Download App
57.14% Like i Need

Sleep paralyze?

Pukul 03.45

Sudah satu jam tidak ada suara terdengar dari mereka bertiga. Hanya samar-samar suara dari ketikan yang menggema ke seluruh ruangan.

"Oke selesai. Kerja bagus" Leon memecah kesunyian pagi buta.

Mendengar hal tersebut Lizz dan Aster menatap puas satu sama lain. Penantian dan perjuangan mereka berakhir. Luar biasa atas segala kerja sama mereka bertiga.

Lizz mengusulkan untuk membawa salinan naskah untuk dibawa ke bagian percetakan, sambil berjalan pulang. Leon merasa sangat lelah, ingin rasanya pulang dan bertemu Cellest. Sebaiknya ia selesaikan semua dokumen ini dan segera pulang.

Lizz sudah meninggalkan ruangan, meninggalkan Aster yang masih merebahkan tubuhnya di salah satu sudut sofa besar.

"Kau sebaiknya pulang nona Morez, kalian bisa masuk setelah makan siang" ucap Leon tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptop.

Mendengar itu Aster terdengar puas, setidaknya ia bisa tidur lebih lama.

"Saya akan mengembalikan gelas-gelas ini ke pantry terlebih dahulu." Kemudian Aster berjalan keluar ruangan bersama nampan berisi gelas kotor.

Leon terus saja fokus melihat layar, namun perlahan pandangannya mengabur dan tiba-tiba dadanya sesak. 'Sakit... Kenapa lagi sekarang?' Leon berusaha mempertahankan kesadarannya, disaat bersamaan rasa sakit di dadanya semakin terasa.

Saat ia mencoba memfokuskan konsentrasi, Leon melihat sosok bayangan tepat di hadapannya. Hanya tidak terlalu jelas, sosok itu berjalan seakan ingin mendekati dan menyentuhnya

Dengan tenaga yang tersisa, Leon berusaha berdiri menuju pintu masuk berusaha mencari pertolongan. tetapi ia mulai tidak dapat merasakan kakinya, hingga ia merosot terduduk bersandar di meja kerjanya. kemudian gelap.

"Permisi Tuan, saya..." ucapan Aster berhenti tepat saat ia melihat Leon terduduk dilantai dan bersandar pada meja. Astaga apakah penyakitnya kambuh?

dalam kepanikan Aster berlari mendekati Leon, apakah pria itu masih bernafas? tetapi saat ia berlutut tepat di hadapan Leon, tiba-tiba ia tersadar. dan menatap Aster dalam.

"Anda baik-baik saja tuan?" bukan sebuah jawaban yang ia terima melainkan rasa seseorang merengkuh tubuh nya. Leon memeluknya dengan sangat erat.

Ia memang tidak merasakan berat dari tubuh besar yang mendekapnya, sebaliknya sebagian tubuhnya ditarik dalam dekapan dada bidang Leon. otak Aster seakan berhenti berfungsi saat itu. ia sama sekali tidak melawan.

"Aku merindukanmu... Aster" terdengar suara lirih kedua mata Aster membelalak. Suara yang memaksa air matanya keluar.

"Joan..."

Entah kenapa tubuh Aster bergerak diluar perintahnya. Ia membalas dekapan itu tak kalah erat. Tidak ada yang dapat menggambarkan seberapa besar gambaran untuk rasa rindu didalam hatinya. Suara dari seseorang yang sudah pergi lebih dari satu tahun yang lalu.

Aster dapat merasakan deru nafas hangat menghembus di tengkuknya. memberikan sensasi yang sangat ia kenal, sebuah erangan kecil terdengar keluar dari mulut Aster, saat Joan berusaha meninggalkan tanda di lehernya. tetapi Aster menyadari satu hal, Joan sudah pergi satu tahun yang lalu, dan saat ini ia berada di ruangan Leon.

