"Arin sudah siap bekalnya?"tanya Nyonya Diana yang tepat berdiri di depan Panji. Sedangkan Panji masih sibuk mengancing kemejanya paling atas.
"Sudah siap Nyonya."jawab Arini sambil berlari dan membawa bekal makanan.
"Ini Panji. Nanti kalau istirahat makan bekal ini."Nyonya Diana mengambil bekal yang telah disiapkan oleh Arini dan kemudian diberikan kepada Panji. Panji langsung menerimanya dan membawanya ke mobil.
"Aku berangkat dulu ya mah."pamit Panji kepada mamahnya dan tidak lupa melirik kearah Arini yang masih berdiri disamping mamahnya. Tatapan Arini juga tidak bisa lepas dari Panji.
Setelah Panji berangkat, Nyonya Diana dan Arini masuk ke dalam rumah. Nyonya Diana langsung duduk di ruang tengah sambil menonton televise acara kesukaannya. Sedangkan Arini melanjutkan pekerjaannya. Dia memang sangat rajin dalam mengerjakan tugasnya sebagai asisten rumah tangga.
Nyonya Diana melihat ketekunan dan rajinnya Arini ketika bekerja membuatnya kagum kepada Arini. Satu per satu pekerjaan rumahnya dia selesaikan dengan cepat dan bersih. Benar saja kalau Ayu atau lebih tepatnya bibi Arini sangat menyayanginya sejak kecil. Walaupun bukan anak kandungnya tapi sudah dianggap seperti anak kandungnya sendiri. Kinerja Arini dan bibinya sama sama bagus jadi Nyonya Diana sangat nyaman memperkerjakannya.
"Arini kemarilah."suruh Nyonya Diana sambil melambaikan tangan kearah Ariniyang masih bekerja di dapur.
"Ya Nyonya. "jawab arini mendekat kearah Nyonya Diana.
"Kemarilah."Nyonya Diana menyuruh Arini untuk duduk disebelahnya. Arini merasa canggung dan ragu ketika harus duduk bersebelahan dengan majikannya apalagi di sofa empuknya.
"Nggak papa Nyonya?"Arini terlihat polos sekali. Seketika Nyonya Diana langsung mengangguk. Arini langsung duduk disebelah Nyonya Diana walaupun perasaannya sedikit takut ketika harus duduk di sofa empuk milik mejikannya itu.
Ternyata maksud Nyonya Diana menyuruh Arini untuk duduk di sebelahnya karena ingin menanyakan sesuatu hal kepada Arini. Arini terlihat anstusias sekali menunggu pertanyaan yang akan dilontarkan oleh Nyonya Diana.
"Selama saya pergi ke luar kota. Panji ngapain aja. Apa di rumah ada masalah?"Nyonya Diana melontarkan satu pertanyaan. Seketika Arini terasa sesak dadanya. Lantaran usahanya yang susah payah untuk melupakan kejadian malam itu harus teringat kembali. Lidahnya serasa terkunci karena tertahan oleh perasaannya sendiri yang berusaha untuk menutupi masalah kejadian kemarin bersama Panji di dalam kamar Panji.
"Kok diam. Apa Panji membuat masalah?"Nyonya Diana merasa aneh ketika Arini sedang memikirkan sesuatu kayak ada yang sedang disembunyikannya.
"Ng…nggak kok nyonya. Tu…tuan Panji nggak membuat masalah kok."Arini berusaha menutupi semua kejadian yang telah terjadi antara dirinya dan Panji di dalam kamar. Biar hanya Panji dan Arini saja yang tahu.
Nyonya Diana terlihat percaya saja dengan perkataan Arini barusan. Menurutnya Arini tidak bakal sampai membohonginya mengenai kelakuan Panji selama ditinggalnya ke Semarang. Arini merasa bersalah setelah membohongi majikannya sendiri. Padahal dari benaknya dia juga ingin menceritakan kelakuan Panji yang bejat itu kepada mamahnya Panji namun lagi-lagi dia takut dan malu untuk menceritakannya.
