Download App
35.71% Like i Need

Chapter 5: New Chapter

"jaga dia..."

"ku berikan kehidupanku...."

"Berikan cinta padanya"

...

6 Bulan berlalu...

Aster terlihat sibuk menata buku-buku di tangannya, Aster sudah memulai magangnya di salah satu perusahan penerbit ternama di kota.

Berusaha bangun di setiap pagi, ia bertingkah normal selayaknya tidak ada yang pernah terjadi. Aster tidak ingat kapan terakhir kali tertawa, lebih sering terdiam. Senyum adalah hal yang ia tidak sadari itu sudah sangat jarang terlihat di wajahnya. Tidak ada lagi warna , semua kelabu di mata Aster.

Hampir setiap sore Aster menyempatkan diri untuk mengunjungi makam Joan, untuk sekedar menceritakan bagaimana harinya berjalan, atau sekedar menyapa. ia masih mencoba menerima keadaan.

Kecelakaan Joan malam itu, masih sulit dicerna olehnya. Hampir sebulan televisi terus menyiarkan kejadian dalam berbagai versi. Banyak konspirasi tercipta, kecelakaan terbesar yang terjadi dalam kurun waktu 10 tahun kebelakang.

iring-iringan motor mereka sebenarnya berjalan dengan kecepatan yang sangat wajar, tidak dalam kecepatan yang tinggi. dari yang Aster ketahui, bahwa Joan saat itu menawarkan diri untuk bertukar posisi dengan salah satu rekannya yang terlihat tidak dalam kondisi baik. saat formasi terbuka, truk dengan muatan berlebih terlihat hilang kendali.

Joan yang berada dalam luar formasi, berhadapan langsung dengan Truk. berusaha menghindar, motor Joan slip dan berhenti tepat kolong Truk. sayangnya, terjadi kebocoran pada tangki bahan bakar, dan akibat gesekan menimbulkan percikan api.

Aster mengetahui bahwa luka bakar Joan, membuat harapan untuk bisa selamat menjadi mustahil. di tengah lamunannya, "Aster bisa kemari sebentar" ucap salah satu karyawan. Aster meletakan sisa buku terakhir ke dalam Rak.

"Tolong kamu berikan salinan naskah ini ke divisi penyuntingan. mereka ingin melihatnya terakhir kali sebelum cetak. Setelah itu, kamu ambil berkas persetujuan di ruang nona David, aku membutuhkannya sebelum jam makan siang ini" ucapnya sambil menyerahkan sebuah flashdisk.

"Baik Liz... kalau begitu aku pergi sekarang"

Aster berjalan keluar ruangan menuju lift di sudut koridor, dan ponselnya berdering.

"Yaa Jean" Aster menempelkan ponsel di telinga,

"apa kau sibuk siang ini?? Mau makan siang bersamaku?"

Hubungan Jean dan Aster menjadi sangat dekat jauh lebih dekat dari sebelumnya. Jean mengetahui kisah Aster dan Joan. lalu meminta Aster untuk menjadi kakaknya menggantikan sosok Joan. Tanpa keberatan Aster dengan senang hati menyanggupi tawaran Jean, terlebih ia membutuhkan sosok lain menggantikan hari-harinya bersama Joan.

"tidak terlalu, setelah mengambil dokumen, sepertinya aku bisa bergabung untuk makan siang bersama mu" jawabnya

"Bagus, aku akan meminta Mark (kekasih Jean) untuk mengantarku ke café dekat kantor. sampai jumpa nanti Aster" Jean menutup telponnya.

Pintu lift terbuka, berbelok sebentar menyerahkan flashdisk kemudian berjalan menuju salah satu ruang untuk dimana atasannya berada.

"Masuk" terdengar suara dari balik pintu kaca di hadapannya.

"Selamat Siang Nyonya, saya diminta untuk mengambil dokumen" Aster berdiri tak jauh dari pintu masuk, ruangan ini begitu luas dan sangat beraroma khas seorang wanita, bahkan ada beberapa vas berisi bunga di beberapa sudut.

"Sepertinya kamu karyawan magang yang baru yah?? aku baru melihatmu, perkenalkan Saya Cellestel David" seorang wanita dengan aura yang sangat kuat mengulurkan tangan pada Aster.

"Salam kenal Nyonya, Saya Aster De Silva Morez", tangan yang sungguh lembut. Cellestel terlihat masih sangat muda, bibir tebalnya terlihat sangat sexy dengan wajah ketimuran dan mata kehijauan yang sangat meneduhkan. Sungguh tidak akan ada laki-laki yang akan rela mengabaikan.

"apa aku terlihat setua itu nona Morez? berhenti memanggilku Nyonya, panggil saja aku Cellest aku rasa umur kita tidak terlalu jauh"

'Astaga bahkan ia terlihat sangat cantik saat tersenyum' Aster terpesona, belum sempat merespon, seseorang membuka pintu kaca.

