Download App
33.33% OTONOMOS / Chapter 1: Aigio

Chapter 1: Aigio

Siapa pemuda yang kini berdiri di hadapannya mungkin masih menjadi tanda tanya sampai kini. Dia tiba-tiba datang setelah penyerangan itu. Tubuhnya kalau diperkirakan nyaris setinggi sosok itu.

Dia percaya pemuda itu sosok yang sama. Malih ujud barangkali jawabannya. Kemampuan yang bisa membawanya ada di hadapannya.

Pemuda itu pasti datang di hari paniknya masih bersisa karena malam itu. Meski tidak ada yang seyakin dirinya, ia takpeduli. Baginya pemuda itu orang yang sama.

Orang yang diberitakan selama ini. Penolong dan pemburu penjahat pengacau keamanan. Bertindak melebihi tindakan polisi dalam menangkap kriminal. Cara kekerasan yang tidak manusiawi dan masyarakat sendiri menilainya dengan emosional.

Rencana ada untuk bertanya. Keraguan memotong saat di dekat dan hanya bisa tersenyum. Pemuda itu terlalu lugu untuk disebut serupa dengan kesaksian tadi malam. []

"Namaku Aigio." Sahutnya. "Hari ini hari pertama di ruangan ini. Beberapa hari yang lalu ditugaskan sebagai pengamat di Lalu lintas Rawlings. Tolkien kota kedua tempat aku ditugaskan untuk mengisi cadangan Tim Reserse 13."

"Oh, namaku Riverside Machinist. Asisten pertama Mr. Daimoni Sachizea. Di sana Mrs. Laura Blue asisten khusus dan mitra kerjanya Duke McKagan dari Tolkien Hospital Laboratory. Di sini tempat duduk Gangga Doll."

"Senang bisa bertemu." Sahut Aigio.

"Hei gaez ada tamu ini, tamu yang akan menjadi penghuni terakhir ruangan kerja kita." Sahut River sementara yang lain sibuk. Seperti Duke yang asyik dengan konsol game komputernya lengkap dipakaikan di kepala hedset pengeras suara pribadi. Lalu gadis berkulit kuning yang sedang mengetik di ponselnya. Dia bernama Gangga, matanya sipit tapi cara berbicara lebih mirip orang India di dunia nyata. Ada juga Lau, panggilan untuk Laura Blue yang selalu serius membaca buku-buku medis di saat itu.

River kemudian berteriak, ini yang lucu. Perempuan itu bisa menirukan suara atasan langsung Daimo Sachizea yang bernama Tigrette Timso yang berasal dari Kozea negeri di timur Bumi ini. Bumi Alterna sebut saja ini, ada banyak Bumi di tempat yang pernah dikunjungi Aigio.

Di tempat baru ini Aigio seperti merasakan dejà vu. Hal yang sama seperti kapanpun ia diminta untuk melaksanakan tugas menelusuri misteri dunia. Hal ini sudah menjadi kemampuan yang dimanfaatkan. Aigio memiliki kemampuan itu, kemampuan tembus dimensi atau salah satu bagian dari kekuatan khusus yang dimiliki Aigio disebabkan keterhubungannya pada makhluk super purba yang bernama Oton sehingga ia bisa bergerak keluar masuk dunia lain, waktu dan situasi yang memiliki kesamaan dalam segi tertentu selain perbedaan di dalamnya.[]

Tim Reserse 13 adalah tim khusus kota untuk banyak kasus yang ditetapkan sebagai berita dicekal walau publik sedikit banyak mengetahuinya dari mulut ke mulut. Salah satu kasus yang jelas sampai kini tetap ditangani dan sebelum Aigio datang bergabung ada belasan kali orang berpikir bahwa polisi di belakang semuanya.

Aigio pernah di dunia yang berbeda mengalami ikut di dalam penanganannya sampai tuntas. Jalan ceritanya tidak jauh berbeda. Tentang Claire dan kematiannya yang tragis beberapa kali. Claire Raines adalah sosok cantik yang jelas membahayakan. Tubuhnya ternyata bisa seperti Amuba, ia membelah diri dan kemudian membiarkan dirinya yang lain dibunuh.

Fargo dan Gilbert adalah polisi yang berusaha selama ini menyembunyikan Claire dari para Deviliz atau juga mereka makhluk-makhluk lain yang disebut dengan nama Malhumaniz.

