.
.
.
Stefany berjalan pulang menuju apartemen nya.
Ia lelah dengan aktifitas nya di sekolah, tetapi ia juga senang mendapat banyak teman .
Saat sedang menunggu bus di halte biasa ,tiba tiba saja orang yang ingin ia hapus dari kehidupan nya muncul di hadapan nya.
Pria itu tersenyum manis di hadapan nya.
Begitu sangat senang bisa bertemu dengan gadis nya lagi setelah sekian lama.
Tetapi tidak dengan Stefany, gadis itu terkejut dengan kehadiran mantan kekasihnya Cam.
Bagaimana ia bisa sampai kesini?
Bagaimana bisa ia tau bahwa Stefany disini?
Bagaimana bisa?
Beribu ribu pertanyaan begitu ingin di lontarkan nya.
Stefany begitu ingin melarikan diri tetapi tangan nya terlanjur di genggam dengan erat oleh Cam.
Cam menarik Stefany dengan kasar lalu membawa nya masuk kedalam mobil.
"Hey!! Let me go!!".
Stefany mencoba memberontak, tetapi nahil tenaga nya tak cukup kuat untuk melarikan diri dari Cam.
Akhirnya ia terpaksa masuk kedalam mobil dan entah akan dibawa kemana.
Gadis itu begitu sangat takut ketika Cam menyeret dan membawa nya kedalam mobil dengan kasar.
Ia takut jika Cam kembali akan menyiksanya lagi.
"What do you want?".
Tanya nya dengan nada bergetar.
Cam tertawa dengan pelan sambil terus mengemudikan mobilnya.
"Tentu saja menemui apa yang seharusnya menjadi miliku. Kau kan gadis ku".
Stefany memandang Cam tak percaya.
Bagaimana bisa Cam dengan mudahnya mengatakan hal yang seperti itu setelah apa yang ia lakukan pada Stefany.
"Kau Gila!?".
Stefany meninggikan nada suara nya ,dan tentu saja hal itu membuat Cam memberhentikan mobilnya secara mendadak.
Cam lalu menarik rambut gadis itu dengan kasar dan menjambak nya.
"Hey.. aku sudah bersikap lembut padamu tadi, tetapi kenapa kau malah membangunkan serigala yang sedang tidur di dalam diriku!?".
Cam berbicara dengan nada yang lembut, tetapi terdengar menyeramkan di telinga Stefany.
"Cam.. lepaskan , kumohon ini sakit".
"Baik, tapi jaga sikapmu saat berhadapan denganku".
Stefany buru buru mengangguk-angguk kan kepalanya.
Ia tak ingin Cam berbuat sesuatu yang lebih dari ini.
Dari sudut matanya sudah ada air mata , Stefany tak sanggup ingin menangis sekarang.
Tetapi ia tahan sekuat tenaga.
Cam kembali mengendarai mobil nya , lalu berniat pergi ke suatu tempat untuk mendinginkan suasana.
Lima belas menit di perjalanan, mereka sampai di restoran.
Cam kali ini menggenggam tangan Stefany dengan lembut.
Tidak se kasar barusan.
Stefany bergumam dalam hati.
"Topeng apa yang kau pakai? Kenapa bisa bisa nya kau dengan mudah melakukan ini padaku Cam? Kau pikir aku gadis bodoh!? Apa yang sedang kau rencanakan?".
"Duduklah, biar aku yang memesan makanan nya. Kau pasti sangat lapar jadi mari kita makan".
Cam kembali menjadi lembut, tetapi ia juga bisa saja kembali seperti serigala yang kelaparan.
Yang bisa saja menerkam kelinci kapan saja.
Sifat nya yang kali ini selalu berubah-ubah membuat Stefany bingung dengan nya.
Tak lama mereka menunggu akhirnya makanan yang di pesan pun datang ke meja .
Cam terlihat mengambil kan makanan nya untuk Stefany.
Lalu memberi kode untuk segera dimakan.
Jujur saja Stefany memang lapar, apalagi keadaan mood nya saat ini sedang turun.
Dan makan adalah salah satu jalan keluar nya.
"Bagaimana keadaan mu saat pertama kali berada di negara Asia?".
Cam melontarkan pertanyaan untuk memulai suatu obrolan.
Mendengar pertanyaan yang di lontarkan oleh Cam, Stefany ingin sekali menjawab bahwa ia sangat bahagia, jika saja pria yang di depan nya tidak datang.
"Aku senang sekali".
Jawab nya singkat.
Lalu kembali menyuap daging asap kedalam mulutnya.
Ia ingin sekali cepat cepat pulang kerumah dan jauh jauh dari pria yang baginya kini begitu sangat menakutkan.
"Humm begitu, syukurlah jika kau senang".
"Aku merindukan mu, makanya aku menemui mu kesini . Aku sudah menyewa hotel mewah untuk malam ini, jadi aku ingin sekali memeluk mu sepanjang waktu".
