Download App
33.33% Imagine of You / Chapter 2: Three - 3

Chapter 2: Three - 3

Disela-sela acara, Fany mulai tidak bersemangat dan itu tak luput dari penglihatan sang bunda; Raeji.

"Kenapa?" Tanya Raeji dibalas gelengan kepala oleh Fany.

"Gapapa Bun" jelasnya.

"Yaudah kalo ada apa-apa bilang bunda aja ya, bunda ke baba dulu" pamit Raeji diangguki oleh Fany.

Saat sudah malas dan semakin tidak enak badan, Fany mencoba izin kepada ChengXin untuk kembali ke kamarnya dengan alasan ganti baju.

"Baba, Fany ke atas bentar ya. Mau ganti baju dulu, gerah" pamit Fany setelah diangguki oleh ChengXin.

Disaat Fany berjalan masuk ke dalam rumah, Haoxiang turun dari atas dan berpapasan dengan Fany.

"Fan!" Panggil haoxiang, membuat Fany menoleh dan membatin,

"Untung adek gue lo Xiang, manggil kagak pakek embel-embel jiejie atau kakak lagi. Kebiasaan banget, jadi pengen nampar tapi sayang ntar muka ganteng nya ternodai" batin Fany.

"Kenapa?" Jawab Fany menghentikan langkahnya.

"Ko ga kebelakang?"

"Udah barusan," ujar Fany malas dan terlihat sedang tidak enak badan.

"Yaudah kesana gih, dah ditunggu sama yang lain noh. Tadi Junlin juga nyari" jelas Fany melanjutkan ke atas dan menutup kamarnya. Itu semua tak luput dari pandangan Haoxiang dan seseorang yang tidak sengaja melihat mereka.

"Ge!" Ucapnya membuat Haoxiang menjadi tersentak kaget.

"Astaga! Apaan sih Wen, kebiasaan ngagetin orang Mulu" kesal Haoxiang.

"Hehehe, itu jie Fany kenapa? Kok keliatan pucet gitu mukanya" tanya Yaowen dibalas gelengan kepala oleh Haoxiang pertanda tidak tahu.

"Aneh"

Disisi lain...

Saat Reva baru saja ikut mengantarkan minuman ke baba dan juga para gegenya. Dia melihat Junkai yang sedang berpamitan ke babanya dan keluar gerbang. Junlin yang melihatnya pun memulai pembicaraan,

"Kenapa? Suka Junkai ge ya? Hayoo" goda Junlin.

"Apasih, nggak kok. Kan cuma Gege doang" jelas Reva.

"Terus, kenapa?" Tanya Junlin

"Nggak gitu, cepet banget gitulo pamitnya. Kan kita semua belum juga ada acara jalan-jalan bareng, hiks" jelas Reva dramatis. Lalu meminum tehnya yang tadi diambilnya di meja.

Tiba-tiba...

"HEH, DIEM DIEM BAE. NGOPI DONG NGOPI!!" ujar ZhenYuan yang baru saja datang. Hampir saja Reva tersedak karena suara Zhen yang begitu menggelegar.

"Duh, bisa ga sih ge gausah teriak-teriak segala. Gatau apa ini orang lagi sedih, hiks. Mana mau keselek lagi nih" ujar Reva dramatis. Junlin yang melihatnya hanya memutar bola matanya malas.

"Dih" ucap Zhen.

"Sirik ae lo bang, tau ah gue mau pergi" kesal Reva meninggalkan keduanya. Junlin yang melihat perdebatan keduanya hanya memutar bolanya malas dan menghela nafasnya.

Namun tak lama, Reva kembali dan dengan muka yang sama.

"Ngapain balik?" Tanya Zhen bingung.

"Minum gue ketinggalan" kesal Reva mengambil gelasnya dan kembali melangkahkan kakinya.

"Dih, tuh adek satu lagi PMS ato gimana sih?" Bingung Zhen dibalas gidikan bahu oleh Junlin pertanda tidak tahu.

Saat Reva kembali ke meja untuk mengambil minuman, ia menaruh gelasnya dan mengambil Snack juga sepotong jelly disana yang memang sudah dipotong-potong menjadi beberapa bagian.

