo kau temani Akari dan yang lain ke ruang perawatan. Aku sendiri yang akan bertemu Kolonel Ray" ucap Ryouichi.

"Baik, ketua" ucap Enzo.

Enzo pun menggendong Akari seperti tuan puteri.

"En-Enzo?! Apa yang kau lakukan? Cepat turunkan aku. Prajurit lain menatap kita, aku jadi malu" ucap Akari dengan malu-malu.

"Bagaimana bisa aku membiarkanmu berjalan, sementara kau sedang terluka seperti itu" ucap Enzo.

Akari pun terdiam dan memandang wajah Enzo yang sedang menggendongnya dengan tatapan yang berbinar.

"Ada apa?" tanya Enzo.

"Aku tidak pernah tahu bahwa kau setampan ini jika dilihat dari dekat" ucap Akari.

"A-apa yang kau bicarakan, berhentilah berkata seperti itu" ucap Enzo dengan wajah tersipu malu.

Ryouichi pun melihat tingkah laku antara Enzo dan Akari dengan tatapan iri.

"Sial, mengapa di saat seperti ini kalian malah bermesraan. Rose… Aku jadi semakin rindu padamu" gumam Ryouichi.

"Ehem, kalau begitu mari kita pergi" ucap Mayor Fumita.

Prajurit lain pun melihat kepergian pasukan Ryouichi dengan tatapan segan dan takut. Prajurit yang tengah terduduk itu pun dihampiri oleh Ryouichi. Terlihat Ryouichi menunduk dan membisikkan sesuatu ketelinga prajurit itu.

"Dengarlah keparat, sekarang kau sudah tahu siapa aku. Jangan pernah mencari masalah dengan ku dan bawahanku, atau kau akan kubunuh. Jika kau berani berbuat masalah lagi, aku tidak akan segan untuk mencari dan membunuhmu. Meski kau lari sampai ke ujung dunia sekalipun aku akan tetap memburumu, ingatlah hal itu" bisik Ryouichi kepada prajurit itu dengan nada dingin.

Terlihat prajurit itu ketakutan dan seluruhnya badannya gemetaran.

"Ada apa denganmu? Apa yang dia katakan kepadamu?" tanya prajurit lain kepada prajurit itu.

"Demon…" ucap prajurit itu dengan nada ketakutan.

"Hah? Apa maksudmu?" tanya prajurit lain.

"Orang itu, Letnan Dua Ryouichi adalah demon. Bukan, dia lebih mengerikan daripada demon. Aku bisa merasakan nafsu membunuhnya yang besar ketika dia berbicara kepadaku" ucap prajurit itu dengan gemetaran.

Di sisi lain Ryouichi mengikuti Mayor Fumita untuk bertemu dengan Kolonel Ray.

"Sebenarnya dimana Kolonel Ray? Mengapa kita malah sampai di kebun bunga ini?" tanya Ryouichi kepada Mayor Fumita.

"Kolonel Ray memiliki hobi berkebun, anda dapat bertemu dengannya di kebun ini" ucap Mayor Fumita.

"Ah, Kolonel Ray punya hobi berkebun? Aku baru tahu. Ah… Itu dia!" ucap Ryouichi.

"Harap tunggu sebentar Letnan Dua Ryouichi, Kolonel Ray sedang tidak dapat diganggu jika sedang berkebun seperti itu. Mari kita tunggu sebentar lagi" ucap Mayor Fumita.

"Ah, baiklah kalau begitu" ucap Ryouichi.

Ryouichi dan Mayor Fumita pun hanya melihat Kolonel Ray yang sedang sibuk berkebun dari kejauhan.

"Ayumi, kuharap kau suka dengan kebun bunga yang aku buat ini. Ini adalah bunga yang paling kau suka" gumam Kolonel Ray.

Kolonel Ray mendekati salah satu bunga dan menciumnya.

"Kolonel Ray, apa yang anda lakukan?" ucap Ryouichi yang tiba-tiba sudah berada dibelakang Kolonel Ray.

"Kau mengejutkanku, Ryouichi" ucap Kolonel Ray terkejut.

"Ah, maaf tentang itu. Tapi aku baru tahu kalau anda suka berkebun" ucap Ryouichi.

"Haha, aku hanya kebetulan menyukai bunga ini. Bunga ini memiliki warna yang sama dengan warna rambut seseorang yang aku suka dulu" ucap Kolonel Ray.

"Nampaknya anda adalah seseorang yang sentimental, Kolonel Ray" ucap Ryouichi.

"Aku merasa kau semakin mirip dengan Ryota, seluruh tingkah laku serta ucapanmu sama dengannya" ucap Kolonel Ray sembari tertawa kecil.

"Yah, bisa dibilang aku terpengaruh oleh dirinya" ucap Ryouichi.

"Baiklah, bagaimana jika kita langsung membicarakan tentang misi kalian?" ucap Kolonel Ray.

Kolonel Ray pun mengajak Ryouichi duduk di bangku.

