Download App
76.92% Frieden / Chapter 10: BAB 10

Chapter 10: BAB 10

"Semakin kamu berusaha, semakin aku menyulitkanmu."

Chelsea pingsan tepat setelah membisikkan hal itu terhadap Alfian.

🌧️🌧️🌧️

Pagi itu Chelsea bangun dari tidurnya dan menatap dirinya di cermin. Mata seperti panda, dan rambut sedikit berantakan.

Suara pintu diketuk membuat Chelsea menoleh dan membukanya perlahan. Alfian berdiri dengan senyum di wajahnya yang biasa ia perlihatkan.

"Selamat pagi Chelsea. Hari ini kamu ke sekolah ya, aku anter." ujar Alfian.

Chelsea masih diam dengan wajah datarnya menatap Alfian. Pria yang ditatap menggaruk tengkuknya yang tak gatal karena merasa terintimidasi dengan tatapan Chelsea.

Chelsea menghela nafas panjang. "aku mau siap-siap, tunggu di ruang tamu." ucap Chelsea dan langsung menutup pintu kamarnya.

Alfian tersenyum paksa saat pintu ditutup tepat di hadapannya. Pria itu pun turun dan menunggu Chelsea di ruang tamu.

Tak lama Chelsea turun dengan seragam sekolah dan melirik ke arah meja makan yang tak jauh dari tangga rumah.

Ada Eyang dan Papanya di sana. Chelsea mengalihkan pandangannya dan menghampiri Alfian yang tampak memegang ponsel pintarnya.

"Ayo pergi."

Suara Chelsea seolah bom di telinga Alfian. Pria itu menoleh dan tersenyum lebar. "ayo!"

Alfian membukakan pintu mobil untuk Chelsea dan langsung beralih ke belakang kemudi saat Chelsea sudah duduk di tempatnya.

Alfian menjalankan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah Eyang.

di perjalanan, Chelsea hanya diam sembari memperhatikan jalanan lewat kaca mobil yang tertutup.

Alfian berkali-kali menoleh, memperhatikan gerak-gerik Chelsea, takut jika sewaktu-waktu gadis di sampingnya itu berubah secara tiba-tiba.

Chelsea masih memperhatikan jalanan dengan menopang dagu menggunakan telapak tangannya.

"Chelsea, kamu kenal Adreena?" Alfian memulai percakapan.

Chelsea masih tidak mengalihkan wajahnya. "enggak kenal."

Alfian masih menyetir dengan sesekali melirik ke arah Chelsea. "bukannya dia tante kamu?"

Kini Chelsea menoleh menatap Alfian yang sedang menyetir. "Adelia Adreena?"

Alfian mengangguk mengiyakan. Gadis itu tampak gelisah sambil menyender di kaca mobil yang tertutup. Alfian melirik gadis itu yang kini terdiam dengan wajah gelisah.

Sampainya di sekolah, Chelsea turun dari mobil Alfian, sedangkan Alfian hanya memperhatikan gerak-gerik Chelsea.

Gadis itu berjalan dengan wajah angkuh kali ini, memasuki kelas yang sudah ditentukan.

Kelas yang tadi berisik, berubah menjadi senyap saat Chelsea memasuki kelas itu. Ia berdiri di depan kelas, matanya mencoba mencari bangku kosong.

tak lama seorang guru menepuk bahu Chelsea sembari tersenyum hangat.

"kamu sudah bisa masuk?"

Chelsea tersenyum mengiyakan.

"kamu duduk di belakang ya, samping Ikhsan." tunjuk guru itu.

Chelsea akhirnya berjalan menuju bangkunya, belum sempat ia sampai sebuah kaki tiba-tiba menjulur ingin mencelakakan Chelsea.

Gadis itu berjalan dan dengan sengaja menginjak kaki itu, membuat si empunya berteriak kesakitan.

Seluruh kelas menatap ke arah mereka karena teriakan itu.

"ada apa itu?"

"pak, kaki saya di injak dia pak!" tunjuk gadis yg tadi menjulurkan kakinya.

Chelsea tertawa. "lah Lu sendiri siapa suruh manjangi kaki?"

logat bahasa Chelsea membuat Ikhsan kini benar-benar menatapnya.

"sudah sudah! duduk Chelsea!" sang guru menyudahi dan Chelsea duduk di tempatnya.

Ikhsan masih menatap gadis itu. Logat Chelsea sangat berbeda dengan yang terdengar seperti pertama kali mereka bertemu.

Chelsea menoleh menatap Ikhsan yang kini juga tengah menatapnya.

"Napa Lo? kagak pernah liat cewe cantik?" cetus Chelsea.

Ikhsan mengalihkan pandangannya, tak ingin lagi melihat Chelsea.

Chelsea berdehem. "kita pernah ketemu?"

Ikhsan menatap Chelsea dengan sorot mata yang benar-benar terkejut. Namun dengan cepat Chelsea tertawa keras.

"yaelah elu bawa perasaan banget sama gue, kayaknya gak pernah ketemu kok. cuma perasaan gue aja!" ujar Chelsea yang kini sibuk dengan ponselnya.

Ikhsan terdiam cukup lama, apakah Chelsea benar-benar melupakannya? Atau Chelsea hanya berpura-pura?

Kegiatan pembelajaran sudah berlangsung, namun Chelsea semacam tak berminat dengan guru di depan papan tulis sana.

Ikhsan melirik Chelsea dengan sudut matanya. Gadis itu terlihat memainkan penanya dengan wajah yang ditidurkan di meja belajar menghadap Ikhsan.