Tapi para polisi itu pada akhirnya bertemu Aigio. Grey Fargo salah satunya, berpura-pura pada Aigio kalau Claire sudah nyata kematiannya. Dan bukan hal itu sebenarnya yang ditakutkan Claire.

Perempuan itu dicari karena ia satu dari banyak Malhumaniz yang berusaha mencari sisi positif untuk bisa dianggap lebih manusiawi. Bagi para Malhumaniz perilaku ini yang berbahaya. Jika Claire takberhenti juga bersikap seperti manusia maka pada akhirnya akan bertambah dan mereka akan menjadi sekutu manusia.

Sikap ini yang takdiharapkan. Tim Reserse 13 telah mengungkap hal ini, bahwa di satu sisi Claire telah terbuka sebagai bagian dari masyarakat rahasia yang memiliki kekuatan monster. Publik tidak bisa hidup di dalam kondisi seperti ini.

Sejarah menjadi saksi mengenai kehidupan berbeda pada akhirnya akan saling berlawanan ketika pada saat itu perilaku ekstrim bersikeras demi untuk bisa mempertahankan kepentingan mereka.

Sejarah perbudakan kulit berwarna, pertentangan antar agama atau wilayah. Semua pada akhirnya ada pada satu hal yang diperebutkan. Kekuasaan, satu hal yang menggoda setiap pihak.

Takberbeda, Aigio melihat situasi ini seperti itu.

Di saat tim yang ia di dalamnya hanya sebagai bagian taktersorot. Ia melihat lebih dalam dan ia teringat Gorgonus.

Ketika polisi membunuh salah satu kembaran Claire. Polisi yang diketahui juga makhluk yang menyamar. Dia diikuti Aigio dan sampai di tempat yang ia duga aman.

Saat mengintai, River dan Gangga mengikutinya. Aigio taksadar sampai Oton memperingatkan. Sebenarnya Oton tidak hanya memperingatkan tentang River dan Gangga. Claire Raines asli juga ada di tempat pengintaian.

Bangunan tempat polisi itu bersembunyi ternyata milik Danielca Raines. "Sepertinya ini akan menjadi pembantaian, Aigio."

"Apa maksudmu, Oton?"

"Aku melihat seseorang. Tidak, aku merasa lebih. Mereka ada di belakang." Sahut Oton. "Lebih dari satu, ini seperti akan ada penyerangan."

Ada dua pihak yang datang, satu Sarge yang datang memimpin kelompok bersenjata dari kepolisian. Dari arah yang berbeda ada Grey Fargo dan Fabio Gilbert yang juga muncul bersama Claire asli.

Fargo, Gilbert dan Claire mendatangi bangunan itu bersama sesama polisi yang bersimpati pada Claire. Aigio bisa mendengar banyak perbincangan saat mereka bergerak masuk ke halaman bangunan.

Sementara itu tim polisi yang dipimpin Sarge juga datang karena info yang Aigio siapkan sejak lama. Begitu Oton mengetahui bahwa pembunuh Claire palsu yang disekap polisi.

Sarge dan Aigio saling berbagi informasi sejak ia paling bisa bergerak cepat dibanding para penegak hukum lain.

"Kamu bagaimana bisa secepat ini berada di lokasi? Dengar, jangan dulu bertindak sebelum ada dari sebagian kita yang merapat denganmu." Sahut Sarge. Terdengar dengusnya yang penuh nafsu. Polisi yang dimaksudkan Aigio yang ia ikuti sejak masuk ke ruang tahanan gedung jaksa penuntut dan memberi Claire suntikan beracun.

Polisi itu menyamar sebagai petugas kesehatan dan dengan dalih ia ingin melaksanakan pemeriksaan rutin pada penghuni ruang tahanan.

Ketika polisi itu berhasil mengelabui banyak orang kecuali Aigio yang sejak lama mengetahui bahwa Claire sebenarnya hanya memberi umpan. Aigio bisa mengintai dengan cara memanfaatkan seluruh CCTV di gedung kantor jaksa penuntut yang sengaja bawa Claire sebelum pengadilan.

Aigio membagikan foto polisi penyamar itu. Dan tidak mudah sebenarnya jika ingin cepat memastikan foto itu bisa meyakinkan orang seperti Sarge.

