Download App
50% OTONOMOS / Chapter 2: Otonomos Monstro

Chapter 2: Otonomos Monstro

Di kota ini selalu ada saja yang tidak bisa sederhana untuk diceritakan. Seperti yang bisa dilihat hari ini di sebuah tempat yang sering didatangi sebelum tiba waktunya melakukan apa kiranya setiap orang menganggapnya penting.

Mohon kiranya bisa mengerti, semua berawal dari jalan yang mungkin hanya sepengetahuan langit sejak semua dijelaskan dengan teka-teki. Bahwa hidup akan selalu berupa di dalamnya pertanyaan dan jawaban tak akan mudah didapatkan.

Tolkien sejak lama takpernah sepi peristiwa. Aigio hanya bisa mengingat berapa banyak Tolkien yang pernah ia kunjungi. Tidak ada alasan baginya untuk menetap di satu Bumi. Selalu setiap Bumi selalu ada Tolkien. Takpernah ada nama lain, pertanyaan itu satu dari banyak yang selalu ia bisa katakan pada makhluk yang ada di tubuhnya.

Sejak ia diminta mencari Etals Notyep dan bertemu dengan kematiannya. Pemilik nama alias Peyton Slate, makhluk asing yang pernah hidup di Worg dan menjadi ilmuan penemu banyak alat berteknologi canggih. Ia menemukan alat pengubah diri dan juga berhasil menyatukan dirinya dengan Thanaton.

"Siapa Thanaton itu?" Tanya Aigio pada Dario.

"Oton katakan, siapa Demonix terhebat di masa leluhur para Eledar menjadi penguasa di Worg?" Sahut Dario.

Dario menjelaskan siapa Thanaton dengan visualisasi yang keluar dari mata Aigio seperti tayangan dari proyektor pemutar film. Kisah sosok yang menjadi inang seperti dirinya.

Sosok monster raksasa bertaring pedang. Kepalanya bertanduk seperti tanduk di kepala kambing gunung. Matanya merah dan ia menghunus pedang.

"Itu pertarungan terakhirku, setelah itu aku dilepas dari inangku oleh Thanaton. Ia membawaku pada Dzigon." Sahut Oton sejak saat itu Dzigon menutup semua mataku di Gliop.

Dario pernah bercerita tentang Gliop, wadah khusus penyimpan para Demonix yang membangkang. Ada yang bilang benda itu dibawa Dzigon pergi keluar Gorgonus dan tentang bagaimana Aigio bebas dari Gliop masih misteri.

Aigio ingat nama Dzigon sang penjaga Gliop. Ada dari para Demonix yang banyak tugasnya selama mereka berusaha menjaga Gorgonus juga jagat. Kemudian setelah para Eledar membuat perjanjian untuk bisa hidup berdampingan dengan Demonix.

Mereka mau menjadi inang dan takluk pada kuasa para Demonix. Setelah itu perang terjadi, para Worg salah satu keturunan para Eledar pembenci perang berhasil menaklukan mereka para inang yang gila dan menjadi monster seperti Thanaton yang gila kuasa.

"Ya, Thaball membuatnya gila dan membasmi semua Demonix yang menantang Thanaton. Thaball melepas Thanaton dari inangnya, makhluk raksasa itu lalu dijadikan patung pengenang kekalahan. Thaball satu dari para Eledar yang licik." Sahut Oton.

Worg di bawah pimpinan Drexx Agres memerangi Thaball yang mengira dirinya abadi. Oton teruskan cerita, cerita yang ia terima dari kenangan banyak Demonix yang menyimpan semuanya di Tereasur atau Memiri bagian tubuh para Demonix yang biasa digunakan sebagai penyimpan kenangan.

Kisah panjang planet tempat tinggal para Worg takpernah ada akhir. Dario adalah inang Oton yang keempat ratus, pernah menceritakan bagaimana ia harus melepas Demonixnya untuk diturunkan pada Aigio. Kisah itu salah satunya, takpernah ada alasan jelas mengapa. Dario berharap Aigio bisa menjadi inang yang kuat.

