Download App
4.72% I FEEL ALONE / Chapter 21: I FEEL ALONE - Gue Masih Ingat

Chapter 21: I FEEL ALONE - Gue Masih Ingat

"Ya udah sekarang masuk yuk, kita makan pasti kamu sudah lapar kan?" tanya Mamah sambil menggandeng tangan Vetta. Pelvetta tersenyum pertanda meledek ke arah gue.

Sikap Mamah begitu lembut serta begitu perhatian, tapi sikap Mamah yang penuh kelembutan serta penuh perhatian itu hanya pada Vetta. Sedangkan sama gue? Gue rasa gak ada sedikit pun kelembutan yang Mamah berikan sama gue, apalagi perhatiannya.

Gak ada! Mamah selalu bersikap kasar sama gue serta selalu mengabaikan gue. Semua kasih sayang dan perhatian yang Mamah miliki hanya untuk Pelvetta seorang. Ralat, hanya untuk Pelvetta dan juga Della.

Gue masih ingat sama semua kejadian yang sudah terjadi di masa lalu itu Vett. Gue kembali teringat sama kejadian di mana dia dengan bangganya menunjukkan hasil ulangan yang mana hasil ulangan itu adalah hasil ulangan punya gue, namun sudah dia ubah dan dia ganti pakai namanya sebelum kertas itu di kumpulkan. Gue masih ingat kejadian itu, kejadian itu terjadi waktu gue masih kelas 7 SMP, gue sama dia satu kelas dulu.

Gue masih ingat semuanya Vett. Apa saja cara yang sudah lo lakukan supaya gue bisa terlihat begitu jelek di mata Mamah sama Papah. Gue masih ingat semuanya Vett dan sekarang lo dengan mudah minta gue untuk menggantikan posisi lo, karena lo mau ulangan? Haha sorry saja, cara lo membujuk gue tidak membuat gue lupa akan hal yang sudah terjadi masa lalu. Malahan setelah lo berucap seperti tadi, itu membuat gue kembali teringat akan kejadian di masa lalu.

Entahlah, begitu membingungkan. Gue rasa gue gak dendam sama lo, hanya saja gue masih mengingat semuanya. Gue masih ingat sama semua perbuatan yang sudah lo lakukan sama gue Vett dan bagi gue itu semua gak mudah untuk bisa dilupakan begitu saja.

Kalau saja lo gak memperlakukan gue seperti itu pada gue di waktu dulu, mungkin sekarang gue bakalan dengan senang hati mau menggantikan posisi lo sekarang. Tapi? Sikap lo sama gue dulu terlalu baik sih, jadi gue gak mau untuk menggantikan posisi lo sekarang deh, hahaha.

Gue melanjutkan langkah gue untuk kembali ke kelas gue. Waktu masuk masih tersisa 10 menit lagi, tapi sekarang gue sudah duduk santai di dalam kelas. Gue lebih memilih menutupi telinga gue dengan earphone.

Gue memutar musik agar telinga gue tidak mendengar keramaian yang sedang terjadi di dalam kelas ini. Gue benci keramaian yang terjadi, karena gue gak terlibat ke dalamnya. Suasana memang begitu ramai, tapi hati gue tetap merasakan kesunyian.

*****

08:45

Hari ini adalah hari minggu. Gue sudah terbangun sejak 2 jam yang lalu, tapi gue belum berpindah dari tempat tidur gue. Sejak 2 jam yang lalu gue masih berdiam di atas kasur.

Gue bingung gue harus melakukan hal apa pagi ini, terlalu menyakitkan bagi gue jika gue harus berjalan keluar apartemen untuk menuju ke sebuah taman di hari minggu ini.

Gue bukan anak yang suka bermain bersama dengan teman! Kenapa? Karena gue gak punya teman! Jadi gue gak suka bermain sama yang namanya teman!

Aneh bukan? Gak aneh kok ini memang hal yang sedang gue rasakan sekarang. Buat kalian yang punya teman, kalian beruntung. Kalian tidak merasakan bagaimana sedihnya berbincang tanpa didengar, berucap tanpa dijawab dan bercerita tanpa dipahami. Semuanya itu terasa begitu menyakitkan.

Semoga kalian gak merasakan apa yang gue rasakan. Semoga kalian gak bersama dengan teman yang FAKE! Bersama dengan teman yang palsu itu memang tidak kesepian, tapi itu jauh lebih menyakitkan dibanding kalian sendiri tapi dengan sebuah pilihan.