'Astaga orang ini tidak mungkin' secara reflek Aster mendorong tubuh tegap itu sekuat tenaga, bersamaan dengan zat kenormalan yang kembali mengaliri membran di otaknya.

Tubuh Leon terbentur cukup keras meja yang berada tepat di belakangnya.

"Argh... Apa yang kau lakukan!" Kini suara terdengar berbeda. Tubuh Aster masih bergetar hebat karena kejadian beberapa detik yang lalu.

Kenyataan bahwa ia baru saja berpelukan dengan atasannya, dan membiarkan pria singa itu membuat tanda di lehernya. Leon berusaha mengangkat tubuhnya sendiri, pandangannya masih sedikit kabur. Perlahan mulai terang,bersamaan dengan warna matanya yang mulai memudar.

Leon terkejut, melihat tatapan Aster padanya. Apa yang terjadi?? Ia melihat dengan jelas tubuh Gadis dihadapannya bergetar, tatapan penuh ketakutan tergambar dari sorot matanya.

"Ada apa denganmu Nona Moretz?"

Dengan sekuat tenaga, Aster berjalan mengambil tasnya dan kemudian berlari secepat yang ia bisa. Yang ada di kepalanya saat itu dia hanya ingin cepat pulang. Leon tidak banyak berkutik, sampai saat Aster berlari meninggalkan ruangan, Ia hanya bisa menatapnya menjauh.

Dan saat kesadarannya kembali, tubuhnya sudah terduduk dilantai. rasa sakit dari kepalanya yang terbentur meja tidak bisa mengalihkan ingatan wajah dan tatapan gadis itu, terlihat sangat aneh. Leon yakin sesuatu diluar kuasanya sudah terjadi.

Segera mungkin Leon bangkit, mengambil ponselnya dan berlari ke ruang operasional Security gedung. Ia yakin CCTV bisa menjelaskan segalanya.

/

Aster dengan setengah berlari, masuk ke dalam Apartemennya, lalu menutup pintunya sesegera mungkin. Ia menyandarkan dirinya di balik pintu, rasanya seperti habis melihat makhluk halus. Apa-apan ini.

Keterkejutannya atas kejadian di ruangan Leon tadi, masih jelas tergambar dalam pikiran. Suara Joan pun masih sangat ia ingat. Degup jantungnya tidak karuan.

Setelah berusaha menenangkan diri dan mendapatkan lagi fokusnya. Aster mulai berjalan masuk kedalam kamar. Menanggalkan semua benda yang melekat pada dirinya.

Guyuran air panas akan mengembalikan semua kesadaran dan menghilangkan rasa lelahnya. Aster menyalakan shower kemudian membicarakan air hangat mengalir dari pangkal rambutnya hingga membasahi setiap jengkal tubuhnya.

Sesaat pikirannya kembali pada kejadian itu, suara Joan yang ia dengar apa benar adanya atau dia hanya berhalusinasi. Jemari Aster berhenti tepat di tanda merah gelap di lehernya.

Aster mengingat betul saat ia membiarkan pria itu meninggalkan tanda disana. seketika Aster merasa seperti jalang murahan.

Apa yang sebenarnya sudah terjadi?

Usai mengeringkan badan, dan mengenakan handuk untuk menutupi sebagian tubuhnya. Kemudian berjalan menuju Kulkas untuk mengisi dahaganya dengan susu. Setelah itu membaringkan diri untuk tidur.

Aster sudah dapat mengembalikan kesadarannya 100%. dan mulai menganggap semua kejadian tadi hanya bagian dari imajinasinya saja. Mungkin ia terlalu lelah setelah membaca banyak kata hari ini.

Tepat sebelum membaringkan tubuhnya, Aster berpikir bagaimana ia harus berhadapan dengan Leon besok. apa yang akan ia katakan, bagaimana jika Leon mengatakan kepada semua orang mengenai kejadian tadi.

Aster hanya bisa berharap, semua itu hanya mimpi.