Dia sudah menebak kalau majikannya tahu sebenarnya pasti akan marah dan memecatnya seketika. Dan dia tidak mau itu semua terjadi. Akhirnya dia memutuskan untuk menutupinya. Biar perasaannya sakit dan hancur dia rela menyimpan masalah itu sendiri.
Setelah mandi Arini langsung mengenakan kaos yang telah dibelikan majikannya di Semarang. Ketika dia memakai kaos itu, Nyonya Diana sengaja melihatnya. Arini menjadi malu seperti tidak ada lagi pakaian yang dimilikinya hingga kaos yang baru diberikan Nyonya diana langsung dipakainya.
"Langsung dipakai?"Nyonya Diana terlihat memasang senyum kearah Arini pertanda suka ketika Arini memakai kaos pemberiannya.
"Ya Nyonya."jawab Arini sambil tersenyum kearah Nyonya Diana.
"Kayaknya pakaianmu nggak terlalu banyak. Ayo aku ajak kamu pergi ke toko pakaian."ajak Nyonya Diana langsung berdiri. Arini merasa terkejut dengan tawaran Nyonya Diana. Dia tidak menyangka majikannya sebaik itu padanya.
"Nggak usah Nyonya."jawab Arini dengan cepat. Arini tidak mau merepotkan majikannya.
Akhirnya Nyonya Diana memaksanya untuk mau diajaknya berbelanja pakaian. Arini sudah berusaha menolaknya namun lagi-lagi Nyonya Diana terus memaksanya. Memang benar apa yang dibilang majikannya itu kalau pakaian yang dimiliki dan dipakainya selama di rumah hanya itu-itu saja..
Nyonya Diana mengajak Arini naik mobil pribadinya. Arini mengikuti jalan majikannya dari belakang. Saat Nyonya Diana membuka pintu mobilnya tiba-tiba mobil Panji datang. Arini dan Nyonya Diana berhenti sejenak untuk melihat kedatangan Panji.
Arini terkejut ketika Panji turun dari mobilnya ternyata Alena juga ikut turun dari mobilnya. Sepertinya mereka habis habis jalan bersama. Mereka terlihat serasi sekali cowoknya tampan perempuannya cantik sekali.
"Mau kemana mah?"Panji penasaran melihat mamahnya hendak pergi bersama Arini dengan mobilnya.
"Mamah mau keluar sebentar sama Arini."jawab Nyonya diana membuka pintu mobilnya.
"Biar aku antar. Ayo."entah kenapa Panji tiba-tiba ingin sekali mengantar mamahnya dan Arini pergi. Padahal dia aja baru pulang dengan Alena.
"Kok dia malah mau nganter, kan baru datang."Alena mengeluh dalam hati pada sikap Panji yang terkesan peduli banget apa tidak capek habis pulang jalan-jalan tadi bersamanya.
"Sepertinya dia tidak senang kalau tuan Panji menghantar aku dan Nyonya."batin Arini sambil menatap ekspresi wajah Alena.
Mereka berempat pergi dengan mobil Panji. Panji dan Alena duduk di depan sedangkan Arini dan Nyonya Diana duduk di belakang. Panji menyetir mobilnya keluar dari garasi menuju jalan raya. Selama perjalan Arini terus diam saja. Sedangkan Panji dan Alena terlihat sedang mengobrol.
Setelah beberapa menit, mobil Panji kini memasuki area mall yang berada di Jakarta. Arini takjub melihat kemegahan bangunan mall yang begitu tinggi dan mewah itu. Setelah mobil Panji diparkirkan, mereka berempat langsung masuk mall bersama-sama. Terlihat Alena terus memepet Panji ketika hendak masuk ke dalam mall. Nyonya Diana dan Arini hanya bisa memandangi dari kejauhan. Panji juga tidak terlihat melawan ketika Alena menggandengnya.
"So sweet amat sih kalian."goda Nyonya Diana yang iri ketika melihat dua sejoli sedang di mabuk kasmaran. Sedangkan Arini melihatnya sedikit sinis.
"Kayak nggak punya malu aja. Ini kan banyak orang. Masak ya gandengan terus kayak gitu."batin Arini dengan sinis kearah Alena dan Panji.
"Ya tante."jawab Alena dengan sumringah. Begitupula Panji juga terlihat senang.