Dengan santainya menghabiskan dan mengambil lagi hingga,

"Rev, dicariin baba disana tuh" ujar seorang perempuan yang berpenampilan imut, memakai Hoodie pink dan juga rambut yang diurai sesuai dengan kesan orang padanya. Imut.

"Kenapa? Dimana Jes?" Tanya Reva mengunyah agar-agar nya.

"Tuh disana, lagi bicara sama Jiaqi ge" jelas Jessica menunjuk ke arah dimana ChengXin sedang berbincang dengan Jiaqi dan juga ZhenYuan.

"Oke deh, nitip bentar ya. Jangan dikasih ke siapa-siapa Jess" pamit Reva menyerahkan piringnya kepada Jessica.

"Lah ko malah dikasih ke Jessi sih! Reva gimana sih!" Kesal Jessica melangkahkan kakinya menuju ke meja dimana terdapat Haoxiang, Junlin, Yaxuan dan Yaowen.

Terlihat mereka sedang bermain Uno serta sepertinya Junlin dan Yaxuan yang sedang kesal karena kalah terus-menerus.

"Jessi mau ikut main, kuy!" Semangat Jessica menaruh piringnya di samping meja.

Tiba-tiba telfon milik Haoxiang berdering dan menunjukkan bahwa Tenzo yang sedang menelfon,

"Halo"

"Kenapa? Dengan cogan disini" jawab Haoxiang dengan pedenya membuat decakan keluar dari seberang sana.

"Cih, jangan sok ganteng deh. Bilangin ke Ziyi suruh anterin makanan ke kamar, gue tungguin!" Suruh Tenzo.

"Nyuruh Ziyi ge, nelfonnya ke gue. Pinter deh lo"

"Dahlah, jangan lupa kasih tau Ziyi"

PIP

"Dih, dimatiin lagi. Mana belum selesai bilang" kesal Haoxiang menyimpan ponselnya kembali.

"Kenapa?" Tanya Junlin melihat wajah kesal saudaranya.

"Tenzo minta dibawain makanan ke kamarnya, suruh bilang ke Ziyi ge." Jelas haoxiang.

"Lah, kan bisa turun sendiri. Ngapain nyuruh bang Ziyi coba?" Tanya Yaowen mencomot wafer yang ada di pucuk meja.

"Nah, bener tuh" sambung Yaxuan seraya diam-diam mengintip kartu milik Junlin.

"Heh, ngintip-ngintip. Gaboleh!" Ucap Junlin ketika melihat Yaxuan melirik ke kartu miliknya.

"Nggak kok, cuma tadi ada itutuh, ada apa itu namanya, ada... Lalat! Nah iya lalat, tadi ada lalat di kartu nya, makanya kan gue liatin biar terbang lalatnya." Jelas Yaxuan.

"Ngeles ae lo sukanya" balas Junlin.

"Dahlah, malah debat disini lagi. Ini nyari Ziyi ge dimana?" Pisah haoxiang.

"Itu, sama baba mungkin?" Jawab Jessica mengambil wafer milik Yaowen langsung lima.

"Heh! Banyak banget ngambilnya, mau buat mandi Jess?" Tanya Yaowen mengambil wafernya lagi.

"Hehehe, enak Wen" balas Jessica nyengir ke arah Owen.

"Yaudah, gue mau nyari Ziyi ge dulu. Kalian jangan kemana-mana," ujar Haoxiang baru saja ingin melangkah jika saja tidak mengingat sesuatu yang harus ia bicarakan.

"Oh iya, Xuan!"

"Hah? Kenapa?" Tengok Yaya ke Haoxiang dengan watadosnya.

"Jie Fany sakit tuh kayaknya, tadi gue liat lemes waktu gue mau kesini" jelas haoxiang.

"Nah bener tuh, tadi gue juga liat. Pucet banget mukanya" sahut Yaowen pula membuat YaXuan semakin khawatir.

Karena, saudara sepupu Chengxin yang dekat sekali dengan Fany itu adalah YaXuan. Beberapa orang mengira keduanya memiliki perasaan spesial yang terpendam dalam diri mereka. Namun, siapa yang bisa menentukan bahwa perkataan itu benar atau tidak?

