Divya, darah" ucapku seraya menunjuk ke hidung sebagai isyarat. Divya pun mengusap perlahan hidungnya dan senyumnya menghilang kembali saat itu. Tak lama kemudian wajahya makin pucat setelah itu ia tak sadarkan diri. Segera kakek menghubungi dokter.
Dokter bilang kondisi Divya makin parah katanya harus dibawa ke Jakarta untuk pengobatan. Kami akhirnya setuju membawanya ke Jakarta dan tak lupa kami juga menghubungi ibunya.
Sudah dua minggu ia terbaring lemah di rumah sakit. Kami menunggunya secara bergantian kadang aku, ibunya, Amrita, Soniya, kadang pula kak Dava (Kakakku). Hari ini giliranku untuk menunggunya. Berbagai doa telah kupajatkan untuk kesembuhanya. Melihatnya seperti ini mengingatkan aku pada berbagai kenangan indah bersamanya. "Kapan kau akan bangun dari tidur panjangmu Divya. Asal kamu tau aku lelah menantimu untuk bangun. Bangunlah Divya nanti kita ketawa bareng, bercanda, bahkan hujan hujanan lagi. Kumohon bangun Divya" ucapku pada Divya yang sedang koma.