"Cellest, sudah waktunya?" Suara bariton khas laki-laki terdengar di balik sana.

Seorang pria melangkah memasuki ruangan, Aster melangkah sedikit ke samping memberikan jalan pada pria yang dengan mantap menuju meja Cellest dan mendaratkan sebuah kecupan di bibir. sungguh pemandangan yang sangat canggung untuk Aster.

Tatto di balik kemeja menarik perhatian Aster, mencolok sekali Pria ini. menurut itulah yang ada di dalam kepalanya saat ini. Rambut panjang yang diikat asal, memperlihatkan jelas garis tegas di wajahnya, Tampan.

"Ada yang menarik nona?" suara itu menyadarkan lamunan Aster, yang sejak tadi bahkan tidak melepaskan pandangannya pada kedua insan yang tengah bercumbu di hadapannya.

"Ah, em..Tidak.. Maaf tuan" ucapan Aster menyadari kebodohannya, dan merutuki dirinya sendiri.

Pria itu menatap Aster dengan sangat tajam, benar-benar membuat Aster tidak tenang. Secara tiba-tiba rasa sesak menyerang Leon. 'Astaga... kenapa kambuh disaat seperti ini'. 'kenapa debaran ini terasa sangat sakit?' Leon berusah menahan rasa sakit pada dadanya.

"Leon!! Apa terasa lagi?"Cellest terlihat panik, wajahnya khawatir.

"Sesak..." ucap Leon sedikit mengerang kesakitan, perlahan tubuhnya mulai limbung. Cellest berusaha menahan, tetapi tubuh Joan terlalu besar.

"Aster tolong bantu aku" Cellest meminta, tanpa pikir panjang Aster batu membopong Leon menuju salah satu Sofa. Leon sempat menolak untuk disentuh, tetapi Aster berinisiatif untuk menarik salah satu lengan Leon dan menahannya.

"Terima Kasih Aster, dan ini dokumennya... kamu sudah bisa pergi sekarang" Aster mengambil dokumen yang disodorkan Cellest.

"Baik,Saya Permisi" Aster menatap khawatir, tetapi ia juga sadari ini bukan urusannya.

Leon masih memegang dadanya erat, "tenang Leon... atur nafas mu" Cellest mencoba menenangkan. Aster meninggalkan ruangan.

Perlahan nafas Leon mulai teratur, "Kamu sudah baikan?" Leon mengangguk

"aku merasa sangat sehat hari ini, bahkan sejak keluar dari rumah sakit... tapi kenapa?" , Leon coba memahami apa yang baru saja ia rasakan.

"Mungkin jantung barumu masih butuh penyesuaian" Cellest mengelus punggung kekasihnya. Cellest terlihat sangat panik, sorot matanya penuh kekhawatiran. Leon menegakkan duduknya, mencoba menikmati rasa sakit yang perlahan menghilang, kemudian menarik bahu Cellest dalam peluknya.

"Maaf membuatmu khawatir..." dikecupnya pucuk kepala Cellest

"Apa kamu ingin kita pulang ?"

" Apa artinya kamu akan menyuapi ku dengan tanganmu?" Goda Leon, Cellest tertawa renyah

"Ayo... aku akan menjadi pelayan Pribadi mu" Leon tersenyum, menarik Cellest dalam dekapnya.

"Love you" , "Love you More…" Cellest memberikan ciuman manis.

Ruang Editing.

"kenapa kamu sangat lama sekali Aster?" Ucap nona Liz , saat melihat Aster berjalan masuk kedalam ruangan.

Aster menyerahkan dokumen yang diminta, "Maaf Liz, ada kejadian tak terduga di ruang Cellest"

"Cellest??" , "Nyonya David maksudku" Aster lupa akan terkesan tidak sopan memanggil atasan bukan dengan nama keluarganya. Aster kembali kebalik mejanya.

"Ah... Memang ada apa?" jiwa-jiwa bergosip Liz mulai bergejolak, melihat sikap Aster yang sedikit aneh.

"ada seorang pria bertato hampir pingsan di ruang Nyonya David, kau pernah lihat? rambutnya panjang dan dikuncir asal." Aster benar-benar ingin tahu. ia sampai memperagakan seperti apa penampilan Leon.

"orang itu adalah atasan kita"

"atasan?"

"Yah, orang yang kamu bilang 'Pria Bertato' itu atasan kita Aster, dari info yang kudengar dia sakit dan cuti dari 1 tahun yang lalu. nyonya David yang menggantikannya. tapi jika mendengar apa yang kamu ceritakan sepertinya dia belum benar-benar pulih", Liz melepas nafas perlahan, sebelum akhirnya melanjutkan cerita.