Drexx Agres, inang pertama berbagi kenangan, pada semua inang setelah kenangan dirinya tersimpan pada Memiri Oton. Tapi misteri terlalu banyak untuk dijaga. Oton takpernah berusaha mau membuka Memirinya itu. Jika ia mau ia bisa mengetahui banyak ilmu dari Memirunya itu.

Tanpa ingatan Dario bisa jika ia mau mengingat lagi masa hidupnya sebelum ia berada pada Drexx Agres atau hidup ketika Thanaton melihat Oton sebagai pembangkang.

Tapi Oton selalu bersumpah untuk membiarkannya tersimpan dan dilupakan. "Dario pernah berusaha untuk mengakses Memiri dengan Transen. Tapi hal itu fatal karena akibatnya Memiri tidak stabil.

Percakapan satu fisik nyata dengan dua pribadi atau dua jiwa berada di suatu tempat sepi dan setidaknya pilihan tempatnya tepat. Archite Ajip, bangunan di utara kota yang menjulang. Aigio pulang bersama seorang pria yang ingin memperkenalkan padanya satu rekan kerjanya.

Pria itu dulu bernama Letheviath Xaveri. Dipaksanya Aigio hanya untuk tinggal dan berusaha dekat. Zoan Malikia Tabaj ada di rumah itu juga. Selagi bersama istri Xaveri gadis itu selalu berkata kalau Xaveri tahu dirinya datang karena sahabat suami.

Alba Lucian, istri Xaveri sering bilang kalau Zoan di keluarga Xaveri sudah lebih dari sahabat. Gadis itu dulu seperti Aigio di Tolkien. Seorang pendatang di kota yang berpenduduk kelebihan perempuan.

Kelebihan perempuan, entah apa maksudnya itu di benak Aigio. Aigio takpernah mengerti sampai akhir tahun ini, ketika kasus Claire Raines usai dengan ada tertangkapnya Valeri Velci Braga yang selama ini menggunakan teknologi buatan Etals Notyep untuk menghidupkan lagi Claire Raines.

Tolkien nyaris berada dalam kecamuk perang dua ras berbeda. Manusia dan makhluk-makhluk buatan yang entah sejak lama diduga berasal dari Planet Venus dan Merkurius tinggal diam-diam berbaur di Bumi.

Mereka menamai diri mereka Malhumaniz, meski hal sebenarnya asal kata itu muncul di abad sembilan silam ketika kecerdasan sebagian mereka berbagi dengan manusia.

Kecamuk perang itu takpernah terjadi. Aigio merasa kejadian-kejadian seperti itu tampak sama seperti banyak kejadian di dunia-dunia yang pernah ia tuju bersama Oton di saat diminta mengejar Etals Notyep dari Bumi pertama.

Leth Xaveri berkata di Tolkien seorang pria tidak boleh lama melajang. Jika itu ada terjadi maka setiap pria menikah di kota akan marah. Para pria kemudian memaksa istrinya masuk rumah dan tidak bisa sekalipun ke pasar. Hal ini di zaman dulu di kota kejadian itu bisa menyebabkan rusuh satu distrik. Bahkan bisa satu negara.

Kebiasaan itu memang sejalan dengan waktu telah takjadi masalah. Tapi karena perempuan makin ada lebih dari pria, para pria menyerah. Tapi ada cara lain, mereka menampung para perempuan dari keluarga lain dan membantu biayai keperluan hidupnya jika takmampu.

Seperti halnya yang terjadi pada Alba Lucian. Gadis itu pada keluarga Xaveri bukan sedarah. Tapi Xaveri adalah sahabat keluarga Alba Lucian.

