Download App
59.18% Beautiful Rocker / Chapter 29: 30. Hellena

Chapter 29: 30. Hellena

Pelajaran Bahasa Indonesia, Bu Rani menyuruh anak-anak mengerjakan soal-soal di kelas. Namun Keira tidak bisa konsentrasi dengan tugasnya. Ia masih ketakutan akan peristiwa tadi. Apalagi Edward dan Rafael berkali-kali melewati depan 11 IPS 3 sambil melambaikan tangan kepadanya.

"Ckkk, mimpi apa gue semalem?" Zoya, seorang dari gengnya Shella berceletuk manja.

"Emang kenapa?" tanya Gina.

"Lihat cowok-cowok bule super ganteng mondar-mandir di depan kelas kita, gue berasa lagi syuting film Hollywood aja, deh."

"Huuuu...!" Cowok-cowok di kelas kompak menyoraki cewek itu.

"Harap tenang, Anak-anak! Jangan ribut dan selesaikan tugas kalian!" Bu Rani menggebrak meja hingga lenyaplah kebisingan mereka.

Di bangkunya, Keira sama sekali tak tertarik dengan obrolan yang lain. Ia sudah tak tahan ingin segera pulang. Tapi apa daya, jam baru menunjukkan pukul 11 siang. Masih ada istirahat kedua sebelum akhirnya mereka pulang. Keira sangat tidak sabar. Waktu seakan lambat sekali berputar.

"Kei, ssssttt!" Milli melempar tipe-x ke depan Keira. "Hoy, Kei!" panggilnya lagi.

"Ada apa?" Keira meliriknya.

"Gue nggak salah lihat, kan? Kayaknya itu para bule dadah-dadah ke elo, deh. Lo kenal mereka, ya?"

Walau takut mengakui, tapi Keira tetap menganggukkan kepala.

"Gila! Lo bener-bener populer, ya? Sampai anak Global aja pada ngefans sama lo," kata Milli takjub.

"Lo salah. Bukan gue yang populer, tapi mereka," sahut Keira, setengah berbisik. "Mereka itu berbahaya. Gue takut, Mil."

"Yah, bisa gue lihat sih keganasan mereka. Matanya kayak buaya nemu mangsa." Ucapan Milli bukannya membantu, tapi justru menambah ciut perasaan Keira saja. "Kok bisa-bisanya temen-temen pada terpesona."

"Lo nggak lihat tampang mereka? Kan di situ letak magnetnya," sahut Keira.

"Kenapa di dunia ini banyak banget sih cowok model mereka?" ucap Milli sambil geleng-geleng kepala. "Menyedihkan."

"Keira, Milli! Kalian sudah selesaikan tugasnya?" Bu Rani yang melihat mereka bisik-bisik segera menegur.

"Belum, Bu!" jawab Milli cepat.

"Kalo gitu jangan kebanyakan ngobrol. Selesaikan dulu tugas kalian!"

Detik-detik jarum jam yang begitu lamban akhirnya membawa SMA Pahlawan pada bel istirahat ke dua. Kebanyakan anak langsung keluar kelas untuk berkenalan dengan siswa SMA Global. Rombongan yang dikirim memang tak hanya berprestasi, tapi juga menarik secara visual. Tak heran para siswa sangat antusias menyambut kedatangan mereka.

Sementara itu lain halnya dengan Keira. Jika anak-anak berhamburan keluar kelas di belakang Bu Rani, ia justru berlari ke belakang menuju meja Zein.

"Eh, Genius..." Alvin yang duduk di dekat Zein tersenyum melihat cewek itu.

"Zein, lo mau ke mana?" Keira tampak panik saat Zein malah bangkit dari bangkunya. "Gue ikut!"

Zein melirik Keira aneh. "Gue mau ke toilet. Seriusan lo mau ikut? Gue sih nggak keberatan, bahkan kalo lo mau nemenin sampai ke dalam," ucapnya meledek.