Di Lain lokasi,

Leon terus saja mengulang-ulang video yang tengah ia tampilkan pada layar. Jika diperhatikan tidak ada hal yang aneh, ia melihat tubuhnya terduduk dilantai, sesaat sebelum Aster masuk kedalam ruangan.

Satu hal yang membuatnya janggal untuk apa ia memeluk tubuh Aster saat melihatnya. Selain itu ia sama sekali tidak mengingat semua kegiatan itu sampai akhirnya ia terbentur meja.

"apakah aku mengalami Sleep paralyze?" Ucapnya pada dirinya sendiri

Disaat hampir bersamaan, pintu kantornya terbuka.

"Sudah kuduga kau pasti tidak pulang" Cellest berjalan masuk dengan kantong belanja yang cukup banyak.

"Kenapa kau datang di pagi buta??" Ucap Leon dengan cekatan menutup layar laptop nya.

"Pagi buta?? Leon, ini sudah jam delapan pagi... tidak masuk pagi buta bukan?" Cellest memperlihatkan layar ponselnya, 08.04.

Leon terlihat bingung, apa waktu sudah berlalu begitu cepat? Atau dia yang terlalu lama memperhatikan CCTV itu.

"Kamu baik-baik saja Leon? Wajahmu terlihat pucat. Apa dadamu terasa sakit lagi?" Cellest mendekat menyeka keringat di kening Leon dengan saputangan yang ia bawa.

Leon berusaha tersenyum, dan mengatakan baik-baik saja.

"Apa yang sedang kau kerjakan??" Cellest berusaha membuka laptop yang tertutup. Namun tangannya ditahan oleh Leon.

Cellest menatapnya penuh tanya, begitupun Leon. Ia tidak pernah menyembunyikan apapun, tapi kenapa rasanya kali ini ia ingin menjaga hal ini untuk tidak diketahui Cellest.

"Jangan dulu bicarakan soal pekerjaan... aku merindukan mu...." ucapnya sambil menarik Cellest untuk duduk di pangkuannya.

Senyum Cellest terukir kembali, "sebaiknya kamu pulang, dan beristirahat di apartement"

"Aku sangat menginginkan itu, tapi aku baru bisa bebas dari beban ini setelah mendapatkan konfirmasi dari percetakan. Paling tidak sampai siang ini" kali ini sebuah kejujuran keluar dengan lugas dari mulutnya.

Cellest melingkarkan kedua tangannya melingkari bahu Leon, "baiklah... aku akan menemanimu"

'Cup' sebuah kecupan mendarat di kening Cellest.

"Aku lapar~" rengek Leon,

"Ayo kita pergi sarapan di restoran bawah, tapi sebelum itu kamu harus mengganti baju mu... kau terlihat... berantakan"

Cellest memberikan tas belanja yang ia bawa.

Leon menerima tas itu, dan mulai berjalan menuju toilet pribadinya. Sebelum masuk, ia sempat melihat Cellest sedang berjalan menuju salah satu jendela besar di ruangannya. Dia sedang terlihat sedang mengangkat telepon. Yah... ia harus segera mengganti baju sebelum Cellest membuka Laptopnya.

Aster berjalan sedikit berlari, bukan karena terlambat. Tapi hari tiba-tiba saja hujan dan ia tidak membawa mantel atau pun payung, syukurnya hujan turun tepat saat ia berada di depan gedung.

Setibanya di dalam gedung, ia mengeringkan sedikit tubuhnya terutama bagian ujung rambut panjang nya. Seseorang menyodorkan sekotak tissue, tanpa pikir panjang Aster mengambilnya dan menggosok pada bagian yang basah.

"Terima Kasih ban....ASTAGA!" Aster terkejut dan segera tidak sengaja menabrak tong sampah berbahan kaleng hingga menimbulkan suara yang cukup menarik perhatian.

