Download App
6.45% UNCOVER / Chapter 20: Hampir Tertangkap

Chapter 20: Hampir Tertangkap

Aku mengikuti seseorang yang sepertinya aku kenal, aku memperhatikan gerak geriknya yang terlihat mencurigakan.

Oh, baru aku ingat. Itu adalah pria di club malam tadi, kalau tidak salah luos? Ehh luis, tidak tidak namanya Louis. Ya, aku mengingatnya dia memang pria malam tadi.

Dengan langkah perlahan aku mengikutinya, aku pastikan langkahku tanpa suara.

Pria itu melangkah ke sebuah rumah besar di tengah hutan? Yang benar saja, mana ada manusia yang tinggal di tengah hutan seperti ini? Namun sepertinya ini bukan hal biasa, aku akan terus membuntutinya dari jauh.

Louis masuk ke dalam rumah itu, dan pintu rumah itu di jaga ketat oleh para bodyguard. Bagaimana caranya agar aku dapat masuk, dan mengetahui apa yang ada di dalam rumah itu?

"sial! Aku tidak tau informasi apapun tentang rumah itu, bagaimana caranya agar aku bisa masuk? Berpikir Kisha! Ayo berpikir!" keluh ku pada kinerja otakku yang tiba-tiba saja melambat.

Sekali lagi aku memperhatikan sekitar rumah itu, berharap ada celah untukku masuk. Seketika seringaiku muncul saat melihat sebuah tembok di samping rumah, sepertinya bagian itu kosong.

Aku mengendap-ngendap di semak-semak, untuk mendekati tembok itu. Hingga aku pun sampai di depan tembok kasar yang tingginya melebihi tinggi badanku, mungkin sekitar 5-6 meter.

Kembali ku putar otakku agar bisa berpikir, bagaimana caranya memanjat tembok ini?

Sampai akhirnya aku menatap sebuah kayu besar yang cukup panjang, aku mengambilnya dan berusaha menyandarkannya pada tembok. Sungguh sulit, kayu ini sangat berat dan susah di gerakkan.

Walau tubuhku jadi berkeringat, setidaknya aku berhasil mendorong kayu itu hingga bersandar pada tembok. Dengan segera aku memanjat kayu itu agar sampai di atas tembok, namun ternyata pemikiranku memang sedang bermasalah.

"astaga, bagaimana aku turun sekarang? Ini terlalu tinggi untuk melompat, apa di bawah sana aman?" keluhku saat berada di atas tembok.

Aku memang berhasil memanjat tembok ini, lalu aku melupakan sisi samping nya untuk turun. Sekarang aku terjebak di atas tembok ini, mau tidak mau aku harus melompat. Semoga saja tidak menimbulkan suara yang mencurigakan, atau aku akan ketahuan.

Aku memejamkan mataku dan melompat, Brukkk... Oh akhirnya aku mendarat? Ehh tunggu.. Kok rasanya berbeda..

Aku segera membuka mataku dan tepat di depanku ada wajah seseorang yang tidak ku kenal, ternyata dia menangkapku dari lompatanku tadi.

Dia menurunkanku, dan aku sungguh bingung harus bagaimana. Apa aku sudah ketahuan?

"sedang apa kau disini nona? Ini bukan tempat untuk bermain-main, apa kau tau?" tegur pria muda itu padaku.

"hm.. Ya aku tau." balasku ragu.

"lalu, kenapa kau malah melompat kesini?" tanyanya lagi dengan wajah tajam.

"aku.. Aku.." jawabku gugup.

'sial, kenapa lidahku jadi kelu seperti ini?' batinku mengeluh.

"sudahlah nona, lebih baik kau pergi. Ini bukan tempat yang baik untukmu, pergilah." titah pria itu padaku.

Pria itu berbalik akan meninggalkanku, namun aku mencegahnya dan bertanya padanya.

"tunggu!" cegahku, dan pria itu berbalik menghadapku.

"siapa namamu? Dan kenapa kau juga ada disini?" tanyaku penasaran.

"aku James, anak termuda Londerson. Dan siapa namamu?" jawab pria yang seumuran denganku itu.

"James Londerson? Kau anak mafia Londerson?" tanyaku terkejut, pria itu mengernyit.

"ada apa? Kenapa kau seperti mengenal nama Londerson?" tanya James mulai curiga.

