Download App
63.26% Beautiful Rocker / Chapter 31: 32. You're Mine

Chapter 31: 32. You're Mine

Hari sudah sangat siang. Anak-anak SMA Pahlawan telah diperbolehkan pulang. Hari ini pelajaran tidak berlangsung sesuai jadwal terkait acara persahabatan.

"Kei, lo mau ikut nggak? Gue, Gina, sama Maria mau jalan-jalan nih!" ajak Milli saat mereka menuruni tangga.

"Jalan-jalan ke mana?" tanya Keira.

"Pertama, kita mau makan di Shanza," jawab Milli. "Gina bilang tuh kafe asik banget."

"Iya asik, kan? Pelayannya cowok-cowok ganteng, udah gitu kokinya keren banget lho. Tempatnya juga oke. Ikut yuk, Kei?" bujuk Gina.

"Hari ini gue udah janji mau nemenin Mama ke dokter gigi. Maaf deh, gue nggak bisa ikut," tolak Keira sambil coba tersenyum.

"Sayang banget," gumam Milli. "Ya udah kita cabut dulu. Soalnya abis dari Shanza kita mau nonton film baru."

"Dadah, Keira!" Maria dan Gina melambaikan tangan saat mengikuti Milli pergi. Keira hanya mengangguk pada mereka.

"Hai, Keira!" Hellena menghampiri anak itu saat melihatnya jalan sendirian. Sebagai sahutan, Keira cuma meliriknya.

"Kenapa lo nolak Rafael?" tanya cewek bule itu tanpa basa basi.

"Bukannya udah jelas? Gue nggak suka sama dia," jawab Keira, tak kalah blak-blakan.

"Rafael kan keren, atletis. Dia juga ganteng," kata Hellena, berjalan membarenginya. "So why you don't like him?"

"Nggak tahu. Nggak suka aja," sahut Keira datar.

"So, how about Edward? My brother is the number one boy at my school. What do you think about him?" Hellena menatap Keira untuk dengar pendapatnya.

"Your brother just scared me. I know I have to keep distance of him. More than that, I hate a player like him."

Hellena tertawa hambar atas ucapan dingin Keira. "Okay, okay." Ia lalu mangut-mangut. "But Edward won't give up just because you don't like him, Keira. Edward is really crazy and cool. I hope he could make you fall for him soon."

"Why do you hope like that?" Keira meliriknya tak senang.

"Because I want Zein to be mine, like Edward wants you. So, do you mind if I take Zein from you?" Hellena tersenyum manis walau ucapannya sedang menantang. "Zein is my hero. He's my destiny. I want him so much."

Keira menghentikan langkahnya mendengar kata-kata Hellena. "Gue nggak ngerti lo ngomong apa," ucapnya seraya menekan emosi. "Destiny-destiny apaan tuh...."

"Hellena!" Edward tiba-tiba muncul dari arah lain di depan mereka, memotong ucapan Keira. "Wow, do you come with Keira? You really know how to make your brother happy, yeaa?"

"Yeah, just take her with you, Ed. I bring Keira for you," Hellena mendorong Keira hingga jatuh ke pelukan kakaknya.. "Enjoy your time, Keira!" Cewek pirang itu tersenyum sinis melihat Keira berusaha menghindari sentuhan Edward. "Ah, iya. Sekarang gue mau pulang bareng Zein. Gue mau ajak dia jalan-jalan. Edward, ajak Keira bersenang-senang juga, oke?" ucapnya lalu ngeloyor ke arah parkiran. Zein memang tampaknya sudah pergi ke sana semenjak tadi.

"Keira, makan bareng yuk!" Edward tahu-tahu sudah menuntun Keira menuju mobilnya yang ia parkir di halaman gerbang. "Kita jalan-jalan, gue janji bakal bikin lo senang."

"Nggak mau!" Keira melepas paksa rangkulan cowok itu. "Gue mau pulang. Gue banyak urusan," tolaknya tegas.

"Oh, come on Keira," Edward memaksanya masuk ke dalam mobil.

"Nggak mau! Gue mau pulang!" Keira berusaha keluar dari mobil cowok itu. "Edward, jangan maksa!"

Drakkkk!

Mendadak ada yang menarik kasar pintu mobil Edward. "Harusnya lo dengerin kalo dia nggak mau ikut sama lo." Rupanya Ryu. Ia langsung menarik Keira keluar dari mobil mewah itu tanpa perlu ijin pemiliknya.