Ayah Alba bangkrut kemudian ayah jadi pekerja lepas pengelola kebun di rumah Clydiz Xaveri salah satu adik Lethev. "Alba sering disiksa ayahnya sejak kecil. Ketika bangkrut Loverdove sering menyalahkan bangkrutnya karena Alba."

Oton mendengarkan, ia teringat ketika budaya Worg mengenai pernikahan membuatnya tersenyum. Di Worg, ketika inang menikah berarti pada akhirnya ia juga harus dikenali istri inangnya.

"Perempuan di Worg sangat menginginkan seorang inang menjadi suaminya." Sahut Oton. Para wanita di sana seperti ingin bersuami dua. Dua di sini artinya Seorang inang dengan Demonix di dalamnya. Banyak pertanyaan yang mendasar di sini. Tidak'kah pada ujungnya poliandri telah terjadi di sini.

Seorang berjenis kelamin laki-laki yang hidup di tubuh laki-laki lain ibaratnya. Dia menikah dengan satu perempuan dan di Bumi lain ini adalah hal yang bertentangan dengan aturan religi yang berlaku di masyarakat.

Aigio sadar, di Bumi yang inipun sama adanya. Mengenai norma dan bagian mana pergaulan lelaki dan perempuan pada jenjang masa setelah mereka berada di pelaminan. Kecuali pada komunitas tertentu yang memang nyata pegangan mereka atas pernikahan sesama jenis yang bersikeras mereka tetapkan sebagai cara bergaul yang wajar di kalangan mereka.

Oton juga melihat. "Kita memang tidak mungkin bisa selamanya bersatu, satu hari kau harus carikan aku inang. Agar kau dan pasanganmu takterganggu dengan adanya aku."

Aigio tertunduk. "Aku memikirkannya Oton, mencari yang tepat itu pilihanmu. Aku menginginkan anak cucuku yg bisa. Tapi jika mereka menjadi seperti monster berkepala domba yang lugu pastilah akan menjadi berbahaya."

Oton berbisik, "Mungkin kita bisa mengubah atribut perintah utama. Kau bisa hidup abadi."

"Bukan itu yang kuinginkan." Sahut Aigio.

Para Demonix bisa hidup dengan inangnya selama dia menginginkan. Sebagai bayaran atas hidup di dunia saling menjaga. Sejarah menyatakan bahwa berjuta para Demonix di jagat raya. Mereka yang hidup abadi saling menjauh. Upaya berdamai seperti itu mereka lakukan.

Aigio pernah bertemu Uthiton alias Penghancur. Ia adalah pencetus cara berdamai dengan pergi dari Gorgonus. Pada masa hidup di Gorgonus ia hidup dengan mengawini musuhnya sendiri lalu pergi.

Uthiton menyatakan bahwa Oton yang kelima juta dari banyak makhluk Gorgonus yang ia temui tanpa pertarungan. Dia merelakan Memiri miliknya bisa dilihat Oton dan masa lalunya di Gorgonus dilihat.

Terbukti Uthiton tidak hidup pada masa Oton telah lupa tentang dirinya. Ketika itu para Demonix hidup dengan berbagi Memiri. Kebijaksanaan para Demonix dalam bermasyarakat masih ditegakkan. Mereka takberusaha saling membinasakan satu sama lain.

"Aku ingin apa yang Uthiton inginkan. Mati suatu hari bersama inangnya." Sahut Oton. Dan kini ia mampu mengingat ketika Memirinya telah seratus persen ia gunakan untuk mengakses masa lalunya.

"Uthiton belum mati'kan? Aku jadi ingat dia." Sahut Aigio. Ia teringat inang Uthiton yang bernama Barx berjenis kelamin perempuan. Uthiton sebenarnya berkelamin laki-laki dan ini yang membuat benak Aigio penasaran bagaimana privasi seorang Barx yang pasti akan selalu terganggu dengan siapa Uthiton.

