Download App
15.22% MARRIED TO A STRANGER / Chapter 30: KAU TIDAK TAHU SIAPA AKU?

Chapter 30: KAU TIDAK TAHU SIAPA AKU?

Di hadapan Hailee adalah seorang wanita muda dengan kulit seputih susu, mengenakan rok pendek berwarna kuning dan blazer berwarna senada, bukan hanya itu saja, dalam sekali lihat dari segala aksesoris yang dia kenakan, Hailee dapat mengatakan kalau wanita muda ini merupakan salah satu putri dari pengusaha terkenal di kota A yang elite ini.

Tapi, tentu saja, cara wanita ini berbicara dan bagaimana dia memandang rendah orang lain, sungguh sangat menyebalkan.

"Kau bilang apa?" wanita itu membuka kacamata hitam bertabur berlian di frame nya, Hailee dapat memastikan kalau berlian- berlian itu palsu, biar bagaimanapun juga, kemampuannya ini dia warisi dari orang tuanya. "Kau tidak tahu aku ini siapa?"

Wanita menyebalkan itu membuka kacamatanya dan menatap Hailee dengan tajam. Dia begitu gusar ketika mendengar penolakan Hailee.

"Kau bisa duduk di sana," Hailee mengangguk ke arah sofa panjang, tidak jauh dari single sofa yang tengah dia duduki.

Hailee dapat mengerti mengapa wanita ini menginginkan duduk di tempat ini, karena dari sini pemandangannya jauh lebih menyenangkan dan juga pencahayaannya jauh lebih bagus, sementara di sofa yang satunya, terletak tepat di sebelah meja resepsionis dan itu sedikit mengganggu dengan berbagai percakapan yang dilakukan staff- staff di sana.

Setelah mengatakan hal itu, Hailee kembali membuka- buka majalah fashion yang tadi sempat dia lihat. Gadis itu sama sekali tidak menyangka kalau wanita ini akan mengambilnya dan melemparkannya dengan kasar ke atas meja bulat di depannya.

Sambil bertolak pinggang, wanita muda itu mendelik ke arah Hailee dengan kejengkelan yang begitu jelas terlihat.

"Kau pikir kau siapa!?" serunya. "Kau tidak tahu siapa aku?!" dia kembali mengulangi pertanyaan menyebalkan itu lagi.

Bukannya bangun dari tempatnya duduk, Hailee justru menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa dan melipat kakinya dengan sangat manis.

Di titik ini, ini bukan lagi masalah memberikan tempat kursi, tapi masalah siapa yang paling keras kepala di antara mereka berdua, dan dalam hal ini, Hailee sama sekali tidak mengecewakan.

"Tidak," jawab Hailee santai. "Aku sama sekali tidak tahu kau siapa."

Gadis ini memang terlihat manis dan ceria dari luar, tapi bukan berarti dia tidak bisa berubah menjadi ketus dan sarkastik ketika ada orang yang mengganggunya ataupun berniat untuk membulinya.

"Apa?!" Wajah wanita itu berubah menjadi merah padam karena menahan amarah.

Di saat ini, beberapa orang sudah mulai memperhatikan pertengkaran kecil yang terjadi antara dua orang wanita muda. Bagaimana tidak? Suara wanita ini begitu keras.

"Aku adalah putri kedua dari keluarga Bell, Ariana Bell!" Dia mendesiskan namanya dengan cukup kencang hingga membuat beberapa orang menoleh ke arah mereka.

Tentu saja keluarga Bell adalah salah satu keluarga elite di kota A, mereka adalah salah satu keluarga bankir terkenal di kota ini, tapi status mereka masih belum bisa disandingkan dengan keluarga Tordoff.

Hailee pernah mendengar mengenai keluarga Bell, tapi tidak begitu memperhatikan anggota keluarga mereka, karena dia tidak pernah berpikir kalau suatu hari nanti dia akan bertemu dengan salah satu anggota keluarganya yang mengesalkan.

Setelah itu, wanita muda bernama Ariana ini tersenyum dengan picik dan mengangkat dagunya dengan arogan, berharap Hailee akan menunjukkan ekspresi terkejut dan langsung meminta maaf padanya.