"Damn you!" Edward mengumpat kesal mengetahui kedatangan Ryu. "Lo selalu ngambil incaran gue. You're so annoying."

"Sori, tapi kali ini lo salah incaran," Ryu segera menutup pintu mobil Edward dengan keras. "Ayo, Kei! Gue anterin lo pulang aja. Edward terlalu bahaya buat lo," ajaknya yang diterima Keira tanpa berpikir dua kali.

Selama di perjalanan pulang pikiran Keira masih tidak tenang. Ia penasaran dengan keadaan Zein dan Hellena. Apa mereka jadi pulang bareng? Apa Zein menolaknya? Atau bagaimana? Keira benar-benar ingin tahu apa yang terjadi dengan mereka.

"Wah, Hellena emang nekat." Suara Ryu membuat Keira terjaga dari lamunannya.

"Apa?" tanya Keira.

"Tuh, tengok sisi kanan lo!" Ryu menyuruh Keira menoleh.

Tepat di lampu merah, Keira menengok ke samping kanannya. Sontak ia menahan napas memergoki Zein dan Hellena berada tepat di sebelahnya. Mereka sedang berboncengan. Hellena memeluk pinggang Zein erat sekali.

"Ya ampun," Keira mendecak tanpa sadar. Ia tidak pernah merasa sekesal ini sebelumnya. Ia sangat jengkel tak terkira menyaksikan kebersamaan keduanya.

"Hai, ketemu lagi, Keira! Jadi lo nolak ajakan Edward dan milih jalan bareng Ryu?" sapa Hellena yang sadar dipandangi oleh Keira. Ia tersenyum pamer. Zein ikut menoleh mendengar suaranya. Ia pun segera menyadari keberadaan Keira dan Ryu di sebelah mereka. Entahlah reaksinya seperti apa. Helm yang ia pakai nyaris menutupi seluruh mukanya.

Keira sengaja tak menjawab sapaan Hellena. Ia justru merasa marah pada Zein. Ia ingin sekali menyemprot cowok itu. Tapi Keira sadar ia tak punya hak untuk memarahinya. Zein bebas jalan bareng siapa. Mereka tidak sungguh-sungguh berpacaran. Zein sekedar jadi pelindungnya dari gangguan cowok-cowok di sekolah. Jadi di luar hal itu kehidupan Zein bukanlah menjadi urusan Keira. Ia hanya berharap lampu hijau cepat menyala supaya ia tak lebih lama lagi melihat Zein berduaan dengan Hellena.

***

"I wanna run away

Never say goodbye

I wanna know the truth

Instead of wondering why...."

Keira berkaraoke di rumahnya keras-keras sore itu. Ia melampiaskan emosinya dengan memutar lagu-lagu cadas Linkin Park. Berbagai unek-uneknya seolah bisa ia lepaskan seiring teriakan yang keluar.

"Ya ampun Kei, pelanin dong lagunya!" Mama sampai memegangi kepala mendengar kegaduhan yang parah dari ruang tengah. "Malu didengar tetangga!"

"I'm gonna run away

And open up MY MIND...!

MIND...!

MIND...!"

Tak mengindahkan teguran Mama, Keira justru ikut melakukan scream seperti halnya Chester Benington. Ia berteriak-teriak tak mempedulikan keselamatan pita suara. Karuan saja Mama dibuat jengkel.

"KEIRA!" bentak Mama akhirnya. "Kamu sudah gila ya? Rumah kita bisa ambruk kalau kamu kayak gitu. Putar lagu yang lumrah dikit kenapa? Nyanyi ya nyanyi, tapi tahu aturan dikit nggak ganggu orang lain gini!"

Keira tak menjawab, bahkan saat Mama dengan paksa meraih remote lantas mematikan kasetnya.

"Kamu boleh nyanyi sepuas kamu, tapi jangan terlalu kencang gitu dong! Pindahin sana salon ke kamar kamu daripada bikin pusing kepala orang!" Mama menatap kesal Keira. Anak itu cuma menunduk sambil membenahi wig merahnya.

"HP kamu juga bunyi terus dari tadi sampai nggak denger, kan? Kayaknya Zein yang mau telpon." Mama menyodorkan ponsel Keira ke tangannya. "Mama nggak suka kamu berlebihan kayak gini."