Duduk terkenang semuanya. Aigio melingkarkan tangan di lutut saat ia duduk. Zoan keluar dari kamar dan melihat Aigio di depan balkon lantai dua rumah Leth Xaveri.

"Hei, di sini rupanya." Sahut Zoan.

Aigio menoleh dan tersenyum. "Zoan, ada apa?"

"Cari makan yuk?" Sahut Zoan.

"Makan?" Aigio menengadahkan kepala.

"Iya, Tuan Xaveri dan anak istrinya pergi beberapa jam yang lalu. Di sini kau akan menempati kamar mana? Dia tidak perlu uang sewa. Tuan Xaveri menerima siapa saja yang perlu tempat tidur. Dia bahkan jika ada yang mau memberi satu ruangan apartemen untuk siapapun yang memerlukan." Sahut Zoan.

Zoan bercerita saat keluar dari rumah disusul Aigio. Tentang dia selama ini tinggal bersama keluarga Xaveri. Zoan bertanya pada Aigio, bagaimana ia bisa dekat dengan Keluarga Xaveri.

Aigio taklantas menjawab. Ia tidak bisa menjawab kisah awal pertemuannya dengan Leth Xaveri. Dan tentang tawaran Leth untuk menempati satu apartemen miliknya. Hal lainnya, Aigio bisa saja tinggal di pesawat. Tapi hal seperti itu bisa mengundang curiga. Banyak di kepolisian yang bertanya dimana ia selama ini tinggal.

Leth Xaveri pernah mengalami pencurian. Tidak ada yang berusaha membantu sampai membuatnya prustasi karena barang yang dicuri sesuatu yang orang lain tidak boleh mengetahui. Polisi membuat kasusnya mengambang, mungkin karena petunjuk dan banyak hal yang lain selain kasus Leth Xaveri sehingga pria itu kesal.

Ketika pria itu berniat lebih buruk, yakni datang ke kantor polisi untuk menuntut ganti rugi karena polisi tidak tuntas menangani apa yang menjadi dirinya prustasi. Zoan mengetahui cerita itu dari Leth, orang yang pertama dari kepolisian mau membantu. Adalah Aigio yang menjulurkan tangan walau di saat itu ia tengah kesulitan mencari tempat tinggal di Tolkien.

"Orang baru tidak ada yang pernah peduli. Tapi kau membuatnya berubah pikiran mengenai orang asing." Sahut Zoan. Sambil berjalan di basahnya trotoar. Aigio memandang wajahnya. Ia berharap hal ini bukan karena keinginan Leth untuk mendekatkan Zoan dengannya lalu akan ada sebuah pernikahan.

Pemuda itu, mungkin orang di planet ini akan menganggapnya seorang pemuda hanya karena dari penampilan tidak sama sekali meninggalkan kesan Aigio tampak bertambah usia dari gurat wajah atau fisik. Ada banyak komentar, ada banyak ejek oleh karena hal yang terlihat itu.

Zoan orang yang pertama yang berkomentar pedas mengenai penampilan itu. Aigio takmau menganggapnya itu sebagai ujaran kebencian. "Kamu pernah kecelakaan dan dioperasi plastik?"

Tapi karena ujaran itu takberjawab, gadis itu meminta maaf. Aigio tidak berterus terang mengenai dirinya lebih panjang. Oton yang ketus mengomentari pertanyaan itu. Aigio berusaha tidak mempedulikan, gadis itu mungkin melihat fisik yang tambah berkesan semakin lama menguatkan rasa penasaran.

"Berapa usiamu?" Tanyanya. Tiba di sebuah tempat, ia menunjuk ke satu kedai dan menarik lengannya. Zoan katakan kalau ia pernah memesan makanan di sana.

"Kita duduk di meja luar saja." Sahutnya lagi.

