Naren memejamkan mata sembari mengembuskan napas. Dia sedang berusaha meredam emosi, aku tahu. Aku pulang sangat sangat terlambat di hari weekend. Itu alasan pertama. Kedua aku pulang bersama Thomy. Aku pikir dia nggak akan menyusulku ke bawah. Aku tidak menghubunginya takut dia sudah terlelap. Dan nggak aku kira ternyata dia masih terlihat segar bugar bahkan lewat tengah malam begini.
"Naren, aku minta maaf. Aku nggak menghubungi kamu karena kupikir kamu sedang beristirahat," ujarku, menyentuh lengannya, saat dia sama sekali nggak mengucapkan apa pun.
"Besok aku libur. Aku janji akan mengganti semua waktu hari ini," lanjutku saat nggak ada respons darinya. Bahkan hingga kami keluar lift di lantai 25, lelaki itu belum mengeluarkan satu patah kata pun.
Aku mengembuskan napas. "Naren, jangan marah dong," ujarku lagi ketika dia menekan digit-digit angka password apartemen.