Leon menerima kembali kotak Tissue yang ia berikan tadi, sambil terus menatap Aster yang sedang dengan canggung memungut tutup tempat sampah di lantai.

"Apa saya terlihat sangat menakutkan untuk anda Nona Moretz?"

"Sedikit"

Aster benar-benar merasa tidak nyaman di situasi seperti ini. Leon tidak melepaskan sedikit pun pandangan dari nya. Aster memastikan lipatan turtle neck nya dapat menutupi lehernya dengan sempurna.

"Nona Morez, Soal yang terjadi beberapa jam lalu..." ucap Leon sopan,

Aster merasa kekakuan pada sendi-sendi di tubuhnya. "Saya minta maaf Tuan, karena sudah mendorong anda sampai jatuh. Saya sangat terkejut saat itu" Ucap Aster spontan, tanpa mendengar apa yang akan dikatakan oleh Leon.

"bagus jika benar seperti itu," Leon ingin coba menjelaskan logika yang sepertinya akan tetap terasa janggal. jadi ia membatalkan niatnya

"Ya Tuan tuan" Aster coba menanggapi sesopan yang ia bisa. Tuhan, sungguh saat ini sangat canggung. Berikan lah pertolongan.

"Aster!" Terlihat Lizz berlari dari pintu masuk lain, menuju posisinya saat ini. Wajahnya terlihat sudah kembali berwarna.

"Selamat Siang Tuan Leon, apakah anda sudah dengar Percetakan dimulai dan akan selesai tepat waktu?"

"Yaah, kantor percetakan sudah menghubungi ku. Selamat untuk mu Lizz"

"Tidak tuan, semua juga karena bantuan anda dan Aster."

Aster terlihat tersenyum kaku melihat kecerian Lizz kembali.

"Jika benar semua selesai tepat waktu, setidaknya kita harus memesan tempat untuk makan malam" Secara tiba-tiba Leon menawarkan hal seperti bukan dirinya.

"Tentu Tuan, kita semua harus merayakannya" Ucap Lizz bersemangat.

"Merayakan apa?" Suara lain tiba-tiba ikut bergabung.

Cellest sudah berada tepat di sisi Leon, dan melingkarkan tangannya di lengan kekasihnya.

"Kami baru saja menyelesaikan penyuntingan yang sedikit bermasalah tepat waktu" jelas Lizz.

"Oh benarkah? Kalian hebat. Apa kau ikut membantu juga Aster"

"Yah... sedikit..." jawab nya. Cellest sedikit menyadari ada yang aneh dengan Aster hari ini. ia terlihat tidak nyaman. apa karena ia terlihat basah?

"sepertinya kamu patut diperhitungkan untuk menjadi karyawan tetap. betul Leon?" Cellest menunggu persetujuan Leon.

Leon memandang Aster sekilas, " yah jika dia mau"

"Kau dengar itu Aster, kau akan jadi karyawan tetap" Lizz terdengar tak kalah senang.

"Terima kasih... akan saya pertimbangkan" jawab Aster akhirnya.

"Kabari kami untuk itu yah. Kalau begitu nona-nona, boss kalian ini harus aku bawa pulang. Dia tidak kembali semalaman, jadi aku harus menghukumnya" ucap Cellest menggoda Leon.

"Yah, sebaiknya anda istirahat Tuan. Tenang saja pekerjaan hari ini akan berjalan lancar." Lizz menyombongkan dirinya.

Cellest dan Leon akhirnya berjalan keluar gedung. Mobil mereka sudah terparkir apik di depan lobby. Kemudian berjalan meninggalkan gedung. Aster benar-benar merasa tidak nyaman sepanjang hari ini, terlebih jika berhadapan dengan Leon. Semoga kejadian memalukan tadi pagi tidak menyebar ke seantero gedung.


CREATORS' THOUGHTS
Qkye_Pawiro Qkye_Pawiro

Have some idea about my story? Comment it and let me know.

Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C8
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login