Hingga suatu hari, saat aku sedang mencuci pakaianku yang telah terendam selama 2 hari, mungkin dah jadi bubur kalau saja ani tidak mengingatkanku yang super pemalas ini, seorang pemuda melintas pelan di depan posko. Aku tidak mungkin tidak mengenal wajah para pemuda, hampir tiap hari aku berpapasan dengan mereka, bahkan akrab bagai saudara. Tapi pemuda ini benar-benar asing. Sekilas dia menengok posko, berhenti sejenak sambil membenarkan letak tali ranselnya, dan mengamati tulisan di spanduk posko kami, matanya berpindah kepadaku, dengan gagap aku tersenyum terhenyak. Dia tidak membalas dan berlalu dengan santai
"wuihhhhhhh,,,,,ada yang sombong ni di kampung" teriakku pada teman-teman yang sedang gotong royong masak untuk makan siang. Omen menoleh sebentar, dan asyik lagi dengan buncis layu ditangannya
"siapa mi?" suara cempreng devi menyahut