"Kamu tahu Aster, tuhan itu adil. dia diberkahi dengan Wajah dan harta yang luar biasa sempurna, tapi siapa sangka fisiknya sungguh lemah" Liz bergeleng pelan penuh arti.

Aster hanya memperhatikan dan coba untuk mengerti semua ucapan teman kerjanya. sampai tiba-tiba ponsel Aster bergetar.

Jean: Sudah jam Istirahat kah?? Aku menunggumu di Café seberang kantor yaahh…

Aster : Dalam 5 menit, tunggu aku ;)

Setelah memberi tahu Liz, Aster mengambil tasnya dan berjalan menuju Lift, kemudian keluar menuju café yang berada di lobby, untuk makan siang bersama Jean.

CAFÉ LE BRIDGE

Suasana café siang ini cukup ramai, mungkin karena bertepatan dengan jam makan siang. Aster mencoba menyebar pandang, mencari keberadaan Jean. Sampai ia mendapatkan seseorang melambai padanya, dari salah satu sisi dekan jendela.

"menunggu lama?" Aster menghampiri dan memeluk Jean erat

"Tenang saja, aku suka walau harus menunggu lama disini, kau lihat Barista disini sungguh tampan-tampan" ucap Jean menampilkan senyum penuh di wajahnya

"untung saja Mark tidak mendengar ocehanmu Jean" kekeh Aster

"Ayolah Aster, itulah fungsi dari sepasang mata bukan? melihat semua yang indah" Aster hanya terkekeh pelan. Jean memang wanita yang sangat menarik. rambut panjangnya diikat tinggi, memperlihatkan leher jenjang dan putihnya.

Dianugrahi wajah yang sangat asian, kulit putih terang, bibirnya tipis. benar-benar mengingatkan Aster pada Joan.

Seorang pelayan mengantarkan secangkir Ice Americano , Aster yakin ini pesanan Jane. tanpa menunggu lama, Ia pun memesan seporsi Spaghetti dan Ice Tea untuk siang yang sungguh panas ini.

"jadi bagaimana pekerjaanmu Aster?" Jean penuh antusias

"Sebagai seorang yang magang sungguh sangat menumpuk Jean, kau tahu aku bahkan sudah berkeliling hampir seluruh divisi hari ini" ucapnya sambil meletakan tasnya disisi lain sofa.

"haha...sudah kubilang, bekerja saja di perusahaan Ayah... kamu akan menempati ruangan Joan tanpa seleksi, kau tau aku sudah lelah menolak bujukan ayah untuk bekerja" Jean meneguk minuman dingin di hadapannya.

"hey... kau saja menolak, kenapa kamu memintaku untuk menerimanya??" balas Aster

"Karena kau lah yang paling cocok, Kamu kan harusnya menjadi Nyonya Joan, jika malam itu tidak terjadi" tiba-tiba suasana meredup.

Aster tahu Jean sama seperti dirinya. belum benar-benar bisa mengikhlaskan kepergian kakak satu-satunya. Begitupun dia, kehilangan kekasih yang baru seumur jagung, tapi semua kehidupan harus berjalan maju.

"Akan kupertimbangkan setelah masa magangku berakhir." Ucap nya

"wah?? Benarkah... baiklah, aku senang mendengarnya" Mood Jean kembali baik, sungguh mudah mengubah suasana hati wanita satu ini.

"Kapan itu?" ucap Jean sambil menyeruput americano miliknya.

"Emm... 3 bulan lagi kurasa" Aster menerima pesanannya yang baru saja datang. Jean terlihat puas mendengarnya. mereka kembali berbincang hal-hal lain dan terkadang sedikit ada tawa-tawa renya didalamnya, khas obrolan santai.

Disisi Lain café Aster tidak sengaja melihat Cellest dan seseorang bernama Leon sedang berjalan keluar lobby bersamanya Laki-laki itu terlihat lebih baik, ia bahkan sudah bisa berjalan dengan sangat normal. syukurlah...

Jika diingat perkataan Liz ada benarnya, Leon benar-benar terlihat sempurna dari luar, tubuh tegap, kulit putih cerah , wajah yang luar biasa sempurna, sungguh menyedihkan jika menyadari ia tidak benar-benar sehat.

"kau melihat apa Aster ?" Jean menyadarkan

"kamu lihat, itu atasan ku" ucapnya sambil menunjuk sosok yang baru saja memasuki mobil

"Mereka sangat muda, apa semua pengusaha sukses selalu terlihat muda", ucap Jean heran

"sepertinya kamu harus mulai bekerja sekarang untuk menjadi seperti mereka" goda Aster sambil menikmati makan siangnya.

"Menurutmu aku sudah mulai terlihat tua? Oh ayolah.... Aku masih kepala dua..." Jean panik

"aku melihat kerut di sudut matamu" Aster menggoda dan dibalas lemparan tisu dari Jaen.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C5
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login