Download App
50% Dimensi / Chapter 4: 4. Perjalanan Menuju Dimensi Lain

Chapter 4: 4. Perjalanan Menuju Dimensi Lain

Tanda - tanda kehancuran Sonargraph telah muncul. Semua peri keluar dari rumah dan panik.

"Semua menuju ke utara!" teriak Erick memerintah para peri untuk menjauh dari tempat yang sudah berbahaya ini.

"Olivia, Aslan, dan teman - teman yang lainnya. Pergi ke barat dan jangan bertukar arah. Olivia, bimbing mereka menuju lokasi. Aku akan bimbing penduduk Sonargraph untuk bermigrasi," ucap Erick.

Erick bersiul sebanyak 3 kali seperti memanggil sesuatu. Tiba - tiba muncullah 3 ekor unicorn (hewan fantasi dengan wujud kuda yang memiliki tanduk) dari arah belakang kami.

"Tolong bawa mereka menuju arah barat ke laboratorium, ya," ucap Erick kepada ketiga unicorn tersebut.

Unicorn tersebut bersuara seakan - akan mereka mengerti apa maksud dari perkataan Erick.

"Satu unicorn dinaiki 2 orang ya. Aku dengan Aslan," ujar Olivia.

"Aku dengan Leonna," ujar Lucky.

"Kalau begitu, aku dengan Sierra," ujar Jovan.

Kami menaiki unicorn tersebut dengan cepat. Tanah mulai menghasilkan lubang besar dan arah retakannya sudah mendekatu kami.

Kami langsung mengendarai kuda kami ke arah barat sambil dibimbing oleh Olivia. Unicorn berlari dengan cepat, menghamburkan percikan pelangi di belakangnya.

Retakan tanah tersebut seolah - olah mengejar kami tanpa henti. Semakin cepat kami bergerak maka semakin cepat tanah tersebut retak. Bayangan Erick dan para peri sudah mulai tidak kelihatan. Mereka bermigrasi ke utara sedangkan kami ke barat mencari laboratorium.

Kecepatan unicorn kami ternyata lebih lambat daripada kecepatan retakan tanah yang mengejar kami. Akhirnya, unicorn yang aku dan Olivia tunggangi tersandung di retakan tanah. Sedangkan unicorn yang lainnya menambah kecepatan mereka. Sebelum lubang tercipta akibat retakan tanah tersebut, Olivia memegang aku dan unicorn yang kami tunggangi.

"Aku tak bisa menggunakan sihir teleportasi ini ke diriku sendiri, jadi aku mohon tibalah di laboratorium itu dengan selamat," ucap Olivia kemudian memindahkan unicorn dan aku ke arah teman - temanku.

Olivia tertinggal di sana, perlahan retakan membesar dan mulai menelan Olivia yang tergeletak di tanah.

"Olivia!" teriakku sambil melihat arah belakang sementara unicornku tetap berlari ke depan dengan cepat.

Yang bisa kulihat hanya tangannya yang masih memegang retakan tanah yang terus membesar. Pada akhirnya, ia terjatuh ke lubang. Lucky, Leonna, Jovan, dan Sierra melihat ke arah belakang, melihatku yang hanya sendirian menunggang unicorn.

Mereka tampak kebingungan. Mereka tidak tahu apa yang baru saja terjadi. Hanya diriku yang tahu.

Kami masih melanjutkan perjalanan, mulai memasuki perbatasan antara padang rumput dan gurun. Retakan tanah sepertinya terhenti di padang rumput sedangkan daerah gurun masih utuh, tak ada yang hancur maupun retak. Tapi bagaimana kita akan melanjutkan perjalanan tanpa Olivia, pembimbing kami.