Sepulang dari kedai makan malam itu, Aigio keluar dari rumah Leth. Tanpa sepengetahuan mereka juga Zoan. Ia pergi ke pesawat, kendaraan yang ia naiki dari markas Interfederale. Tinggal di pesawat, ia merasa lebih baik. Di kendaraan itu ia mengingat kembali perjalanannya. Sejak awal ia pergi ke Bumi dan mencari kenyataan yang sebenarnya tidak ia inginkan.

Gadis itu menanyakan terus usianya. Hal yang tidak bisa ia katakan, lalu ia berbohong dan gadis itu seolah percaya kalau ia berusia lima tahun lebih muda darinya. Dia percaya kalau rumahnya ada di Rumpaka. Dia percaya kalau pergi ke Tolkien adalah upaya untuk menambah pengalaman hidup dan untuk karier sebagai polisi.

Tidak ada alasan lain yang bisa ia katakan untuk menjadi seorang pembohong. Dan ada niat untuk berbohong? Tidak pernah ada, ia hanya ingin menjadi orang yang benar-benar apa adanya. Di tubuhnya ada makhluk yang menanam kekuatan. Kekuatan yang masih misteri sejak mengetahui dengan ada tubuh di dalamnya itu ia bisa melintasi ruang dan waktu. Aigio bahkan bisa melihat kedua orang tuanya tumbuh dan saling bertemu.

Ia bahkan pernah melakukan sesuatu untuk itu. Menyalahi kekuasaan yang maha kuasa. Menjadi kian tidak jelas saat mengetahui kalau kakeknya adalah makhluk yang pernah datang ke Bumi juga bersama Demonix-nya. Dia bersama Oton yang juga memiliki inang berbeda. Di ruang dan waktu yang berbeda.

"Kau membawa kita kemari, ada apa?" Tanya Oton.

"Mungkin lebih baik jika kau mencari inang lain, Oton." Pinta Aigio.[]


Chapter 3: Zoan Malikia

Gadis itu bertemu Gangga dan River. Udara dingin Rumpaka yang menyengat di empat bukit yang menjadi pagarnya tepat berada di bawah kota sunyi itu. Jauh dari Tolkien, ia ingin mencari Aigio. Pemuda itu menghilang dan seluruh kepolisian kota seperti kehilangan.

"Nona Tabaj, kita bertemu lagi." Sahut Sarge.

Gadis berwajah tirus itu sumringah. Ia bertanya-tanya dalam hatinya. Di tempat ini, sebuah vila milik Kotaru Noboi Akitei yang pernah datang ke rumah Leth dan menyatakan bahwa bangunan di Rumpaka itu akan dibelinya.

Tabaj menyayangkan rumah mewah ini dijual. Tapi bagi Leth yang takpernah habis akal. Leth tetap ada aset di Rumpaka, tanah yang bangunannya dibeli Kotaru sebenarnya tidak pernah dapat dibeli siapa juga.

Lalu ia berpikir, ada apa gerangan tiba-tiba saja ia bertemu tiga polisi kotanya. "Tuan Sachize, tuan mencari dia juga?"

Mendengar pertanyaan itu Sarge menggeleng. "Anak itu sedang ambil cuti, biarkan. Kami juga sedang liburan, tuh liat aku bawa anak istriku."

"Berlibur?" River sontak menepuk pundak kiri Sarge perlahan dan memandangnya dengan tatapan ketus. "Kita kok tidak dikasih tau kalau sedang berlibur? Tau gini, aku bawa baju renang dan banyak pakaian seksi."

Gangga mendelik cemburu, "pak jangan bercanda!"

River tersenyum. Perempuan itu memeluk Gangga dan menciuminya mesra. "Sayang, kamu ga akan cemburu'kan? Kita dibilang berlibur dan ayo kita nikmati alam Rumpaka seolah dunia milik kita."

"Perempuan gombal, lepaskan aku." Teriak Gangga. Zoan terkekeh melihat dua perempuan berbeda usia itu. Aigio pernah cerita hubungan keduanya, cinta sesama jenis yang mulai retak. Begitu kata Aigio ketika pertama Zoan dipertemukan dengan kolega-kolega kepolisiannya.

