Ternyata keputusan meminum jamu peluruh tidak sesimpel kenyataannya. Minum, telan, menunggu reaksi, selesai. Tidak sesingkat itu..
Aku harus menahan mual, berulang kali tarik nafas agar pikiranku rileks, menyiapkan penawar untuk aroma dan rasanya yang membuat orang kliyengan -bahkan pingsan. Dan, setelah lima bungkus ku tenggak, huh, tidak ada hasil. Menyebalkan! Aku benci tubuhku!
Babak kedua. Aku nekat saja melanjutkan meminum jamu yang katanya high level. Berapa juta?
Satu juta lima ratus ribu .. rupiah ..
Fantastis!
Kami ini masih mahasiswa, belum bekerja. Satu-satunya penghasilan yang ku peroleh adalah dari transferan Papa. Mas Doni pun demikian, meski dia ada proyek sampingan sebagai asisten dosen. Namun bayarannya tak dapat terlalu diharapkan karena tak seberapa.
sempet-sempetnya Doni.. dasar otak cowok..
^_^ LOL