Hailee mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan; menatap langit- langit kamar rawat, menatap setiap perabotan yang ada di sana, menatap jendela besar yang tertutup tirai putih, menatap lukisan abstrak yang terkesan mewah yang terpajang di salah satu dinding, menatap tabung infuse yang hampir habis, yang mengingatkan Hailee kalau dirinya tengah berada di rumah sakit dan bukan di hotel.
Hailee memandang kemana saja kecuali kepada pria di hadapannya, pria yang tengah dirinya suapi potongan- potongan buah apel yang baru saja dia potong.
"Kenapa kau menghindar menatapku?" suara Ramon yang dalam membuat Hailee terkejut, pikirannya sedang berada di awang- awang, memikirkan ribuan hal diwaktu yang bersamaan.
"Hah?" Hailee menoleh dan mendapati mata Ramon yang tajam tengah menatapnya dengan penuh selidik. "Tidak," ucap Hailee berbohong, menundukkan wajahnya untuk menghindari menatap pria ini.
Entah ini adalah keberuntungan bagi situai Hailee saat ini atau tidak, tapi berita mengenai diagnosa Dokter yang merawatnya, mengatakan kalau Ramon menderita amnesia retrograde. Ini memang masih diagnosa awal dan dibutuhkan lebih pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui lebih dalam seberapa parah amnesia yang di alami oleh Ramon.
Amnesia Retrograde sendiri adalah; kondisi dimana seseorang mengalami kehilangan ingatan yang lebih baru terlebih dahulu dan menyimpan ingatan lama, sang penderita dapat mengingat sebagian atau seluruh memori lama mereka.
Dan dalam kasus Ramon, dirinya telah kehilangan memori nya selama empat tahun terakhir ini.
"Lihat aku," tuntut Ramon dengan suara yang dingin, dan ketika Hailee tidak menggubris permintaannya dan lebih tertarik untuk menatap ujung- ujung jari kakinya, Ramon mengulurkan tangan dan menjepit dagu Hailee diantara ibu jari dan jari telunjuknya. "Apa kau benar- benar kekasihku?"
Hailee mengangguk. Dia bertekad untuk memanfaatkan situasi ini, berpegangan pada kebohongan pertamanya yang tidak disengaja.
Hailee tidak memiliki niat jahat sama sekali, dia hanya butuh tempat untuk berlindung.
Ini merupakan hari ke empat sejak Ramon sadarkan diri dan tidak mengingat peristiwa apapun selama empat tahun terakhir hidupnya dan kemarin, saat Hailee berniat untuk pergi, menjauh dari keluarga Tordoff dengan harapan dia dapat menjalankan rencana awalnya; menghilang dari Negara ini dan bersembunyi sampai kasus pembunuhan terhadap Roland Dimatrio selesai dan menjadi kasus yang dilupakan.
Tapi, lagi- lagi, kenyataan tidak berpihak pada Hailee.
Baru saja gadis itu mau melangkahkan kaki keluar lobi rumah sakit, tepat pada saat itu, dia melihat Alex, tengah berjaga di sana, mengincar untuk menangkapnya kembali.
Kalau bukan karena Taylor, sudah bisa dipastikan, Hailee tidak akan berada di dalam ruangan ini. Dia pasti sudah berada di balik salah satu sel penjara, tanpa memiliki kesempatan melihat matahari lagi.
Pada saat itulah Hailee memutuskan; berada di antara keluarga Tordoff akan jauh lebih aman baginya sampai dia bisa menemukan jalan keluar lain dari cengkeraman orang- orang Dimatrio.
Hailee hanya berharap Lis dan Taylor tidak menaruh curiga karena Alex terus- menerus membuntutinya.
"Jawab," Ramon memicingkan matanya pada Hailee, tidak yakin akan jawaban gadis itu.
"Ya," Hailee menelan saliva- nya dengan susah payah, berusaha menekan rasa panik yang membuncah di dadanya karena harus berbohong di bawah tatapan Ramon yang menyeramkan. "Ya, aku kekasihmu."
Ramon tidak berkata apa- apa untuk beberapa saat, tapi matanya masih tidak meninggalkan wajah Hailee.
"Buktikan kalau kau memang kekasihku," Ramon berkata dengan nada pelan, tapi itu cukup membuat Hailee bergidik.