"Kei cuma lagi kesel, Ma. Kei nyanyi buat ngeluarin semua yang bikin sumpek hati dan kepala. Ah, lagian Kei lagi males ngomong sama Zein. Biarin aja dia mau apa!" akhirnya anak itu bersuara. Ia melempar ponselnya ke sofa di dekatnya lalu memberi tutup telinga pada Mama. "Pakai ini aja kalau nggak mau kuping Mama sakit. Kei lagi pengen nyanyi. Kei pengen screaming sejadi-jadinya. Huuaaaa! Tes! Tes!"

"Kalau masih aja muter kelewat kencang kayak tadi, Mama pastiin besok pagi semua kaset kamu udah jadi abu di belakang rumah!" ancam Mama lalu pergi ke ruang tamu.

***

Hari ke-tiga event persahabatan dua sekolah tiba. Keira sangat malas sekali pergi ke sekolah. Mana hari ini kabarnya ada acara di SMA Global pula. Pagi setelah selesai acara di SMA Pahlawan, pihak SMA Global mengundang guru dan para siswa Pahlawan untuk datang ke Anniversary Global School Corp.

"Pas banget, nih!" celetuk Zein waktu Keira baru saja keluar pintu. Ia dengan motornya juga baru saja berhenti di halaman rumah Keira. "Ayo, berangkat bareng gue!" ajaknya sambil tersenyum.

"Ogah!" walau sempat terkejut tapi Keira malah melewatinya begitu saja. Mukanya bahkan terlihat jutek sekali.

"Kei!" Zein menarik tangannya. "Lo dari kemarin gue hubungin nggak ngerespon sama sekali. Lo lagi marah sama gue apa?"

Daripada menjawab Keira cepat membuang arah.

"Yahh, lo beneran marah sama gue," Zein memaksa agar Keira mau menatapnya. "Kenapa?"

Keira hampir tertawa saking kesalnya. "Pertanyaan yang lucu," gumamnya tanpa bisa dicegah.

"Oke. Kalau lo marah gara-gara Hellena, berarti lo bener-bener udah suka ya sama gue? Lo cemburu?" kata Zein, menahan senyum. "Kemarin tu cewek main nemplok aja kayak cicak. Gue udah maksa dia turun tapi tetap aja keras kepala. Lo mungkin tahu sendiri gimana dia," jelasnya tanpa diminta. "Ehm, tapi ngomong-ngomong, kapan nih lo mau ngungkapin cinta sama gue? Kalau udah ada rasa cemburu, berarti lo udah pasti suka kan sama gue?"

"Ngimpi aja sana! Dasar preman! Gue benci sama lo!" Keira menendang kaki Zein, melepas tangannya yang disentuh lalu mengambil ponselnya yang bergetar di dalam tas. "Halo? Ada apa, Ryu? Belum kok, lagi mau berangkat. Oh, bagus. Gue tunggu lo di jalan dekat rumah...."

Mendadak Zein merebut ponsel Keira lantas mengambil alih teleponnya. "Keira berangkat sama gue! Nggak usah repot-repot jemput segala," ucapnya lalu memutus sambungan seenaknya.

"Ih, apaan sih? Siapa yang mau berangkat sama lo? Gue mau bareng Ryu aja. Balikin HP gue!" jerit Keira emosi. Namun Zein tak peduli. Ia memasukkan ponsel Keira ke ranselnya kemudian melepas paksa tas selempang Keira dari pundaknya. Setelah itu Zein segera menaiki motor dan menghidupkan mesinnya.

"Aaarrgghh, preman gila! Balikin tas sama HP gue!" Keira menghentak-hentakkan kakinya ke tanah. "Zein!"

"Ayo, naik! Udah hampir setengah tujuh, lho. Nih pakai helmnya dulu!" Zein berlagak tak terjadi apa-apa dan justru menyodori helm lain yang ia siapkan untuk Keira.

"Nyebelin! Benci gue sama lo! Makhluk jenis apa sih lo sebenarnya?" omel Keira sambil mau tak mau naik ke motornya.

"Jenis yang nggak bakal bisa lo lupa gitu aja," sahut Zein sambil tersenyum penuh makna.

***

Jam sudah menunjukkan pukul setengah sembilan pagi. Anak-anak SMA Pahlawan sedang ribut membicarakan undangan dari pihak SMA Global. Mereka antusias sekali untuk datang. Acaranya dimulai jam 2 siang nanti. Tapi sejak jam sebelas, kabarnya sudah banyak pengisi acara yang tampil.