"Tim, kita bekerja secara tim. Bekerja hati-hati dan penuhi taktik sesuai prosedur operasional. Ingat, kita perlu polisi gadungan itu." Sarge memberi perintah pada setiap orang yang masuk dalam tim gabungan dalam proses penyerbuan serta pengejaran.

Setiap orang dengan rincian tugas yang berbeda. Di saat yang sama hal ini menjadi pertanyaan. Hal yang terbit di benak River yang acap kali terganggu oleh info yang cepat diterima sampai Aigio sadar bahwa ada seorang polisi yang menyamar.

"Sarge, maaf jika kupertanyakan perintah ini. Dan mohon izin juga sebelum kita bergerak."Sahut River menjelaskan hal yang mengganggunya. "Info ini bisa jadi masalah jika tidak ada penjelasan yang tepat."

"Apa maksudmu?" Gangga berhenti melangkah. Saat yang sama ia menyela kata-kata River dan terdengar di alat komunikasi setiap orang tim yang baru saja turun dari kendaraan angkutan kepolisian. "Info apa? Hei, aku kira ini langsung dari atasan utama?"

Pergerakan menyebar tim gabungan sudah tepat sesuai rincian tugas. Para penembak jitu telah menempati pos tidak jauh dari sekeliling bangunan.

Tim pelapis berada di kendaraan angkutan menanti perintah lanjutan. Beberapa mendukung Sarge, dua orang masing-masing bersama Gangga dan River.

Tidak ada yang mungkin bisa menduga. Banyak hal bisa terjadi. River juga bukan saja meragukan info tapi juga perintah. Terlalu dini untuk meneruskan satu informasi tanpa kepastian info itu benar-benar layak untuk ditindaklanjuti.

"Dimana Aigio?" Tanyanya.

"Ada, apa yang kulihat sudah kuperlihatkan di CCTV. Semua sudah dikirim sejelas yang bisa saya usahakan. Atasan utama yang ada di belakang perintah." Sahut Aigio.

"Kita live ini?" Tanya Gangga.

River juga terhenyak.

"Semua sudah kuhubungkan satu sama lain. Kupikir Sarge memberitahu. Kita tidak bisa mungkin tatap muka, situasinya perlu tindak cepat." Jawab Aigio.

"Sarge tidak mungkin melakukan semua. Kau yang harusnya memberitahu kami sebelumnya." River menaikan nada bicaranya. Dia tidak suka perlakuan Aigio seperti ini.

"Kau orang baru, kau yang harusnya berkomunikasi banyak dengan kami sebelum pada Sarge." Tambah River suaranya yang serak terdengar sedikit turun.

"Maaf, tapi..." Aigio bertahan. Suaranya perlahan dan sedikit berbisik.

"Kau harus menghormati pangkat petugas yang lebih tinggi darimu dan juga lebih tua!" Suara River kembali naik.

Oton tertawa terbahak-bahak. "Kurasa kita yang lebih tua, bukannya kita yang harus dihormati. Mereka tahu kau setara jenderal di Interfed?"

"Harus'kah kita beritahu kalau kita berasal dari planet lain juga?" Sahut Aigio. Oton memberinya isyarat, ia tetap harus fokus. Meski ia jika ingin berpendapat pastilah sama seperti pikir Oton.

Aigio berpikir lebih panjang lagi, takseharusnya River permasalahkan banyak hal di tengah tugas yang lebih serius. Sarge juga sepakat saat Aigio meminta River untuk tidak banyak dulu komentar tentang situasi lain.

"Tolong semua fokus ke tugas ini. Kita tidak mau kehilangan peluang ini." Sahut Sarge. Nada suara yang terdengar naik sehingga siapapun yang mendengar tidak akan lagi bersuara berusaha membalas.

Aigio dan Oton juga lantas berhenti bergerak. Oton mengira suara bicaranya terdengar Sarge. "Dia bisa mendengar kita?"

Aigio menggeleng, berbicara langsung. "Oton, kau yang sendiri membuat alat supaya kita bisa langsung saling berbicara tanpa menyulut rasa penasaran orang."


Chapter 2: Otonomos Monstro

Di kota ini selalu ada saja yang tidak bisa sederhana untuk diceritakan. Seperti yang bisa dilihat hari ini di sebuah tempat yang sering didatangi sebelum tiba waktunya melakukan apa kiranya setiap orang menganggapnya penting.