Bukan tanpa alasan gue memilih untuk sendiri. Sudah banyak makhluk hadir yang mengaku sebagai teman, namun pada akhirnya mereka sendiri yang pergi meninggalkan sebelum gue usir, dan pada akhirnya gue sendiri yang merasakan kesunyian juga kesepian.

Sebenarnya gue masih tanda tanya sama mereka yang tiba-tiba pergi tanpa alasan. Gue bingung, gue benar-benar bingung. Buat apa coba lo datang kalau akhirnya lo mau pergi lagi? Gue rasa semua yang sudah lo lakukan itu sia-sia, bahkan gue rasa itu sangat sia-sia.

Sendiri? Gue kuat sendiri? Gue bisa sendiri? Haha itu semua hanya kata pemanis saja yang ada di hidup gue. Sebenarnya apa yang kalian lihat tak sama dengan apa yang sedang gue rasakan. Kalian hanya tahu katanya saja, tanpa tahu kenyataan yang sebenarnya itu seperti apa.

Gue kuat sendiri, gue bisa sendiri. Sebenarnya gue memaksa diri gue agar kuat menjalani semua kehidupan ini sendiri, gue memaksa diri gue agar bisa sendiri dan berharap agar gue bisa terbiasa dengan kesendirian. Bingung gak? Tapi hidup gue jauh lebih bingung dibandingkan dengan kalimat yang sudah gue ucapkan barusan.

Gue pernah merasakan masa-masa di atas awan bersama teman. Itu semua terjadi sebelum gue tahu kalau mereka gak menganggap gue sebagai teman, miris bukan?

Di sini hanya gue yang menganggap mereka teman, namun mereka hanya menganggap gue sebagai alat pemuas kebutuhan mereka saja. Karena apa? Karena apa yang mereka inginkan bisa terpenuhi ketika mereka sedang bersama dengan gue.

Sebenarnya gue itu apa sih? Gue teman mereka atau alat untuk memenuhi kebutuhan mereka? Dulu gue memang tak memikirkan ini semua, gue baru sadar saat gue sudah sangat sering merasakan apa yang sudah gue rasakan sebelumnya dan permasalahan yang gue alami saat bersama dengan teman itu hampir sama atau bahkan mungkin memang sama.

Gue dulu sering mengusahakan supaya gue bisa mencukupi semua keinginan mereka. Itu semua gue lakukan bukan karena gue mampu, namun karena pada saat itu gue berpikir kalau gue juga pasti bakalan punya keinginan.

Gue pikir mereka juga bakalan berusaha untuk memenuhi keinginan gue sama seperti gue yang selalu berusaha untuk memenuhi keinginan mereka, namun pada kenyataannya itu semua bertolak belakang.

Mereka seolah tak tahu apa yang gue inginkan dan bahkan mereka seolah tak peduli terhadap keinginan gue. Apa salah jika gue menyebut mereka hanya menganggap gue sebagai teman mereka karena mereka mempunyai banyak keinginan yang bisa gue penuhi?

Sakit? Banget! Ketika mereka menikmati hari minggu bersama dengan sahabat mereka, sedangkan gue hanya bisa melihat mereka yang tengah berjalan bersama. Gue pernah ada di posisi itu, pernah ya bukan sedang. Gue pernah berada di posisi itu pada saat sebelum gue sadar.

Gue dulu sering jalan bareng sama makhluk hidup bernama teman pada hari weekend, namun itu semua berakhir pada saat gue hanya mengeluarkan satu tiket. Bingung bukan? Haha, gue sih gak bingung karena gue tahu alasannya, lebih tepatnya karena gue yang merasakannya.


CREATORS' THOUGHTS
Van_Pebriyan Van_Pebriyan

Apakah kamu menyukainya? Tambahkan ke koleksi!

Adakah pemikiran tentang kisah saya? Tinggalkan komentar dan saya akan menmbaca dengan serius

Maksud pernah bersama dan berhenti pada saat hanya mengeluarkan satu tiket itu kenapa? kok bisa? hubungannya pertemanan sama tiket itu apaan?

Makasih buat yang udah stay terussss. Tunggu kelanjutan ceritanya ya!

BBBYE:*

Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C21
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login