"Namanya aja sekolah elite, pasti banyak bintang tamu yang datang lah," kata Shella yang ikut berkerumun di meja depan.

"Gue nggak sabar pengen ke sana. Mesti cari gebetan sekalian nih," Zoya menanggapi.

Lain hal dengan mereka, Keira justru sama sekali tak tertarik dengan topik obrolan itu. Ia takut untuk datang ke sana. Malahan ia sudah berencana langsung pulang ke rumah begitu bel akhir tiba.

"Keira, lo dicariin Pak Tanto tuh di bawah!" seru seorang anak kelas 12 dari depan kelas.

"Ada apa?" Milli yang sedang menyalin PR Matematika bertanya.

"Nggak tahu. Gue cuma disuruh manggil aja," jawab senior itu lalu pergi.

"Gue keluar dulu ya, Mil," ucap Keira segera. Ia tak begitu penasaran dengan alasan Pak Tanto memanggilnya.

Zein dan Milli menoleh ke pintu dengan heran. Keira memang sudah sering dipanggil guru untuk membahas lomba mata pelajaran. Tapi Pak Tanto adalah guru olahraga. Pelajarannya sama sekali bukan bidang keahlian Keira.

Sementara itu tanpa pikiran curiga Keira menuruni tangga gedung kelas seorang diri. Suasana mulai sepi karena jam istirahat hampir habis. Sebentar Keira berhenti. Entah kenapa perasaannya mendadak tidak enak. Ia merasakan adanya aura dingin gelap yang ia ketahui mendekatinya. Sesaat setelah termenung Keira pun melanjutkan langkahnya dengan hati-hati.

"Gotcha!" Tiba-tiba Edward dan Rafael mengagetinya di ujung tangga. Belum sampai Keira selesai dari keterkejutannya, Edward sudah membopongnya bak seorang pengantin pria pada mempelai wanitanya.

"Aaaakkkk!" Tentu saja Keira langsung menjerit. "Edward! Apaan sih? Turunin gue! Turunin!"

"Don't make noise, Keira! Just follow us and you'll be fine," Rafael menjawabnya dari belakang.

"Zzeeeiiinn! Zeeiinn!" Keira memanggil-manggil nama anak itu sekencangnya. "Zeeeiiinn!"

"Oh, please.... Don't call that name on my face. You hurt me, Keira," ujar Edward sambil tersenyum sedih. Ia terus berjalan membawa Keira lalu memasukkan cewek itu ke dalam mobilnya. "You'll be mine," bisiknya sebelum menutup pintu.

Keira merinding. "NO! " Ia berteriak. "Ryu! Ryu!" Keira memanggil nama anak itu saat melihatnya berjalan dari arah gerbang. "RYUUU!!!"

"Shut up, Keira!" Rafael mulai sebal padanya. Ia yang duduk di depan seberang kemudi menoleh dengan tak sabar. "Dia nggak mungkin denger teriakan lo. Lebih baik cepat pasang sabuk pengaman lo. Kecuali lo mau terbang di tengah jalan."

Dalam hitungan detik mobil Edward segera meluncur cepat meninggalkan SMA Pahlawan. Keira gemetaran di kursi penumpang. Edward dan Rafael telah menculiknya. Keira ketakutan sekali. Bagaimana kalau nanti ia diapa-apakan mereka? Sudah barang pasti dua bule itu merencanakan sesuatu padanya hingga berani bertindak begini rupa.

You'll be mine.

Mendadak Keira teringat bisikan Edward tadi. Keira semakin gemetaran. Ia ingin menangis dan meminta tolong pada siapa saja yang dilihatnya. Namun di dalam mobil kecepatan super seperti ini siapa yang akan mendengar teriakannya?

"Here we go!" seru Edward menyadarkan Keira yang masih dirundung ketakutan. Mobil yang mereka tumpangi memasuki semacam gapura tinggi megah bertuliskan GLOBAL HIGH SCHOOL.

Keira sampai terkesima melihatnya. Gedung-gedung gaya moderen pun segera terlihat di sepanjang penglihatan. Semua bangunan bercat ungu muda. Tempat itu tampak ramai dan megah sekali.

Melihat reaksi takjub Keira, Rafael tersenyum miring lantas berkata,"Welcome to our school, Keira!"


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C31
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login