"Mesum! Lo emang cowok mesum, ya?" Keira memicingkan mata kepada cowok itu.

"Hey, my destiny! I've been waiting for you so long, you know? Come with me, please."

Mendadak suara Edward muncul mengejutkan Keira. Begitu menoleh, cowok itu sudah memasuki kelas bersama dua orang temannya.

"Zein, tolong!" Keira langsung mencengkeram tangan Zein dengan muka panik tak ketulungan.

"Hey, what's the matter? Kenapa lo selalu menghindari gue? Have you fear on me?" Edward menanyai Keira.

"Ya. Lo nakutin dan berisik. Gue benci cowok berisik," jawab Keira dengan napas pendek-pendek karena ketakutan.

"So sad," Edward pura-pura prihatin sambil memasang muka polos. Ia lalu melihat Keira sedang memegang tangan Zein. "Oh, you...? So you are Keira's classmate. I guess, you two are not really on dating, right?"

"It's not your bussiness, dude." Zein menjawab dengan ketus. Ia melepaskan diri dari cengkraman Keira lalu menatap tajam Edward. "This girl is mine. So don't ever try to touch her, hurt her, or you will regret the time of your life."

"Whoah..." Edward tampak kagum dengan ancaman Zein. "Cool!" Si bule itu juga berkomentar senang. "But like I would care."

Keira merinding. Melihat muka garang Zein dan mendengar ancamannya bukannya takut Edward malah bilang like I would care. Kayak gue mau peduli aja. Keira berkeringat dingin. Dipastikan Edward adalah bule gila.

Zein mulai terpancing emosi. Ia pun menarik kerah seragam Edward dengan kasar. "Gue nggak akan ngasih peringatan dua kali," ucapnya geram. "Keep away from her, or I'll kill you twice."

Usai mengucapkan ancaman sangar itu, Zein melepas cengkramannya pada Edward lalu membawa Keira keluar dari kelas.

"Awesome! I think it will be more interesting." Edward memandang punggung Zein tanpa rasa takut sedikitpun. Ia justru tersenyum senang. Rupanya Edward sangat menyukai tantangan.

***

"Zeeeiiinnn!" Keira menjerit saat sadar Zein membawanya ke mana.

"Apa?" Zein menyahut sebal.

"Ini tempat apa?" Keira berpegangan pada tembok saat Zein masih menariknya.

"Toilet," jawabnya cepat. "Gue kan udah bilang tadi mau ke mana."

"Terus kenapa gue dibawa masuk sampai sini?" Keira mengomel saat beberapa cowok di dalam heboh melihatnya.

"Katanya lo mau ikut gue?" jawab Zein tak peduli. Ia melepas tangan Keira lalu mulai membuka resleting celananya.

"Aaaaaakkk, Zein! Dasar mesum lo!" Keira menjerit dan langsung keluar dari sana. "Gue tunggu lo di luar, Mesum!" teriaknya lagi sebelum keluar pintu. Zein hanya tertawa. Tampaknya ia senang sekali bisa menggoda Keira.

"Zein gila! Dasar sarap!" Keira ngos-ngosan di depan toilet cowok. Ia menyandarkan punggung ke tembok sambil memegangi dadanya yang naik turun kelelahan.

"Ayolah, Ryu. Temenin gue jalan-jalan, ya? Yuk!" Suara cewek bernada kebulean tiba-tiba terdengar dari koridor yang terhubung dari lapangan.

"Lo kan udah ngikutin gue dari tadi. Ini namanya juga udah jalan-jalan, Len." Jawaban dari Ryu bisa Keira dengar.

Penasaran, Keira pun melongok ke arah suara. Rupanya Ryu sedang bersama Hellena. Cewek cantik berambut pirang itu sedang menggelayut di salah satu pundaknya.

"Kei, lo kok di sini sih?"

"Astaganaga!" Keira hampir saja meloncat saat pundaknya ditepuk seseorang dari samping. "Milli? Lo ngagetin gue aja, sih?"