"Kalian udah pacaran ya?"tanya Nyonya Diana melanjutkan jalannya lagi memasuki mall.
"Ya tante. Baru tadi Panji nyatani cinta ke aku."jawab Alena dengan begitu bahagia. Tangannya malah semakin erat menggandeng tangan Panji. Nyonya Diana senang mendengarnya. Setidaknya Panji tidak merasa sedih setelah putus dengan Raisa. Panji hanya bisa diam saja.
"Hah…segitu cepatnya dia melupakan Mbak Raisa. Dasar cowok mata keranjang."Arini menatap Panji dengan sedikit tidak suka.
"Kayaknya dia nggak suka kalau aku sama Alena."Panji diam-diam curi-curi pandang kearah Arini yang berdiri disamping mamahnya. Wajah Arini bisa dibaca Panji dari kejauhan.
Saat jalan-jalan di mall mereka sengaja memisahkan diri. Nyonya Diana dan Arini memilih untuk jalan-jalan berdua saja dan membiarkan Panji dan Alena menikmati pacaran mereka di tempat lain. Arini merasa senang ketika Panji tidak berada di dekatnya. Ditambah lagi Alena yang sok tidak tahu malau kalau pacaran membuatnya rishi ketika melihat Panji dan Alena bermesraan di tempat umum.
"Arini ayo kesitu."Nyonya Diana menunjuk kearah satu toko yang menjual pakaian wanita. Arini menurut saja. Mereka berdua langsung masuk ke dalam.
"Kamu pilih mana?"Nyonya Diana menatap setiap pakaian di dalam toko itu. Dia menawarkan ke Arini untuk memilih pakaian yang disukai.
"Pilih gimana ya Nyonya?"Arini bingung dengan pertanyaan majikannya.
"Saya mau membelikan pakaian untuk kamu. Jadi pilih yang kamu sukai."Nyonya Diana berhenti melangkah dan menyuruh Arini untuk memilih pakaiannya sendiri.
Arini akhirnya mau memilih pakaian yang ada di dlam toko itu. Karena majikannya telah memaksanya untuk segera memilih sendiri jadi dia langsung memilih dan mengambil pakaian yang disukainya. Setelah beberapa menit memilih akhirnya Arini mengambil satu kaos warna kuning. Sebenarnya pakaian di toko itu bagus semua. Tapi dia harus memilih satu saja. karena harganya juga mahal sekali.
"Kok Cuma ambil satu. Ambil lagi."Nyonya Diana tidak suka ketika pakaian yang diambil Arini hanya satu kaos saja.
"Ngga usah nyonya. Ini saja. Ini sudah cukup."kata Arini sambil menunjukkan kaos yang diambilnya kepada majikannya.
Berhubung Arini tidak mau mengambil pakaian lagi jadi Nyonya Diana langsung mengambilkan beberapa pakaian lagi. Arini melihatnya begitu kagum sekali ketika majikannya sangat perhatian dan peduli dengannya. Kebaikan Nyonya Diana padanya kini membuatnya bingung gimana bisa dia akan menceritakan kejadian memalukan yang telah dilakukan Panji padanya kepada Nyonya Diana. Saat Arini fokus memandangi majikannya memilihkan beberapa pakaian untuknya tiba-tiba Panji dan Alena menghampirinya. Arini terkejut sekali.
"Sudah mah."tanya Panji melihat mamahnya sudah membawa tas yang berisi banyak pakaian. Panji penasaran kenapa mamahnya membeli banyak pakaian disana. Padahal sebagian besar pakaian yang dijual di toko itu kayak diperuntukkan remaja seperti Arini.
"Sudah kok. Ini Arini."jawab mamahnya dan menyerahkan semua yang dibelinya kepada Arini. Arini malu menerimanya.
"Kenapa dia diperhatikan sama mamahnya Panji sih."batin Alena yang terlihat tidak suka ketika mamah Panji sangat perhatian kepada Arini. Padahal Arini kan hanya pembantu. Seharusnya dialah yang harus mendapatkan perhatian dari mamahnya Panji secara sekarang dia telah menjadi kekasih anaknya.