Mohon kiranya bisa mengerti, semua berawal dari jalan yang mungkin hanya sepengetahuan langit sejak semua dijelaskan dengan teka-teki. Bahwa hidup akan selalu berupa di dalamnya pertanyaan dan jawaban tak akan mudah didapatkan.

Tolkien sejak lama takpernah sepi peristiwa. Aigio hanya bisa mengingat berapa banyak Tolkien yang pernah ia kunjungi. Tidak ada alasan baginya untuk menetap di satu Bumi. Selalu setiap Bumi selalu ada Tolkien. Takpernah ada nama lain, pertanyaan itu satu dari banyak yang selalu ia bisa katakan pada makhluk yang ada di tubuhnya.

Sejak ia diminta mencari Etals Notyep dan bertemu dengan kematiannya. Pemilik nama alias Peyton Slate, makhluk asing yang pernah hidup di Worg dan menjadi ilmuan penemu banyak alat berteknologi canggih. Ia menemukan alat pengubah diri dan juga berhasil menyatukan dirinya dengan Thanaton.

"Siapa Thanaton itu?" Tanya Aigio pada Dario.

"Oton katakan, siapa Demonix terhebat di masa leluhur para Eledar menjadi penguasa di Worg?" Sahut Dario.

Dario menjelaskan siapa Thanaton dengan visualisasi yang keluar dari mata Aigio seperti tayangan dari proyektor pemutar film. Kisah sosok yang menjadi inang seperti dirinya.

Sosok monster raksasa bertaring pedang. Kepalanya bertanduk seperti tanduk di kepala kambing gunung. Matanya merah dan ia menghunus pedang.

"Itu pertarungan terakhirku, setelah itu aku dilepas dari inangku oleh Thanaton. Ia membawaku pada Dzigon." Sahut Oton sejak saat itu Dzigon menutup semua mataku di Gliop.

Dario pernah bercerita tentang Gliop, wadah khusus penyimpan para Demonix yang membangkang. Ada yang bilang benda itu dibawa Dzigon pergi keluar Gorgonus dan tentang bagaimana Aigio bebas dari Gliop masih misteri.

Aigio ingat nama Dzigon sang penjaga Gliop. Ada dari para Demonix yang banyak tugasnya selama mereka berusaha menjaga Gorgonus juga jagat. Kemudian setelah para Eledar membuat perjanjian untuk bisa hidup berdampingan dengan Demonix.

Mereka mau menjadi inang dan takluk pada kuasa para Demonix. Setelah itu perang terjadi, para Worg salah satu keturunan para Eledar pembenci perang berhasil menaklukan mereka para inang yang gila dan menjadi monster seperti Thanaton yang gila kuasa.

"Ya, Thaball membuatnya gila dan membasmi semua Demonix yang menantang Thanaton. Thaball melepas Thanaton dari inangnya, makhluk raksasa itu lalu dijadikan patung pengenang kekalahan. Thaball satu dari para Eledar yang licik." Sahut Oton.

Worg di bawah pimpinan Drexx Agres memerangi Thaball yang mengira dirinya abadi. Oton teruskan cerita, cerita yang ia terima dari kenangan banyak Demonix yang menyimpan semuanya di Tereasur atau Memiri bagian tubuh para Demonix yang biasa digunakan sebagai penyimpan kenangan.

Kisah panjang planet tempat tinggal para Worg takpernah ada akhir. Dario adalah inang Oton yang keempat ratus, pernah menceritakan bagaimana ia harus melepas Demonixnya untuk diturunkan pada Aigio. Kisah itu salah satunya, takpernah ada alasan jelas mengapa. Dario berharap Aigio bisa menjadi inang yang kuat.

Drexx Agres, inang pertama berbagi kenangan, pada semua inang setelah kenangan dirinya tersimpan pada Memiri Oton. Tapi misteri terlalu banyak untuk dijaga. Oton takpernah berusaha mau membuka Memirinya itu. Jika ia mau ia bisa mengetahui banyak ilmu dari Memirunya itu.

Tanpa ingatan Dario bisa jika ia mau mengingat lagi masa hidupnya sebelum ia berada pada Drexx Agres atau hidup ketika Thanaton melihat Oton sebagai pembangkang.