'sial, kenapa aku malah bertemu anaknya Londerson. Sudahlah, lebih baik aku pergi. Aku juga belum mengenalnya, bisa saja dia malah membawaku ke ayahnya dan aku akan mati saat itu juga. Kabur adalah jalan terbaik untukku saat ini.' batinku mengingat.

Tanpa berkata apapun lagi aku berlari menjauhi pria itu, walaupun pria itu terus memanggilku tapi aku mengacuhkannya. Aku hanya harus kabur saja saat ini dan tanpa aku sadari aku malah menuju ke arah dalam rumah itu.

"tunggu saja, sebentar lagi pesta besar akan kembali diadakan." celetuk pria setengah baya pada pria yang ku kenal bernama Louis.

"benarkah? Ah aku tidak sabar, tuan." balas Louis dan lalu tawa mereka semua terdengar.

Aku berjongkok, merangkak mencari tempat untuk bersembunyai. Sepertinya mereka sedang berbicara sesuatu yang penting. Aku harus mendapatkan informasinya, dan tidak boleh gagal lagi.

"tentu, kita akan pesta besar setelah kita membunuh walikota malam ini." ucap pria setengah baya itu dengan tajam.

Aku terkejut, mereka akan membunuh walikota? Bukankah itu rencana kriminal, kenapa juga mereka harus membunuh walikota? Ah aku semakin bingung dengan tindakan mereka, tidak jelas.

"ah tuan, kenapa kau sangat ingin membunuh walikota sombong itu? Bukankah sebentar lagi dia akan mati, mengingat malam ini kita akan menyerangnya." heran Louis pada pria di depannya itu.

"karna aku menginginkan harta karun dandera yang ada padanya, kau tau harta karun itu akan membuatmu menjadi orang nomor satu di dunia. Jumlahnya memang hanya beberapa buah saja, tapi harga jualnya bisa mencapai ratusan triliyun untuk satu buah saja. Aku ingin segera mendapatkannya dan menguasai dunia. Hahaha" jelas pria setengah baya itu senang.

"tuan Londerson, apakah yang seperti itu memang ada? Jika benar, aku pun menginginkan bagianku." ucap Louis semangat.

"tentu saja, jika kau membantuku melenyapkan walikota bodoh itu." balas Londerson tegas.

Mereka tertawa dengan rencana yang mereka buat itu, namun berbanding terbalik denganku yang merasa terkejut bukan main. Aku keluar dari tempat persembunyianku diam-diam, lalu mundur perlahan.

'harta karun? Apakah itu memang ada?' batinku mempertanyakan.

Aku termenung memikirkan pembicaraan mereka, tanpa sadar aku menabrak sebuah meja kecil hingga mengeluarkan suara tubrukkan. Dengan segera aku mencari tempat untuk bersembunyi, hingga akhirnya aku bersembunyi di balik sofa.

"siapa disana?" teriak Londerson curiga.

Karna tidak ada jawaban apapun, Londerson dan Louis melangkah mendekati meja yang berbunyi tadi. Tidak ada orang disana, kecurigaan mereka semakin besar. Aku yang bersembunyi di balik sofa di samping mereka hanya bisa menahan nafas, jika sedikit saja aku mengeluarkan suara. Maka hidupku tamat saat ini juga.

"apa mungkin ada seorang mata-mata?" celetuk Louis yang membuatku semakin berkeringat.

Hingga tiba-tiba ada sebuah ketukan tongkat dengan lantai yang mengalihkan perhatian Londerson dan Louis. Bahkan aku pun penasaran suara apa itu, namun aku tidak ingin ambil resiko ketahuan.

"suara itu karna aku ayah, aku sedang bermain tongkat dan menabrak meja. Maafkan aku sudah mengganggu obrolan ayah, dengan tamu ayah." ucap James dengan wajah datarnya, dan mengarang cerita.

Aku mengernyit mendengar ucapan pria itu, apakah dia membelaku? Sial, aku jadi berhutang budi 2 kali padanya. Sepertinya dia mengikutiku sejak tadi, tunggu! Apa dia tau kalau aku mata-mata?

"oh ternyata kau James, ku pikir seorang mata-mata yang menyusup ke rumah kita. Baru saja ayah akan memerintahkan untuk menembak penyusup, ternyata itu adalah dirimu. Kalau begitu ayah pergi dulu, ada hal yang harus ayah bicarakan dengan Louis." jelas Londerson lalu meninggalkan James di ruangan itu.

"mau sampai kapan kau bersembunyi di sana?"

.

.

.

.