Tak lama kemudian, di depan mata ada suatu bayangan tempat yang cukup besar. Lucky pun memberikan kode dengan tangan ke atas, menandakan bahwa kita sudah hampir tiba di tujuan. Perlahan tapi pasti, laboratorium tersebut mulai terlihat jelas. Hanya saja, daerah ini terlalu sepi untuk disebut sebagai gurun. Tak ada kaktus, unta, dan makhluk hidup ekosistem gurun lainnya. Hanya pasir luas berhamburan serta satu bangunan yang cukup besar, yaitu laboratorium.

Akhirnya, kami tiba di depan laboratorium. Kami turun dari tunggangan. Ketiga unicorn yang kami tunggangi tetap menunggu kami disini. Sepertinya mereka diperintah oleh Erick untuk tetap bersama kami.

"Akhirnya sampai. Tapi, ada satu hal yang ingin kutanyakan. Olivia dimana?" tanya Lucky.

Seketika semuanya melihat ke arahku dengan wajah mereka yang penuh tanda tanya. Sepertinya memang aku harus jujur kepada mereka.

"Retakan tanah tadi membuat kami tersandung. Jadi, ia mengorbankan nyawanya untukku," ucapku kepada mereka yang tampak kaget.

"Benarkah? Padahal kita baru saja berjumpa," ucap Lucky.

"Tidak mengapa. Tidak perlu merasa bersalah. Ia sudah mengorbankan nyawanya untukmu. Artinya, ia percayakan semuanya padamu. Jadi berjuanglah," ucap mereka yang membuatku sedikit terhibur.

"Lalu siapa yang akan jadi pembimbing kita?" tanya Lucky.

"Aku. Olivia sudah mengorbankan nyawanya untukku, artinya aku dipercayakan sebagai pemimpin dan pembimbing kalian," ucapku.

"Iya, kamu punya jiwa kepemimpinan dan rasa betanggung jawab. Kamu cocok jadi pemimpin kami," ucap Sierra.

"Kami setuju!" seru yang lainnya.

"Kalau begitu, kita masuk ke laboratorium ini," ajakku.

Ketika masuk, ada sebuah pintu yang dikunci kata sandi.

"Kamu tahu kata sandinya, Lucky?" tanya Leonna.

"Ada 3 kolom dengan jawaban angka. Apakah umur Olivia?" ucap Jovan.

Lalu Jovan menekan angka 8-0-0. Pintu laboratorium berhasil terbuka.

"Kalau yang ini baru pintar. Kalau yang hari itu hanya beruntung," ujar Leonna menjahili Lucky.

"Heh, gitu - gitu aku juga mikir tahu," ucap Lucky.

Kami pun memasuki laboratorium tersebut. Lampu - lampu menyala secara otomatis, memperlihatkan 5 tabung di depan kami serta mesin - mesin yang tak diketahui fungsinya.

"Tempat ini luas sekali!" seru Lucky.

"Inikah tempat untuk mendapatkan kekuatan super? Menarik sekali," ucap Leonna.

"Kamu tahu bagaimana cara mendapatkannya?" tanya Jovan.

"Entahlah, mungkin ada buku panduan laboratorium ini. Kita cari terlebih dahulu, yuk!" ucap Sierra.

Kami pun berkeliling, mencari buku panduan laboratorium. Jejeran lemari yang kami buka, tapi yang kami dapatkan adalah 10 lembar kertas yang menunjukkan arah dan letak. Ya, kertas itu adalah peta dimensi.

"Tertulis di judul peta, nama - nama dimensi. Artinya, ini adalah peta dimensi. Kita sudah dapat petunjuk lokasi. Sekarang yang kita perlukan hanya cara kerja mesin ini," ucap Lucky.

Dari arah yang berbeda, Sierra sudah mendapatkan buku panduannya.

"Jadi yang pertama, masuk ke tabung yang disediakan. Pilih tabung sesuai dengan kekuatan yang diinginkan. Jenis kekuatannya tertera pada lambang di atas tabung. Jika sudah masuk ke tabung, ucapkan nama kalian dan mesin akan bekerja secara otomatis," jelas Jovan yang membaca buku panduan tersebut.