"Hal apa yang ingin anda bicarakan denganku, Kolonel Ray?" tanya Ryouichi.

Kolonel Ray pun terlihat membakar rokok miliknya dan memasang wajah serius.

"Kudengar kau sudah bertarung langsung dengan organisasi [Black Rope], apa yang kau rasakan dari pertarungan itu?" tanya Kolonel Ray.

"Tidak ada hal khusus, hanya saja ada salah satu pemimpin mereka yang sangat kuat. Bahkan aku perlu dibantu oleh salah satu anggotaku untuk mengalahkannya, namun sayang dia berhasil kabur" ucap Ryouichi.

"Ryouichi, ada hal yang perlu kau ketahui tentang organisasi itu. Menurut informan terpercayaku, ada beberapa petinggi yang ikut terlibat dalam organisasi itu. Bahkan, aku mendengar bahwa diantara [Guardian] ada yang berkhianat dan membantu organisasi itu" ucap Kolonel Ray sembari menghisap rokoknya.

"Salah satu dari [Guardian] ada yang berkhianat? Apa anda serius tentang hal itu? Tapi siapa yang berkhianat?" tanya Ryouichi.

"Aku masih belum bisa memastikan siapa yang berkhianat diantara [Guardian], namun aku memintamu untuk selalu waspada. Jangan terlalu mempercayai [Guardian], itu saran dariku" ucap Kolonel Ray.

"Jadi maksud anda, bahkan saya tidak bisa mempercayai anda?" tanya Ryouichi.

"Benar sekali, namun itu kembali kepada keputusanmu lagi. Jangan sampai kau salah mempercayai orang" ucap Kolonel Ray.

"Anda benar, namun saya percaya pada anda, Kolonel Ray" ucap Ryouichi.

Kolonel Ray pun tersenyum setelah mendengar perkataan Ryouichi.

"Kau sungguh mirip dengan orang yang dulu kukenal. Orang itu bahkan dengan polosnya berkata akan selalu mempercayaiku apapun yang terjadi" ucap Kolonel Ray.

"Kolonel, apa anda tahu informasi mengenai half-demon?" tanya Ryouichi.

"Half-demon?! Darimana kau tahu tentang hal itu?" tanya Kolonel Ray terkejut.

"Aku bertemu dengan slah satu half-demon ketika sedang singgah di suatu desa, aku bertarung dan berhasil mengalahkannya" ucap Ryouichi.

"Jadi kau berhasil mengalahkannya yah. Half-demon adalah salah satu eksperimen yang dilakukan oleh organisasi [Black Rope], namun aku tidak menyangka half-demon itu bisa berkeliaran dengan bebas seperti itu" ucap Kolonel Ray.

Kolonel Ray pun terlihat sedang fokus memikirkan sesuatu .

"Kolonel?" ucap Ryouichi.

"Ah, maaf. Nampaknya aku melamun, mungkin hanya itu informasi yang bisa aku berikan seputar organisasi [Black Rope] " ucap Kolonel Ray.

"Baiklah, kalau begitu aku akan segera pergi ke markas provinsi selanjutnya" ucap Ryouichi.

"Tunggu sebentar, mengapa kau terburu-buru? Aku sudah berkata kepada Ryota untuk memberimu calon anggota baru untuk pasukanmu, bagaimana kalau kau menginap sementara di markas ini?" ucap Kolonel Ray.

"Calon anggota baru?" tanya Ryouichi.

Terlihat Ryouichi ragu-ragu untuk memutuskan apakah akan pergi atau tinggal sementara.

"Bahkan raut wajahmu sama seperti Ryota ketika sedang memikirkan sesuatu. Bagaimana? Aku yakin kau tidak akan kecewa melihat calon anggota barumu" ucap Kolonel Ray sembari menghisap rokoknya.

"Baiklah kalau begitu, saya akan tinggal sementara di sini untuk beberapa hari. Saya undur diri dulu" ucap Ryouichi.

"Baiklah, anggap saja markas ini seperti markas provinsi timur. Selamat beristirahat" ucap Kolonel Ray.

Ryouichi pun pergi meninggalkan Kolonel Ray, disaat yang bersamaan Mayor Fumita menghampiri Kolonel Ray.

"Saya harap anda tidak membuat masalah baru, Kolonel Ray" ucap Fumita sembari menghela nafas.

"Tenang saja, aku memiliki ketertarikan tersendiri terhadap Ryouichi. Entah mengapa aku merasa seperti melihat sosok Ayumi pada diri Ryouichi" ucap Kolonel Ray.

"Yah, saya hanya berharap nasib anak itu tidak seperti Letnan Dua Ayumi" ucap Mayor Fumita.

"Tenang saja, anak itu memiliki sifat baik seperti Ayumi dan membawa tekad seperti Ryota. Aku malah tidak akan kaget jika Ryouichi adalah anak mereka berdua" ucap Kolonel Ray sembari tertawa kecil.

Ryouichi pun berjalan dan mencari anggota lainnya yang sedang berada di ruang perawatan.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C30
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login