Chapter 21: Pria Bodoh

"apa kau mengikutiku?" tanyaku setelah keluar dari tempat persembunyianku.

Pria itu menatapku tajam, dia mendekat dan menarik tanganku menuju ke satu tempat.

"lepaskan tanganku, kau mau membawaku kemana? Heyy!" keluhku tidak terima.

Pria itu tetap diam dengan mencengkram tanganku, dapat di pastikan tanganku akan memerah nantinya. Dasar pria kasar.

"apa kau mengataiku?" tanya pria itu saat ia menghentikan langkahnya sesaat.

"tidak!" balasku cepat.

'darimana dia tau aku mengatainya? Dasar aneh' batinku bingung.

"kau memang mengataiku, jujur saja!" kecam James padaku.

Aku mengacuhkannya, lalu ia kembali menarik ke masuk ke dalam sebuah ruangan. Tunggu, apa ini kamar?

"kenapa kau membawaku kemari?" tanyaku curiga padanya.

James melepaskan genggamannya, dan itu membuatku langsung mengelus tanganku yang memerah. James menatapku tajam, namun aku mengacuhkannya.

"kenapa? Ini adalah kamarku, aku bebas disini." jawab James santai.

"tunggu, kau membawaku ke kamarmu? Kau gila, aku akan pergi." ucapku was-was, lalu berbalik akan keluar dari kamar ini. Namun, pintu itu tertutup dengan sendirinya.

"apa yang kau lakukan? Cepat buka pintunya!" kesalku pada James.

James menyeringai padaku, membuatku bergidik ngeri.

"belum saatnya, kau harus menjawab pertanyaanku dulu baru kau bisa keluar dari sini!" balas James tajam.

Aku mengernyit, sepertinya aku sudah ketahuan. Maka aku akan membuat kesepakatan padanya, jika memang dia sudah mengetahui maksudku. Aku menghela nafas dan bersikap seperti gadis polos dan ceroboh, namun sedikit pintar.

Aku akan mengelabuhinya, ayo Kisha! Actingmu dimulai sekarang.

"lalu apa yang ingin kau tanyakan, tuan James Londerson?" tanyaku santai.

James mengernyit, sepertinya dia bingung dengan perubahan diriku. Namun aku segera membuatnya yakin dengan itu, dia tidak curiga lagi.

"ayolah cepat katakan, aku ingin pergi dari sini dengan segera. Huhh sungguh menyebalkan!" keluhku dengan wajah malas yang di buat-buat.

"siapa kau sebenarnya?" tanya James to the point dengan tatapan intimidasi.

Dapat aku lihat James curiga padaku, lagian siapa yang akan mengira jika aku akan bertemu dengannya saat melompati pagar.

"hanya bermain" jawabku singkat.

"benarkah? Bukankah dirimu mata-mata yang di kirim orang untuk mencari tau tentang keluargaku?" tanya James tidak percaya.

"cih, memangnya siapa dirimu sampai ada orang yang ingin memata-matai keluargamu. Maaf ya tuan, tapi aku tidak mengenalmu tuh." ejekku padanya.

Kulihat wajah James berubah kesal, namun ia masih menahannya.

"katakan yang sejujurnya! Siapa kau? Dan untuk apa kau datang diam-diam ke rumahku! Jika bukan mata-mata, lalu untuk apa kau mendengarkan percakapan ayahku!!" teriak James membentakku.

Jujur saja hatiku sakit, seumur hidupku baru kali ini aku di bentak oleh orang lain. Dan ini membuatku terkejut, dan tentu saja air mataku lolos saat ini.

Namun aku memanfaatkan keadaanku ini untuk mengelabuhinya, bersikap seperti anak polos yang bersalah.

Aku menunduk dan menangis, kulihat dia bingung dan merasa bersalah namun masih bisa kuliat dia belum percaya sepenuhnya.

"maafkan aku jika aku salah, tadi aku hanya bermain ke hutan dan mencari makanan. Namun tidak ada apapun di sana, jadi saat aku melihat rumah besar ini aku pikir ada makanan disini. Karna itu aku memanjat, karna di depan di jaga ketat sehingga aku tidak bisa masuk. Aku lapar, desaku sedang kekeringan jadi tidak ada makanan. Saat bertemu denganmu tadinya aku ingin kabur dan keluar, tapi aku lupa kalau aku masuk karna memanjat. Akhirnya aku malah tersesat di dalam, dan melihat ada orang yang berbicara. Aku pikir itu pasti yang punya rumah ini, aku takut di sangka sebagai maling. Karna itu aku sembunyi. Tapi ternyata aku malah di tuduh sebagai mata-mata, padahal aku sendiri tidak mengerti apa yang kalian biacarakan. Aku bahkan baru mengenal wilayah ini, dan baru mengetahui keberadaan rumah ini beberapa hari lalu. Tapi kalau memang aku salah maafkan aku, jangan bawa aku ke polisi ya? Aku janji tidak akan mengambil apapun." jelasku dengan kepolosan dan tangisan kecil.

