"Aku ingin memberikanmu ini."
Mario mengeluarkan secarik kertas pada Ran. Tintanya masih basah, sepertinya itu tulisan baru.
"A—apa ini?" tanya Ran, bingung.
"Bukan apa-apa. Tapi jika Lin membutuhkan Wat dan pria bajingan itu lagi-lagi tidak bisa dihubungi, kamu bisa mencarikannya untuk Lin, di alamat itu," jawab Mario, menunjuk kertas yang berisikan sebuah alamat.
"Ini … alamat rumah?"
Mario mengangguk.
"Dan jangan coba-coba untuk datang, jika kamu hanya penasaran," ujar Mario memperingatkan Ran.
"Memangnya … mengapa?"
"Turuti saja, Ran. Aku mempercayaimu."
"Percaya, ya percaya … tapi a—"
"Keretaku akan segera berangkat. Aku pamit, ya … sampai jumpa di semester baru," tutur Mario, beranjak dari tempat duduknya.
"M—mario …."
"Bye … jaga dirimu."
***
Wat sudah hampir satu minggu tidak pulang ke rumah.
Ia juga tidak mengunjungi Win.