Tapi Oton selalu bersumpah untuk membiarkannya tersimpan dan dilupakan. "Dario pernah berusaha untuk mengakses Memiri dengan Transen. Tapi hal itu fatal karena akibatnya Memiri tidak stabil.

Percakapan satu fisik nyata dengan dua pribadi atau dua jiwa berada di suatu tempat sepi dan setidaknya pilihan tempatnya tepat. Archite Ajip, bangunan di utara kota yang menjulang. Aigio pulang bersama seorang pria yang ingin memperkenalkan padanya satu rekan kerjanya.

Pria itu dulu bernama Letheviath Xaveri. Dipaksanya Aigio hanya untuk tinggal dan berusaha dekat. Zoan Malikia Tabaj ada di rumah itu juga. Selagi bersama istri Xaveri gadis itu selalu berkata kalau Xaveri tahu dirinya datang karena sahabat suami.

Alba Lucian, istri Xaveri sering bilang kalau Zoan di keluarga Xaveri sudah lebih dari sahabat. Gadis itu dulu seperti Aigio di Tolkien. Seorang pendatang di kota yang berpenduduk kelebihan perempuan.

Kelebihan perempuan, entah apa maksudnya itu di benak Aigio. Aigio takpernah mengerti sampai akhir tahun ini, ketika kasus Claire Raines usai dengan ada tertangkapnya Valeri Velci Braga yang selama ini menggunakan teknologi buatan Etals Notyep untuk menghidupkan lagi Claire Raines.

Tolkien nyaris berada dalam kecamuk perang dua ras berbeda. Manusia dan makhluk-makhluk buatan yang entah sejak lama diduga berasal dari Planet Venus dan Merkurius tinggal diam-diam berbaur di Bumi.

Mereka menamai diri mereka Malhumaniz, meski hal sebenarnya asal kata itu muncul di abad sembilan silam ketika kecerdasan sebagian mereka berbagi dengan manusia.

Kecamuk perang itu takpernah terjadi. Aigio merasa kejadian-kejadian seperti itu tampak sama seperti banyak kejadian di dunia-dunia yang pernah ia tuju bersama Oton di saat diminta mengejar Etals Notyep dari Bumi pertama.

Leth Xaveri berkata di Tolkien seorang pria tidak boleh lama melajang. Jika itu ada terjadi maka setiap pria menikah di kota akan marah. Para pria kemudian memaksa istrinya masuk rumah dan tidak bisa sekalipun ke pasar. Hal ini di zaman dulu di kota kejadian itu bisa menyebabkan rusuh satu distrik. Bahkan bisa satu negara.

Kebiasaan itu memang sejalan dengan waktu telah takjadi masalah. Tapi karena perempuan makin ada lebih dari pria, para pria menyerah. Tapi ada cara lain, mereka menampung para perempuan dari keluarga lain dan membantu biayai keperluan hidupnya jika takmampu.

Seperti halnya yang terjadi pada Alba Lucian. Gadis itu pada keluarga Xaveri bukan sedarah. Tapi Xaveri adalah sahabat keluarga Alba Lucian.

Ayah Alba bangkrut kemudian ayah jadi pekerja lepas pengelola kebun di rumah Clydiz Xaveri salah satu adik Lethev. "Alba sering disiksa ayahnya sejak kecil. Ketika bangkrut Loverdove sering menyalahkan bangkrutnya karena Alba."

Oton mendengarkan, ia teringat ketika budaya Worg mengenai pernikahan membuatnya tersenyum. Di Worg, ketika inang menikah berarti pada akhirnya ia juga harus dikenali istri inangnya.

"Perempuan di Worg sangat menginginkan seorang inang menjadi suaminya." Sahut Oton. Para wanita di sana seperti ingin bersuami dua. Dua di sini artinya Seorang inang dengan Demonix di dalamnya. Banyak pertanyaan yang mendasar di sini. Tidak'kah pada ujungnya poliandri telah terjadi di sini.

Seorang berjenis kelamin laki-laki yang hidup di tubuh laki-laki lain ibaratnya. Dia menikah dengan satu perempuan dan di Bumi lain ini adalah hal yang bertentangan dengan aturan religi yang berlaku di masyarakat.