"Hahaha!" Milli malah terbahak-bahak. "Lo sih, lagi ngintipin siapa? Lo nggak salah arah, kan? Pintu toilet cowok di situ, lo kalo mau ngintip ya ke situ." Milli membelokkan kepala Keira ke pintu toilet cowok yang tadi sempat dimasukinya.

"Iihh, apaan?" Keira melepaskan diri dari Milli lalu mendumal. "Gue nggak suka ngintipin cowok, tuh."

"Sini, gue ajak lo ke kantor TU aja. Ada yang...."

"Kei!" Mendadak Ryu berlari ke arah mereka. "Ah, akhirnya bisa ketemu lo juga. Gimana? Lo baik-baik aja, kan?"

"Nggak sama sekali. Seharian ini gue bener-bener dibuat ketakutan," jawab Keira lemah.

"Ryu! Why you leave me there? " protes Hellena sambil kembali hendak merangkulkan tangannya. "Hey, Keira! Are you really Keira?" Hellena melebarkan mata menyadari siapa yang ditemuinya.

"Hai," sapa Keira sekedarnya. Ia sungguh tidak senang berjumpa dengannya. Memori saat Hellena memeluk dan mencium pipi Zein masih menempel jelas di kepala.

"Len, lo udah deh jangan ikutin gue mulu. Entar cewek gue cemburu," kata Ryu, yang ternyata sudah malas dibuntuti cewek bule itu.

"Ryu punya pacar apa?" tanya Hellena kaget. "But Keira said that you're just friend."

"Emang siapa juga yang bilang kalau cewek gue Keira?" sahut Ryu segera.

"Terus?" tanya Hellena tak mengerti.

Sepintas Ryu melihat berkeliling. Kemudian hanya pada satu orang matanya tertuju. "Ini! Ini cewek gue yang sekarang." Ryu mendadak meraih Milli lalu mengecup ubun-ubunnya dengan sayang.

"How could you?" Hellena mendorong Ryu dengan sorot terluka. "How could you ignore me to someone like her?" Ia memandang Milli dengan tatapan tak percaya.

"Please, don't say anything about her. Gue tahu lo cantik. Banget. Tapi sori, gue lebih nyaman sama dia dibanding sama lo." Sekali lagi Ryu mencium kepala Milli di depan Hellena, membuat Keira harus mati-matian menahan tawa.

"Kei!" Zein yang sudah selesai urusannya dari toilet langsung mencari dan memanggil cewek itu. "Ngapain sih pada di sini?" Ia heran melihat Ryu merangkul Milli begitu mesra. Sementara Keira tampak diam menahan senyum di dekat mereka.

"Oh, God!" Tiba-tiba saja Hellena berteriak takjub melihat kedatangan Zein. "You... oh, I know, I know!" katanya, heboh sendiri."It's okay, Ryu. I don't care about you anymore. I really-really don't care about you from now."

"Baguslah. Thankyou," sahut Ryu diiringi senyuman senang.

"But wait! Please, listen to me!" Hellena melirik Ryu sebentar. "I've got my hero. I found him. He's the one. He's my destiny."

Ryu mengerutkan dahi dengan bingung, tapi semuanya segera terjawab saat Hellena tiba-tiba menghambur pada Zein.

"Ehh?" Zein hampir terjatuh saat Hellena memeluk lengannya. "Apa sih?"

"Zein, ngapain lo sama cewek?" Oki yang baru lewat entah dari mana menanyainya. Ia terhenti sesaat, begitu terpesona melihat kecantikan Hellena.

"Ah, jadi nama kamu Zein?" Hellena mengabaikan Oki, dan mengeratkan pegangannya pada cowok itu.

"Ya, dan bisa nggak lepasin tangan lo dari gue sekarang?" Zein menatap cewek bule itu sebal.

"Ah, sori. Aku Hellena. Kamu sudah nolongin aku di konser. I'm so happy to see you again. I just wanna tell the world that I've found my destiny. You are my destiny."

