Hari-harinya terasa jauh berbeda. Irona termenung menatap ke arah luar jendela. Tidak terasa, sudah empat puluh hari Selvia meninggalkan dirinya.
"Sayang, kita makan dulu yuk! Arina sama yang lainnya udah dateng"
Selamat empat puluh hari itu juga, teman-temannya selalu datang. Hanya untuk menemani Irona makan. Karena setalah itu, ia akan kembali ke kamar untuk melamun.
"Hai, Na. Maaf ya kita kesini terus, cuman buat numpang makan"
"Iya, Na. Abisnya masakan bunda Arum, enak banget, sih"
"Ah, kalian bisa aja. Ya udah kita makan, ya. Rona, biar Bunda ambilin nasinya, ya"
Arumi tidak pernah menganggap orang lain. Ia memperlakukan Irona sama dengan memperlakukan Aksa.
"Makasih, bunda" kata Irona dengan suara pelan.
"Bun, ini semurnya enak banget! Adara boleh nambah?"
"Boleh, dong. Kebetulan Bunda masak banyak banget"
"Dar, lo bikin malu aja. Udah numpang, pake acara nambah segala" sindir Arina.
"Kok lo yang sewot, sih? Bunda aja boleh. Iya kan, Bun?"