Namun, semua itu tidak Hailee lakukan, karena setelah mendengar namanya, hanya ada satu kata yang keluar dari bibir Hailee tanpa mengubah ekspresi wajahnya.

"Lalu?" tanyanya dengan wajah yang polos, seolah mengetahui wanita di hadapannya ini anggota keluarga Bell bukanlah masalah baginya.

Hailee tidak pernah berpikir kalau dalam kalangan atas, nama baik keluarga dapat digunakan dalam berbagai keadaan, terutama saat kau ingin menekan orang lain yang memiliki status sosial lebih rendah darimu.

Hailee tidak pernah memperhatikan hal ini sebelumnya.

Kini dia baru menyadari, betapa mengesalkan orang- orang yang bergantung pada nama keluarga mereka dan bertingkah seenaknya tanpa berkontribusi apapun.

"Lalu?" Ariana menaikkan beberapa oktaf suaranya dan ini membuat semakin banyak orang yang penasaran dan ingin melihat apa yang sebenarnya terjadi.

"Iya, lalu kenapa?" Hailee bertanya kembali. Saat di sekolah dulu, dia memiliki teman yang sifatnya hampir bisa dikatakan mirip dengan Ariana, walaupun temannya itu tidak pernah membulinya ataupun mengganggunya, karena dia tahu, kalau Hailee bukan dari keluarga sembarangan, tapi dia membuli temannya yang lain. Sama seperti yang Ariana lakukan pada Hailee saat ini.

"Kau pasti bukan dari kota A, dari keluarga mana kau berasal?" sebuah senyuman culas terukir di bibirnya. Ariana merasa di atas angin karena mendapati seseorang yang berasal dari kalangan bawah.

"Tidak peduli siapa keluargaku atau darimana aku berasal, apa setiap keluarga Bell harus mendapatkan sofa seperti ini?" Hailee melanjutkan dengan wajah polosnya. Ini merupakan kepuasan tersendiri bagi Hailee untuk bermain- main dengan emosi Ariana.

Orang- orang seperti ini sangat mudah untuk disulut emosinya dan bagi Hailee, ini cukup baginya untuk menyalurkan rasa tertekan yang dia alami selama beberapa hari terakhir ini.

"Kalau memang begitu, kenapa kau tidak membawa sofamu sendiri saja?" tanya Hailee, dia memberikan senyum manisnya pada Ariana dan tentu saja ini membuat wanita muda itu semakin gusar.

Ariana mendengus. "Kau pasti bukan berasal dari kota ini." dia mengibaskan rambutnya yang hitam dan ikal dengan anggun. "Kau tidak akan pernah berani membalasku seperti ini kalau kau tahu keluarga Bell."

Tepat pada saat itu, seorang wanita di usia sekitar tiga puluh tahunan, menghampiri mereka, dari pakaian yang dia kenakan dan badge di dadanya, Hailee dapat mengetahui kalau wanita ini bernama Elvina Zeline. Manager on floor yang bertanggung jawab di waktu ini.

"Ada apa ini?" tanya Elvina ketika dia menghampiri keributan yang diciptakan oleh Ariana.

Tapi, mata manager wanita ini langsung menyoroti penampilan Hailee dan Ariana, dan dengan cepat dia memutuskan kepada siapa dia harus berpihak.

Tidak bisa disalahkan juga, karena pakaian yang Hailee kenakan sungguh jauh lebih sederhana dari apa yang Ariana kenakan.

Hailee hanya mengenakan kaus polos dan celana jeans serta sepatu keds, karena dia baru saja datang ke rumah keluarga Tordoff dan belum sempat membeli hal- hal seperti itu.

"Ms. Zeline, bagaimana kau bisa membiarkan orang seperti dia masuk ke dalam kantor ini?" Ariana menunjuk Hailee dengan jarinya yang lentik dan kukunya yang berwarna merah. "Aku ingin duduk di sofa itu dan aku ingin kau membuatnya pergi."

"'Orang seperti ini'? Orang seperti apa?" Hailee mengerutkan keningnya.

"Maaf Nona, tapi kau sebaiknya tidak memperpanjang masalah ini lebih jauh," Elvina masih berusaha bersikap sopan.

"Kau tidak tahu siapa aku?" kali ini Hailee yang bertanya.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C30
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login