Chelsea menghela nafas dan mengangkat kepalanya, ia menoleh menghadap Ikhsan.

telunjuk Chelsea menyentuh lengan Ikhsan. "oi..." bisik Chelsea.

Ikhsan masih enggan menanggapi gadis di sampingnya itu. "Oi.." bisik Chelsea lagi. "aku bosen." lanjutnya. Tapi kini, logat Chelsea berubah dan membuat Ikhsan menoleh.

Chelsea menguap dengan keras hingga satu kelas menatap gadis itu. Chelsea mengedarkan pandangannya menyeluruh saat sadar semua mata tertuju padanya.

"Kelas sampai di sini, terima kasih. Dan Chelsea, ke ruang BP sekarang." ucap sang guru dan keluar dari ruang kelas.

Chelsea mendengus sebal dan menatap Ikhsan. "ini tuh karena elo tau gak sih!" ucap Chelsea dan keluar dari ruang kelas.

Langkah kaki gadis itu terus menjamah lantai koridor dan malah berhenti di taman belakang sekolah. Ia memilih duduk di bangku taman dan kini merebahkan tubuhnya.

"Kamu di suruh ke ruang BP, bukan ke sini."

Suara berat yang langsung membuat Chelsea bangkit dari tidurnya.

Gadis itu menatap si empu suara dengan tatapan tajam. "Lu tuh ada masalah apa sih sama gue?" kesalnya. "atau jangan-jangan lu suka sama gue?" lanjutnya dengan nada bicara yang meninggi tiba-tiba.

Ikhsan, pria itu masih menatap gadis yang kini masih menatapnya dengan tatapan aneh. "Ke BP sekarang!" ucap Ikhsan dan pergi begitu saja meninggalkan Chelsea yang membeku.

"HEH GILA YA LO!" teriak Chelsea.

Ikhsan menghentikan langkahnya, sedangkan Chelsea dengan langkah cepat meninggalkan pria itu.

Ikhsan berlari, mengejar Chelsea dan menarik lengan sang gadis.

"KAMU KENAPA SIH CHELS? BERUBAH KAMU!" bentak Ikhsan seakan ia lelah tak mengetahui apa yang terjadi pada gadis ini.

Chelsea menghela nafas panjang. "lu pada seneng banget kayaknya sama Chelsea---"

"kamu itu berubah!" potong Ikhsan cepat. "kamu kenapa? Kamu tahu kamu bisa cerita ke aku!" lanjut Ikhsan sambil menggoyangkan lengan Chelsea.

Chelsea menghempaskan tangan Ikhsan kasar. "gue itu Adreena, bukan Chelsea!"

Wajah Ikhsan tampak bingung. Chelsea? Adreena itu siapa? Apa Chelsea punya kembaran?

Chelsea meninggalkan Ikhsan dengan wajah sebalnya.

Ada satu pertanyaan di benak Ikhsan saat ini. Siapa Chelsea sebenarnya?

***

Bel pulang sekolah sudah berbunyi dari 25 menit yang lalu. Ikhsan, pria itu masih di depan sekolah dengan motor yang sedang didudukinya. Ia tampak enggan meninggalkan sekolah.

Tak lama, Chelsea keluar dari pekarangan sekolah melewati Ikhsan, berpura tak mengenali pria itu mungkin. Tepat saat Chelsea keluar, sebuah mobil sedan berhenti tepat di hadapan gadis itu, seorang pria dengan jas putih khas dokter yang tak lain ialah Alfian muncul membukakan pintu untuk Chelsea.

Melihat seorang pria yang keluar, Ikhsan dengan langkah gontai menghampiri sang pria.

"Maaf, permisi." Ikhsan bersuara tepat setelah jaraknya dan jarak pria berjas putih itu sekitar 1 meter.

Alfian menoleh, menatap Ikhsan dengan penuh tanda tanya.

"Iya?" jawabnya.

Ikhsan melirik ke dalam mobil, Chelsea sedang menatapnya dengan mata yang kini tampak berbeda dengan yang tadi ada di sekolah, namun dengan cepat gadis itu menundukkan pandangannya.

"Saya ingin bertanya beberapa hal, sebelumnya perkenalkan saya Ikhsan teman Chelsea." ujar Ikhsan sembari mengulurkan tangannya.

Alfian tersenyum dan menerima uluran tangan Ikhsan. "Saya Alfian."

Ikhsan sedikit mengikis jaraknya dengan Alfian. "Siapa Adreena?"

Pertanyaan yang langsung membuat tubuh Alfian menjadi kaku.

"Saya kenal Chelsea dan logatnya. Apa Adreena kembaran Chelsea?" lanjut Ikhsan.

Alfian dapat menghela nafas lega kali ini. "Itu privasi Adreena dan Chelsea. Saya tidak dapat memberi tahu kamu, saya pamit." ujar Alfian dan masuk ke dalam mobil yang sama dengan Chelsea.

Ikhsan menatap Chelsea yang kini ada di dalam mobil, gadis itu tersenyum hangat. Berbeda sekali dengan Adreena di sekolah.

Ikhsan masih menatap mobil yang dinaiki Chelsea serta Alfian yang perlahan menjauh.

Setelah cukup jauh, Ikhsan mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang di sana.

"Ada yang mau aku tanyain, kakak di rumah?" tanya nya dengan seseorang di ponsel.

"Chelsea semakin aneh, entahlah. Kembaran atau siapapun, aku rasa aku harus tahu apa yang terjadi."


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C10
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login