"Kalau begitu ayo pilih kekuatannya," ucap Lucky dengan semangat.

"Penjelasannya, lambang mata untuk kekuatan tidak terlihat," jelas Jovan.

"Itu untukku saja," ucap Leonna.

"Lambang panah untuk sihir panah memanah. Ini untukku saja, aku suka olahraga memanah," jelas Jovan.

"Lambang hewan untuk transformasi menjadi hewan yang diinginkan," jelas Jovan.

"Aku mau yang ini," ucap Lucky.

"Iya, ini memang cocok untukmu. Kamu dari dulu sudah mirip dengan hewan," ucap Leonna menjahili Lucky.

"Aku masih spesies manusia," ucap Lucky membantah perkataan Leonna.

"Sudah. Aku lanjutkan. Lambang perisai untuk sihir pelindung dan sihir penyembuhan," jelas Jovan.

"Aku mau ini," ucap Sierra.

"Yang terakhir lambang pedang untuk sihir senjata jarak dekat," jelas Jovan.

"Ini aku saja," ucapku.

"Kalau begitu ayo kita masuk ke tabungnya," ucap Jovan.

Kami masuk ke tabung sesuai lambang yang telah dijelaskan Jovan. Lalu mengucapkan nama kami masing - masing. Tiba - tiba aliran listrik mengalir ke tubuh kami masing - masing, seakan - akan sedang memberikan kekuatan tersebut. Tak lama kemudian, aliran listrik itu berhenti dan kami keluar dari tabung masing - masing.

"Aliran listrik tadi sakit sekali!" ucap Lucky kesakitan.

"Kenapa ada cahaya di dada kalian?" tanya Leonna sambil melihat ke arah kami.

"Kamu juga, Na" ucap Sierra.

"Cahaya ini mirip lambang kekuatan yang kita pilih. Apa ini bukti kepemilikannya?" ucap Lucky.

"Mungkin. Ayo kita coba kekuatan kita. Di buku tertulis, pusatkan pikiran dengan kekuatan yang ingin kalian gunakan. Lalu kekuatan tersebut akan muncul sesuai keinginan si pemilik kekuatan," jelas Jovan.

Kami pun keluar dari laboratorium. Mencoba memusatkan pikiran kami pada kekuatan kami masing - masing.

Jovan memunculkan sebuah alat memanah, ia mencoba memanah ke arah kosong. Secara tiba - tiba panah tersebut terbagi menjadi 3 anak panah baru dari 1 anak panah yang dihempaskannya.

Leonna mencoba memustakan pikirannya. Perlahan tapi pasti, ia menghilang. Dan secara tiba - tiba ia muncul di depan Lucky yang sudah berubah menjadi seekor kucing.

Lalu Sierra berhasil membuat sebuah perisai besar yang kuat. Ia akan sangat berguna jika ada pertarungan.

Dan aku berhasil memunculkan pedang besar yang kuat dan tajam. Tampak sangat keren dengan aura yang menyeramkan. Pedang itu ku hempaskan ke udara dan pedang itu sama sekali tidak berat.

Sudah cukup kami mencoba kekuatan kami. Sepertinya, sudah waktunya kami beraksi dengan tantangan yang ada di depan kami. Peta Sonargraph (Dimensi Matahari) untuk mencari Balagraph (Pusat Portal). Pusat portal itu terletak di arah selatan sekitar 100 km dari letak kami sekarang. Kami menunggangi unicorn yang sedari tadi menunggu kami. Perbekalan juga sudah disiapkan. Kami hanya perlu bergerak ke arah selatan. Dengan kekuatan yang sudah kami dapatkan, kami akan mencari 10 permata itu. Tujuan kami yaitu menyelamatkan dimensi dan planet kami yaitu Bumi.

~ End Chapter 4 ~


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C4
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login