Aigio sadar, di Bumi yang inipun sama adanya. Mengenai norma dan bagian mana pergaulan lelaki dan perempuan pada jenjang masa setelah mereka berada di pelaminan. Kecuali pada komunitas tertentu yang memang nyata pegangan mereka atas pernikahan sesama jenis yang bersikeras mereka tetapkan sebagai cara bergaul yang wajar di kalangan mereka.

Oton juga melihat. "Kita memang tidak mungkin bisa selamanya bersatu, satu hari kau harus carikan aku inang. Agar kau dan pasanganmu takterganggu dengan adanya aku."

Aigio tertunduk. "Aku memikirkannya Oton, mencari yang tepat itu pilihanmu. Aku menginginkan anak cucuku yg bisa. Tapi jika mereka menjadi seperti monster berkepala domba yang lugu pastilah akan menjadi berbahaya."

Oton berbisik, "Mungkin kita bisa mengubah atribut perintah utama. Kau bisa hidup abadi."

"Bukan itu yang kuinginkan." Sahut Aigio.

Para Demonix bisa hidup dengan inangnya selama dia menginginkan. Sebagai bayaran atas hidup di dunia saling menjaga. Sejarah menyatakan bahwa berjuta para Demonix di jagat raya. Mereka yang hidup abadi saling menjauh. Upaya berdamai seperti itu mereka lakukan.

Aigio pernah bertemu Uthiton alias Penghancur. Ia adalah pencetus cara berdamai dengan pergi dari Gorgonus. Pada masa hidup di Gorgonus ia hidup dengan mengawini musuhnya sendiri lalu pergi.

Uthiton menyatakan bahwa Oton yang kelima juta dari banyak makhluk Gorgonus yang ia temui tanpa pertarungan. Dia merelakan Memiri miliknya bisa dilihat Oton dan masa lalunya di Gorgonus dilihat.

Terbukti Uthiton tidak hidup pada masa Oton telah lupa tentang dirinya. Ketika itu para Demonix hidup dengan berbagi Memiri. Kebijaksanaan para Demonix dalam bermasyarakat masih ditegakkan. Mereka takberusaha saling membinasakan satu sama lain.

"Aku ingin apa yang Uthiton inginkan. Mati suatu hari bersama inangnya." Sahut Oton. Dan kini ia mampu mengingat ketika Memirinya telah seratus persen ia gunakan untuk mengakses masa lalunya.

"Uthiton belum mati'kan? Aku jadi ingat dia." Sahut Aigio. Ia teringat inang Uthiton yang bernama Barx berjenis kelamin perempuan. Uthiton sebenarnya berkelamin laki-laki dan ini yang membuat benak Aigio penasaran bagaimana privasi seorang Barx yang pasti akan selalu terganggu dengan siapa Uthiton.

Duduk terkenang semuanya. Aigio melingkarkan tangan di lutut saat ia duduk. Zoan keluar dari kamar dan melihat Aigio di depan balkon lantai dua rumah Leth Xaveri.

"Hei, di sini rupanya." Sahut Zoan.

Aigio menoleh dan tersenyum. "Zoan, ada apa?"

"Cari makan yuk?" Sahut Zoan.

"Makan?" Aigio menengadahkan kepala.

"Iya, Tuan Xaveri dan anak istrinya pergi beberapa jam yang lalu. Di sini kau akan menempati kamar mana? Dia tidak perlu uang sewa. Tuan Xaveri menerima siapa saja yang perlu tempat tidur. Dia bahkan jika ada yang mau memberi satu ruangan apartemen untuk siapapun yang memerlukan." Sahut Zoan.

Zoan bercerita saat keluar dari rumah disusul Aigio. Tentang dia selama ini tinggal bersama keluarga Xaveri. Zoan bertanya pada Aigio, bagaimana ia bisa dekat dengan Keluarga Xaveri.

Aigio taklantas menjawab. Ia tidak bisa menjawab kisah awal pertemuannya dengan Leth Xaveri. Dan tentang tawaran Leth untuk menempati satu apartemen miliknya. Hal lainnya, Aigio bisa saja tinggal di pesawat. Tapi hal seperti itu bisa mengundang curiga. Banyak di kepolisian yang bertanya dimana ia selama ini tinggal.

Leth Xaveri pernah mengalami pencurian. Tidak ada yang berusaha membantu sampai membuatnya prustasi karena barang yang dicuri sesuatu yang orang lain tidak boleh mengetahui. Polisi membuat kasusnya mengambang, mungkin karena petunjuk dan banyak hal yang lain selain kasus Leth Xaveri sehingga pria itu kesal.