"Destiny?" Ryu melihat Zein dengan bingung. Ia lalu menatap Keira yang sedang menggigit bibir. Jelas sekali mukanya tidak senang. "Hellena, maksud lo apa destiny-destiny-an? Lepasin Zein. Dia pacarnya Keira," ucap Ryu akhirnya, walau dengan muka terpaksa.

"What? Are you serious?" seru Hellena kaget.

"Edward! She's here!"

Tiba-tiba suara lantang Rafael muncul, mengalihkan perhatian mereka."Please don't go, Keira!" ucap Rafael begitu tiba di depan cewek itu. "I really can't forget you since we met on the first time. Please, be my girl. Please, be my destiny, Keira."

Keira mundur selangkah. Ia melirik Zein sebentar yang tangannya masih disentuh Hellena."Listen this!" katanya kemudian pada Rafael. "I don't want to be your girl, and I'll never want to. Gue nggak peduli apa itu destiny. Tolong jangan ikuti gue lagi!" katanya marah lalu berbalik pergi.

"Kei!" Ryu dan Milli kompak memanggilnya.

"Minggir!" Milli pun memisah Hellena dari Zein. "Gue ketua kelasnya, jadi jangan coba-coba ganjenin anak buah gue." Ia melirik sengit cewek bule itu.

"Ryu, I hate your girlfriend. She's like a horse," kata Hellena sinis.

"I hate you more. You're like a monkey," balas Milli lalu menarik Zein dari sana. Sebentar Milli berbalik lagi, lalu depan satu kepalan tangan ia meninju wajah Ryu.

"Brengsek! Apa-apaan?" erang Ryu, memegang dagunya yang kena hantam. "Cewek sinting emang!" makinya yang membuat Zein dan Oki tersenyum melihat ulah ketua kelas mereka.

Milli tak mempedulikan Ryu. Ia justru menggiring Zein beserta Oki menuju kelas 11-IPS-3.

"Loh, loh, Keira mana?" Milli berseru saat tak menemukan Keira di dalam kelas. Harusnya Keira berlari ke kelas karena bel masuk juga hampir berbunyi.

"Ke toilet kali," ceplos Oki.

"Gin, abis dari mana lo?" Milli menanyai Gina yang baru masuk kelas.

"Toilet. Kenapa?" Gina memandang Milli heran.

"Lo lihat Keira nggak di sana?"

"Nggak ada tuh. Gue nggak lihat dia." Gina mengangkat bahunya.

"Zein?" Milli melirik tajam cowok itu.

Zein yang paham segera keluar kelas. Langkah kakinya melebar sambil memikirkan ke mana ia harus mencari Keira. Benar anak yang itu jarang main keluar kelas. Kalau tidak pergi dengan dirinya atau Milli, paling-paling Keira bersama Ryu. Tapi Ryu sendiri tadi dengan mereka. Lalu di mana dia?

"Aaaaakkk!" Sebuah teriakan membuat Zein berhenti melangkah. Itu suara Keira. "Kei!" segera Zein berlari menuruni tangga, menyingkirkan dengan kasar anak-anak yang berpapasan dengannya.

"Keira!" Zein meneriakkan nama itu lagi setibanya di lantai bawah. Bel masuk sudah terdengar. Koridor-koridor depan kelas mulai sepi. Hanya segelintir anak yang terlihat masih di luar. Tapi di mana Keira? Dia sama sekali tidak tampak di mana-mana.

Zein mulai panik. Seorang Keira tidak mungkin sengaja di luar kelas setelah bel masuk terdengar. Apa terjadi sesuatu padanya? Apa dia dalam masalah? Pikiran Zein mulai tidak tenang. Lebih-lebih saat suara sosok yang ia cari mendadak berkelebat, menyebut namanya dengan nada ketakutan.

"Zeeiiiinnnn!!!"


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C29
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login