Zoan takpernah percaya bahwa pemuda (gadis itu kerap berpikir begitu), pemuda yang selama ini hadir di kehidupannya. Bersikap asing pada budaya-budaya kental di sekitarnya. Dia pernah mengatakan pada Zoan, bahwa Aigio lahir dan tumbuh di Rumpaka. Tanah pegunungan yang beriklim tropis.

Ketika ditanya apa yang hari ini disukai di kota itu, Aigio menggeleng dan berbagai alasan menjadi pembelaan bahwa pada dasarnya Aigio bukan asli Rumpaka.

Zoan pernah mengembara ke kota-kota di luar negeri saat bekerja sebagai relawan medis untuk membantu di area konflik. Ketika sadar usia taklagi mendukung, gadis itu pulang dan suatu hari bertemu istri Leth yang ternyata mau menolongnya memberi fasilitas menginap.

Lalu ia bertemu Aigio. Seorang polisi yang jika boleh gadis itu berkomentar di kesatuannya, Aigio lebih sesuai disebut anak sekolah. Dari segi fisik dan wajah saja kentara. Bahkan pernah satu ketika, polisi dengan pakaian sipil yang dikenakan Aigio ternyata tidak berbeda jauh dari apa yang dilihat dari anak-anak muda yang gandrung akan hal-hal yang sudah jadi atribut aktris atau aktor film terkenal.

Zoan yang juga pernah di masa sekolah mengalami merasa bagaimana kepolisian ternyata memiliki penata busana tersendiri untuk situasi tertentu seorang anggota dalam bertugas. Sebenarnya hal tersebut akal-akalan tim Reserse 13. River dan Gangga pada awalnya pencetus cara-cara tugas infiltrasi khusus seperti itu yang kemudian banyak di kepolisian stasiun lain meniru.

"Aigio taklagi bertugas sejak ledakan yang berasal dari nitrogen cair yang dibawa truk milik Freya Layton yang dibawa seorang pria takdikenal. Sampai sekarang identitasnya belum ditemukan. "Sahut Zoan.

"Info hoax." Sahut River.

"Katakan kalau ini sebuah pekerjaan rumah seorang penulis cerita detektif." Timpal Laura tersenyum.

Sarge menarik lengan Laura, meminta Zoan untuk meneruskan ceritanya. Meminta River jangan melanjutkan komentar ketika Zoan bercerita tentang Aigio. "Lanjutkan ceritamu."

Zoan berhenti bicara. Senyata ini yang ia bisa saksikan di teras vila seluas sepuluh kali rumah-rumah besar penginapan sekitar vila. Vila Kotaru Noboi yang ada di tempat itu yang paling besar dan menarik perhatian. Ia tidak melanjutkan persangkaannya mengenai pergi menghilangnya Aigio sejak diterima kerja sebagai penegak keamanan kota.

"Aku berpikir dia pulang dan atau mungkin salah satu dugaanku dia dipulangkan karena kesalahannya ledakan luar biasa itu mengguncang dunia." Sahut Zoan. Sedikit terisak, gadis itu menundukkan kepala. Seperti telah mengenal lebih dalam, sosok yang dikenalnya lama dan pada saat-saat tertentu selalu membuatnya senang.

Ada sesuatu yang membuat Aigio terlihat sangat tertutup dan misterius. Zoan tegaskan bahwa ada di pemuda itu hal yang dipendam dan menjadi beban. "Alasan itu kerap membuat putus asa. Di satu sisi aku ingin melupakan tapi di sisi lain kami sudah dekat."


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

>15,000 words needed for ranking.

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank N/A Power Ranking
Stone 0 Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login

tip Paragraph comment

Paragraph comment feature is now on the Web! Move mouse over any paragraph and click the icon to add your comment.

Also, you can always turn it off/on in Settings.

GOT IT