Ketika pria itu berniat lebih buruk, yakni datang ke kantor polisi untuk menuntut ganti rugi karena polisi tidak tuntas menangani apa yang menjadi dirinya prustasi. Zoan mengetahui cerita itu dari Leth, orang yang pertama dari kepolisian mau membantu. Adalah Aigio yang menjulurkan tangan walau di saat itu ia tengah kesulitan mencari tempat tinggal di Tolkien.

"Orang baru tidak ada yang pernah peduli. Tapi kau membuatnya berubah pikiran mengenai orang asing." Sahut Zoan. Sambil berjalan di basahnya trotoar. Aigio memandang wajahnya. Ia berharap hal ini bukan karena keinginan Leth untuk mendekatkan Zoan dengannya lalu akan ada sebuah pernikahan.

Pemuda itu, mungkin orang di planet ini akan menganggapnya seorang pemuda hanya karena dari penampilan tidak sama sekali meninggalkan kesan Aigio tampak bertambah usia dari gurat wajah atau fisik. Ada banyak komentar, ada banyak ejek oleh karena hal yang terlihat itu.

Zoan orang yang pertama yang berkomentar pedas mengenai penampilan itu. Aigio takmau menganggapnya itu sebagai ujaran kebencian. "Kamu pernah kecelakaan dan dioperasi plastik?"

Tapi karena ujaran itu takberjawab, gadis itu meminta maaf. Aigio tidak berterus terang mengenai dirinya lebih panjang. Oton yang ketus mengomentari pertanyaan itu. Aigio berusaha tidak mempedulikan, gadis itu mungkin melihat fisik yang tambah berkesan semakin lama menguatkan rasa penasaran.

"Berapa usiamu?" Tanyanya. Tiba di sebuah tempat, ia menunjuk ke satu kedai dan menarik lengannya. Zoan katakan kalau ia pernah memesan makanan di sana.

"Kita duduk di meja luar saja." Sahutnya lagi.

Sepulang dari kedai makan malam itu, Aigio keluar dari rumah Leth. Tanpa sepengetahuan mereka juga Zoan. Ia pergi ke pesawat, kendaraan yang ia naiki dari markas Interfederale. Tinggal di pesawat, ia merasa lebih baik. Di kendaraan itu ia mengingat kembali perjalanannya. Sejak awal ia pergi ke Bumi dan mencari kenyataan yang sebenarnya tidak ia inginkan.

Gadis itu menanyakan terus usianya. Hal yang tidak bisa ia katakan, lalu ia berbohong dan gadis itu seolah percaya kalau ia berusia lima tahun lebih muda darinya. Dia percaya kalau rumahnya ada di Rumpaka. Dia percaya kalau pergi ke Tolkien adalah upaya untuk menambah pengalaman hidup dan untuk karier sebagai polisi.

Tidak ada alasan lain yang bisa ia katakan untuk menjadi seorang pembohong. Dan ada niat untuk berbohong? Tidak pernah ada, ia hanya ingin menjadi orang yang benar-benar apa adanya. Di tubuhnya ada makhluk yang menanam kekuatan. Kekuatan yang masih misteri sejak mengetahui dengan ada tubuh di dalamnya itu ia bisa melintasi ruang dan waktu. Aigio bahkan bisa melihat kedua orang tuanya tumbuh dan saling bertemu.

Ia bahkan pernah melakukan sesuatu untuk itu. Menyalahi kekuasaan yang maha kuasa. Menjadi kian tidak jelas saat mengetahui kalau kakeknya adalah makhluk yang pernah datang ke Bumi juga bersama Demonix-nya. Dia bersama Oton yang juga memiliki inang berbeda. Di ruang dan waktu yang berbeda.

"Kau membawa kita kemari, ada apa?" Tanya Oton.

"Mungkin lebih baik jika kau mencari inang lain, Oton." Pinta Aigio.[]


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

>15,000 words needed for ranking.

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C1
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank N/A Power Ranking
Stone 0 Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login

tip Paragraph comment

Paragraph comment feature is now on the Web! Move mouse over any paragraph and click the icon to add your comment.

Also, you can always turn it off/on in Settings.

GOT IT