"Hey Cloud, kau memposting foto kita? Bagaimana kalau adik manis itu melihatnya? Bukankah kalian sedang dekat?" tanya Five.
"Siapa adik manis yang kau maksud? Moon?"
"Siapa lagi?"
"Moon sudah berpacaran dengan Earth. Saat itu aku hanya menggodanya saja."
"Lalu, siapa yang ingin kau buat cemburu dengan postingan itu?" tanya Geo menggoda.
"Tidak ada, hanya sekadar postingan saja. Aku tidak memikirkan hingga ke sana," jawab Cloud. "Lagipula, aku bersyukur tidak benar-benar menyukai Moon. Dia adalah perempuan angkuh yang terlalu percaya diri."
***
Earth merebahkan tubuhnya di atas lantai kamarnya, tanpa alas karpet ataupun sesuatu yang membuatnya tetap hangat.
Matanya terus menatap pada langit-langit kamar, yang memperlihatkan beberapa titik lembab. Genting rumahnya sudah ada yang bocor di beberapa tempat dan membuat plafon rumahnya menjadi basah dan lembab, hingga meninggalkan bekas jejak air tersebut.
Earth mengambil ponselnya dan mencari kontak Moon yang ia beri nama Love dengan emoji bulan purnama.
Earth
[Moon]
[Bolehkah aku meminta tolong padamu?]
Earth mematikan layar ponselnya, menanti balasan dari Moon. Namun hingga jarum panjang pada jam dinding di kamarnya berputar 180 derajat, tidak ada balasan apapun dari Moon dan membuat Earth memilih untuk naik ke atas tempat tidurnya dan lekas beristirahat.
***
Mobil Moon berhenti di depan rumah Earth. Sesuai dengan janjinya, ia menjemput Earth untuk pergi ke kampus, Sabtu pagi, untuk melakukan syuting film pendek guna mendapatkan nilai pada salah satu mata kuliah di jurusan Earth.
"Pagi, sayang …," sapa Moon. "Maaf, tadi malam aku tidak melihat pesanmu. Kau bisa sampaikan sekarang, Earth."
"Hmmm, bukan hal yang penting. Hanya saja … aku meminta tolong padamu untuk tidak memberitahu ibu ataupun ayahku tentang film pendek ini," ujar Earth, mengutarakan permintaannya kepada Moon.
"Kau khawatir mereka akan berprasangka buruk, ya?" tanya Moon.
"Iya. Bisakah kau membantuku?"
Moon terkekeh dan kemudian mengangguk. Itu tandanya ia dapat membantu Earth untuk tidak memberitahu kedua orang tuanya tentang film pendek Boys Love yang akan diperankan olehnya.
Moon kemudian kembali mengemudi untuk menuju ke kampus, dimana First, Two dan juga teman-teman kelompok yang lain sudah berada di lokasi. Mereka hanya tinggal menunggu tiga pemeran utama film pendek tersebut, yang sedang dalam perjalanan.
Sementara itu, Sky dan Cloud yang masih dalam perjalanan, memantau group chat, dimana banyak teman-teman yang menjadi kru, yang sudah berkumpul.
"Kak, sedikit lebih cepat," pinta Sky, ia tidak ingin membuat teman-temannya lama menunggu.
"Santai saja, Sky. Memangnya kekasihmu sudah sampai?"
"Kekasihku? S—siapa kekasihku?"
"Siapa lagi? Kau jangan berpura-pura tidak tahu, Sky. Bukankah kau dan Earth dipasangkan menjadi pasangan kekasih?"
Sky menghela napasnya, memilih untuk tidak membalasnya, karena ia tahu kalau Cloud memang gemar menggodanya seperti itu. Apalagi mengingat Sky yang belum bisa melupakan sosok cinta pertamanya itu.
***
"Sudah tampan!" tegas Moon, ketika melihat Earth yang sejak tadi selalu bercermin. Earth tersenyum dan mendaratkan bibirnya di pipi kiri Moon. "Kau juga, sangat cantik!" balas Earth, tidak mau kalah memuji.
"Aduh, duh … pasangan ini selalu saja membuatku iri. Kenapa kalian selalu mesra dimana pun dan kapan pun? Tidak melihat penduduk sekitar yang sejak tadi menahan hasrat untuk melakukan hal yang sama," tutur First, sebenarnya ia menggerutu karena iri melihat kemesraan Earth dan Moon.