Kulihat James terbengong dan sedikit melunak, tatapan tajamnya berubah jadi tatapan kasian sepertinya membohonginya tidak sulit.

"apa kau berkata jujur?" tanya James memastikan.

"kau masih tidak percaya padaku, ya sudah terserah kau saja." balasku pura-pura marah padanya.

Aku berbalik memunggunginya, anak remaja seperti dia memang labil. Jadi trik seperti ini pasti di makan olehnya, lihat saja.

"baiklah-baiklah, aku percaya padamu. Memang kau tinggal dimana?" tanya James penasaran.

"di desa pinggir hutan, kau akan tau jika kau keluar dari hutan." jawabku yakin.

"aku tidak bisa, sejak kecil aku tinggal disini. Tidak keluar atau kemanapun, ayahku melarangku bergaul dengan siapapun, jadi aku tidak pernah keluar." jelas James dengan wajah sedihnya.

Aku merasa miris mendengarnya, ku yakin hidupnya pasti terbelenggu dalam sangkar ini. Apa aku harus membantunya?

"sayang sekali, padahal dunia luar itu indah loh." ucapku memancing rasa penasarannya.

"tidak, mereka jahat. Ayahku bilang dunia luar itu kejam, banyak kejahatan dimana-mana. Aku tidak ingin menjadi jahat, karna itu aku tetap diam disini." jelas James santai.

"kau serius? Ya sudahlah, lalu bagaimana caraku untuk pulang jika kau mengurungku disini?" ucapku kesal.

James tertawa lalu menepuk tangannya hingga pintu kamarnya kembali terbuka lebar, lalu james menarik tanganku keluar rumahnya.

"ayo, aku akan mengantarmu pulang" ajak James dengan senyumnya.

Aku memperhatikan setiap ekspresinya, James bukan targetku. Dia anak yang baik, dia hanya tidak tau kekejaman ayahnya.

James membawaku ke samping rumahnya, tempat dimana tadi aku memanjat. Namun kini, sudah ada tangga disana.

"kamu naik tangga ini ya, jadi kamu bisa keluar." titah James padaku.

"baiklah, terima kasih James. Senang bertemu denganmu, kapan-kapan keluarlah. Maka kau akan tau indahnya dunia yang aku tempati, aku menunggumu." ucapku tulus.

James mengangguk, lalu aku menaiki tangga itu dan sampai di atas tembok. Aku melambaikan tangan pada James, dan di balas lambaian juga olehnya.

Aku turun dari tembok dan mengendap-ngendap menjauh dari hutan, jujur ini benar-benar menegangkan. Aku pikir James akan menangkapku, ternyata tidak.

"James, kau baik. Suatu hari nanti, aku akan membalas kebaikanmu. Kau akan bebas dan terbang ke angkasa, sangkar itu bukanlah tempatmu. Aku janji, kau pasti akan bebas." ucapku sambil menatap langit yang cerah.

Aku melangkah melewati jalan setapak yang terlihat sepi, karna ini jalan menuju hutan. Tidak lama kemudian aku tiba di perkampungan yang aku tempati, mulai dari sini jalan pasti ramai. Karna banyak orang berlalu lalang, dan tentu saja toko-toko yang menjual barang serta makanan.

Aku mengingat jika di rumah tidak ada bahan makanan, aku berbelok mampir kesebuah toko dan membeli bahan makanan untuk beberapa hari.

Setelah selesai dengan belanjaan, aku melanglah pulang. Tubuhku sangat lengket karna keringat, hari juga sudah terik. Sepertinya mandi akan sangat menyembuhkan rasa lelahku.

.

.

.

.

.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C20
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank 200+ Power Ranking
    Stone 0 Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login

    tip Paragraph comment

    Paragraph comment feature is now on the Web! Move mouse over any paragraph and click the icon to add your comment.

    Also, you can always turn it off/on in Settings.

    GOT IT