Hailee kembali menghindari tatapan mata Ramon dan memilih untuk menatap langit- langit kamar rawat ini, seolah pemandangan lampu Kristal di atas sana jauh lebih menarik daripada pria tampan pewaris keluarga Tordoff di hadapannya.
"Kau mau aku melakukan apa untuk membuktikannya?" Hailee bersyukur suaranya tidak segemetar yang dia pikirkan dan terdengar jauh lebih meyakinkan, setidaknya itulah yang Hailee pikirkan, tapi tidak dengan Ramon.
Ramon tidak segera menjawab ucapan Hailee, dia menatap gadis ini lebih dalam, tapi sesaat kemudian dia melepaskan cengkeramannya pada dagu Hailee dan mengatur posisi duduknya di tempat tidur.
Hailee bernafas lega, berharap Ramon menyerah dalam usahanya membuktikan kalau Hailee sebenarnya telah berbohong.
Sangat mudah bagi Hailee untuk meyakinkan Lis dan Lexus kalau dirinya adalah tunangan Ramon, walaupun Ramon sendiri berkata kalau dirinya sama sekali tidak mengenal Hailee.
Tentu saja Ramon tidak mengenal kekasihnya, hubungan mereka masih berusia dua tahun sementara Ramon melupakan seluruh peristiwa empat tahun di hidupnya, jadi wajar saja kalau dia tidak mengingat mengenai Hailee.
Dengan pertimbangan suatu hari nanti Ramon akan mendapatkan kembali ingatannya, Lis tetap menyetujui hubungan Hailee dan Ramon, walaupun sebelumnya dia sangat menentang mereka berdua.
"Kiss me," Ramon berkata dengan ringan, memiringkan kepalanya sambil tersenyum mengejek.
"Apa?" Hailee terkejut, matanya membulat, kali ini dia menatap Ramon terang- terangan.
"Kenapa?" Ramon mengulum senyum, seolah dia berhasil mendapatkan reaksi yang telah dia duga dari Hailee. "Kalau memang hubungan kita sudah berjalan selama dua tahun, sudah pasti kita pernah berciuman, bukan? Atau bahkan mungkin kita pernah melakukan sesuatu yang lebih dari itu."
Kali ini Ramon menggoda Hailee dengan menelusuri rahang gadis ini, lalu bermain- main dengan rambutnya yang panjang, sementara Hailee tidak dapat mengatakan apapun saat lidahnya begitu kelu.
"Kenapa kau terkejut?" Ramon menyelipkan rambut Hailee ke balik telinganya dan dapat melihat kalau gadis ini mencoba untuk menjauhi sentuhannya. "Aku tidak ingat apapun, jadi katakan padaku apakah kita pernah melakukan hubungan fisik yang lebih jauh?"
Hailee menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Tentu saja tidak," dia berkata dengan cepat dan merasakan nafasnya menderu karena serangan panik.
Ramon mengangguk, seolah setuju dengan kata- kata Hailee. "Sepertinya aku cukup gentleman untuk tidak menyentuhmu." Ada sebuah senyum licik yang terbentuk di bibirnya yang masih sedikit pucat. "Tapi, kau tidak akan mengatakan kalau kita tidak pernah berciuman, kan? Karena aku tidak akan percaya."
Tentu saja! Siapa yang akan percaya kalau dalam dua tahun hubungan mereka, mereka tidak pernah melakukan hal- hal semacam itu? Biar bagaimana pun juga, Ramon adalah pria normal.
Tapi, masalahnya; bukan Hailee yang menjalani hubungan ini dengan Ramon!
"Jadi?" Ramon tersenyum, begitu manis hingga membuat Hailee lupa kalau pria ini tengah mengujinya.
"Tentu saja…" Hailee terbata, "…pernah." Dirinya berada dalam dilemma sekarang, karena dirinya dapat menduga apa kalimat selanjutnya yang akan Ramon katakan.
"Kiss me," Ramon mencondongkan tubuhnya ke depan hingga jarak di antara mereka hanyalah tersisa satu kepalan tangan. Nafasnya yang hangat, menyapu pipi Hailee. "Dan aku akan tahu, apakah kau benar wanitaku atau bukan," bisiknya.
Hailee tertegun ketika Ramon bergerak mendekatinya.