"Kau ingin aku carikan pria yang tampan sepertiku?" tanya Earth menggoda.
"Hey! Aku sudah memiliki kekasih juga! Bahkan lebih tampan darimu!" balas First tidak mau kalah. Ya, nyatanya First adalah seorang gay. Itulah mengapa ia sangat ingin membuat film pendek boys love. Selain karena ingin mengkespresikan perasaannya, ia juga ingin menunjukkan kalau cinta itu memiliki kebebasan untuk memilih. Semuanya berhak mencintai siapapun.
"Earth, aku percaya seleramu. Bukankah pria di sana adalah tipemu?" tanya Earth, menunjuk ke arah jam 12 dengan alisnya.
First dan Moon yang penasaran dengan siapa yang dimaksud oleh Earth, membuat keduanya segera menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Earth, dengan orang yang dimaksud. First dan Moon terkekeh melihat pria yang dimaksud oleh Earth. Itu adalah Cloud, yang baru saja tiba bersama sang adik. Kedatangannya bukan untuk ikut serta atapun membantu, namun hanya untuk mengantar Sky, juga menonton mereka melakukan syuting. Atau bahkan yang Cloud lakukan hanyalah akan mengganggu dan membuat para pemain tidak nyaman.
"Pagi, semuanya …," sapa Sky sangat hangat.
Semua membalas, keculai Earth yang hanya diam dengan menatap tidak senang pada Cloud, yang berada di sebelah Sky.
"Apa yang kau lihat, Earth?" tanya Cloud, nadanya seperti menantang.
"Sky, kau masih belum bisa menyetir dan harus mengajak kakakmu kemana pun kau pergi?" tanya Earth, tidak memedulikan pertanyaan dari Cloud.
"Eu … a—aku … bisa, tapi—"
"Memangnya mengapa jika aku datang kemari, Earth? Aku tidak akan mengganggu kalian. Apalagi ada adikku dalam group ini," sela Cloud, berbicara sembari berjalan mendekat pada Earth. "Aku datang ke sini untuk mendukung Sky dan juga Moon, jadi kau tidak perlu terlalu percaya diri."
Cloud berlalu dengan meninggalkan kekesalan bagi Earth. Sky menghampiri Earth dan memasang wajah sendu, seperti memelas.
"Maafkan kakakku, Earth. Sepertinya dia tidak bermaksud untuk membuat mood mu tidak baik," ujar Sky, merasa tidak enak pada Earth.
"Tidak masalah. Aku tahu bagaimana sifat dan sikap kakakmu, Sky. Kau tidak perlu khawatir, aku tidak memasukkannya ke dalam hati," balas Earth, kemudian ia meraih pergelangan tangan Moon dan mengajaknya untuk ke lokasi syuting tahap pertama.
Sky dan First menyusul bersama teman-teman yang lainnya, menuju ke tempat dimana Two kini sedang mengatur latar tempatnya.
Earth yang sudah tidak begitu emosi, kembali tersenyum dan dapat bersenda gurau dengan teman-teman yang lainnya. Namun sepertinya mood nya mudah berubah setiap kali melihat Cloud yang berada di sekitarnya. Ia mendengus dan memalingkan pandangannya dengan kasar.
"Earth, ada apa?" tanya Moon, memegangi pipi Earth.
"Tidak apa-apa, sayang," jawab Earth, memberikan kecupan pada kening Moon.
"Kau merasa tidak nyaman?" tanya Moon lagi. "Karena Cloud?"
"Moon … kita fokus saja pada kegiatan ini, ya. Aku tidak bisa terus-terusan merundung emosiku setiap kali melihat dan mendengar orang menyebut namanya," balas Earth, ia benar-benar tidak menyukai keberadaan Cloud di sekitar lokasi syuting.
"Earth, jika kau merasa tidak nyaman, aku akan meminta Kak Cloud untuk tidak berada di lokasi syuting," tutur Sky tiba-tiba. Ternyata sejak tadi ia mendengar pembicaraan Earth dan Moon.
"T—tidak! Bukan begitu, Sky. A—aku … tidak masalah jika Cluod berada di lokasi syuting. Hanya saja …."
"Hanya saja?"
"Saat adegan ciuman kita … tolong pastikan Cloud tidak ikut merekamnya."