"Aku tidak bisa, aku harus ke sekolah dan aku sibuk dengan tugas sekolah".
Jawab Stefany tegas.
"Seriously Stefany? Aku tidak salah dengar? Sejak kapan kau menjadi sosok murid yang begitu rajin?".
"Bukankah kau lebih suka bolos di beberapa mata pelajaran?".
"Kau bahkan sering memilih bolos demi bertemu denganku di lapangan basket".
Cam tertawa terbahak-bahak seperti lelucon yang sangat lucu baginya.
Oh Tuhan, Stefany tidak tahan lagi dengan sikapnya.
Pria di depan nya terlihat semakin gila dan tidak ter kontrol.
Gadis itu sudah jengah, ia segera siap siap untuk pulang sebelum semuanya menjadi lebih gila .
"Aku mau pulang".
Stefany melangkah kan kakinya dengan cepat dan keluar begitu saja dari restoran tanpa mendengar respon dari Cam.
Ia berlari dengan kencang, alih alih ia takut jika Cam menyusul nya dan memaksa nya lagi untuk ikut dengan nya.
Entah kenapa Stefany menjadi takut pada Cam.
Sifat nya, perlakuan nya, semua nya membuat Stefany takut.
Cam seperti seseorang yang selalu akan menguntitnya dan mengganggu hidupnya.
Dan Cam selalu begitu tau dimana Stefany berada.
Tanpa memperhatikan langkahnya Stefany masih terus berlari sampai akhirnya ia menabrak seseorang.
Stefany terjatuh lumayan cukup keras , dan lututnya membentur aspal dan darah segar mengalir di lututnya.
Joon-Yong terkejut dan langsung membantunya berdiri.
"Hei.. kau tidak apa apa?"
"Lepaskan aku!! ..Kumohon jangan ganggu hidup ku lagi!".
Stefany berteriak histeris dan membuat Joon-Yong kebingungan.
"Tenanglah, ini aku Joon-Yong".
"Joon-Yong kumohon bawa aku pergi ke tempat yang jauh".
Stefany tiba tiba saja menangis di depan nya, nafasnya tak teratur dan terus memaksa Joon-Yong untuk membawanya pergi dari sini.
Tanpa pikir panjang Joon-Yong langsung membawa Stefany pergi dengan motor nya.
Stefany memeluk erat tubuh Joon-Yong dengan erat saat berada di motor.
Tubuhnya bergetar mengeluarkan tangis yang sejak tadi ia tahan.
Ia ketakutan, takut yang luar biasa.
Stefany ingin sekali pergi ke planet lain agar hidupnya tenang tanpa Cam.
Tetapi mustahil untuk ia lakukan.
Joon-Yong membawa motor nya dengan kecepatan yang lumayan tinggi.
.
.
.
"Ku bantu kau turun".
Joon-Yong menawarkan tangan nya , untuk membantu nya turun.
Mengingat bahwa lututnya terluka lumayan parah Joon-Yong merangkul Stefany dengan pelan dan membawa nya ke kursi taman.
"Aku akan kembali".
Saat Joon-Yong akan pergi, buru buru Stefany menahan lengan pria itu.
"Jangan terlalu lama, aku takut".
Joon-Yong tersenyum pada gadis itu.
"Tenanglah, kita sangat jauh dari tempat itu. Tidak ada yang perlu kau khawatirkan".
Joon-Yong kembali melangkah kan kakinya menuju supermarket yang letaknya tak jauh dari taman itu.
Ia berniat untuk membeli obat dan air minum .
.
.
.
"Kau terluka, biar ku obati lukamu".
Stefany mengangguk sambil meminum air pemberian Joon-Yong.
Dan mencoba menenangkan dirinya.
Saat obat merah menyentuh lukanya Stefany meringis lumayan keras.
"Sedikit lagi selesai".
Joon-Yong begitu sangat lembut , ia begitu sangat berhati-hati saat mengobatinya.
Lutut nya sudah terbalut dengan kapas dan perban.
Kini keadaan nya sudah lumayan lebih baik.
Joon-Yong duduk di samping Stefany lalu meneguk air minum nya yang barusan ia beli.
"Kau sudah lebih baikan?".
"Umm Iya, terimakasih banyak. Dan maaf aku menabrak mu barusan".
"Gwenchana.. tidak masalah".
"Kau sedang dalam masalah? Dan apa kau di ganggu oleh orang jahat?".
Joon-Yong begitu sangat khawatir dan penasaran ketika Stefany memaksanya untuk membawanya pergi jauh dari tempat itu sambil menangis .
"Aku.. ".
"Tidak apa jika kau belum mau menceritakan nya padaku, dan kusarankan kau selalu berhati hati. Seoul bukanlah kota yang selalu terlihat aman, terkadang memang selalu ada orang orang jahat di sekitar sini".
Stefany mengangguk pelan lalu menghela nafas nya.
Mencoba untuk lebih tenang.