Mentari pagi tengah menampakkan diri. Cahayanya masuk ke dalam ruangan bernuansa biru pastel melalui sela-sela tirai dibalik jendela. Cahayanya menusuk mata indah itu. Membuatnya terpaksa membuka mata. Ia mengerjapkan matanya berkali-kali, mencoba untuk mengumpulkan seluruh nyawanya. Dengan langkah gontai ia pun berjalan keluar menuju kamar mandi.
Sampai di depan pintu kamar mandi sudah ada adik-adiknya yang berdiri mengantre untuk mendapatkan giliran. Kamar mandi ini berubah menjadi seperti kamar mandi di kos-kosan mengingat bahwa hari ini, hari Senin, dan semua orang akan tergesa-gesa. Adik-adiknya yang takut telat sekolah dan tak lupa ayahnya yang juga takut terlambat bekerja. Hingga aroma masakan itu masuk ke dalam rongga hidungnya dan suara panci penggorengan ynag bergesekan dengan spatula itu sampai tedengar nyaring di telinganya.
"Masak apa bun?" tanyanya sambil menhampiri bundanya.