Lihat saja kedepannya bagaimana.

"Hah? Jiejie? Sakit? Sakit apa? Dimana?" Tanya Yaya menaruh kartu Uno nya dan bertanya ke Haoxiang. Sementara itu Jessica, Junlin dan Yaowen melanjutkan permainannya.

"Tanya tuh satu-satu, jangan langsung diborong gitu. Kasian yang jawab ini bingung kagak tau pertanyaannya" kesal Haoxiang.

"Ih beneran ini gue, dimana jiejie?" Tanya Yaxuan dengan wajah seriusnya.

"Di kamarnya lah" jawab Haoxiang melangkahkan kakinya menuju tempat dimana Jiaqi, ChengXin, ZhenYuan dan Ziyi berbincang-bincang.

"Ge!" kedatangan dan panggilan dari Haoxiang membuat semuanya menoleh kepadanya.

"Kenapa?" Tanya ChengXin.

"Ziyi ge dicari Tenzo, katanya suruh anterin makanan ke kamarnya tuh" ucap Haoxiang.

"Hah? Ko gue?" Bingung Ziyi.

"Ya gak tau lah ge, nanya ke gue. Gue aja cuma disuruh bilang begitu," jelas Haoxiang.

"Udahlah, gue mau balik main Uno lagi. Ge, balik ya" sambung Haoxiang sekalian pamit karena tugasnya untuk mengatakan pesan Tenzo sudah ia laksanakan.

"Ck, tuh anak satu suka bikin orang darah rendah deh" kesal Ziyi berdecak kemudian mengambil makanan untuk Tenzo.

"Lah, diambilin beneran. Sejak kapan tuh anak satu nurut kalo disuruh ambil begituan?" Bingung jiaqi dibalas anggukan oleh ChengXin.

"Iya tuh bener, kesambet apaan coba tuh anak" balas ChengXin.

"Kesambet jin kali" sambung ZhenYuan sambil memakan kacang dengan santainya, dan membuang kulitnya mengenai sepatu milik ChengXin.

"Heh! Makan tuh yang bener, buang kulit di sepatu gue. Dikira sepatu gue sampah kali ah!" kesal ChengXin.

"Maap ge, nggak sengaja tadi. Kelempar" retorik ZhenYuan dan dibalas putaran bola mata malas oleh Jiaqi dan helaan nafas kesal oleh ChengXin.

***

Disisi lain, saat Ziyi mengantarkan makanan untuk Tenzo. Baru saja ia melangkahkan kakinya menuju tangga dan menghentikan langkahnya jika saja tidak ada yang menekan bel rumah.

Ziyi menaruh nampan berisi makanan dan cemilan tersebut pada meja dekat sofa dan berjalan menuju gerbang depan.

"Bang Tenzo!" Teriaknya

"Sapa tuh? Kok nyari si Tenzo?" Gumam Ziyi baru sampai di depan pintu rumah.

Hingga, Ziyi didahului oleh Raeji yang bertepatan sedang menuju depan gerbang.

"Iya sebentar!" Teriak Raeji membuka gerbang.

"Bunda!" teriaknya senang memeluk Raeji. Ziyi yang tidak jelas melihat wajahnya hanya menghentikan langkahnya dan mencoba melihat siapa yang datang.

"Duh anak bunda dah balik aja, gimana sekolah disana?" Tanya Raeji menutup gerbang dan mengajaknya ke dalam.

"Kok mukanya gak asing ya?" Gumam Ziyi.

"Ziyi ge!" Teriaknya berlari ke arah Ziyi dan memeluknya.

"E-eh eh, iya" canggung Ziyi. Namun dibalik punggung sang empu yang memeluk, Ziyi mencoba berbicara bahasa isyarat yang pada intinya menanyakan bahwa 'siapa dia jie?' dan dibalas oleh Raeji senyuman.

"Jadi, ini itu Rara. Masa kamu lupa sih?" Ujar Raeji kepada Ziyi.

Sontak Ziyi kaget dan tidak percaya karena saat terakhir ia melihat Rara ialah masih pendek dan sekarang lumayan tinggi sih, meskipun Ziyi tetap lebih tinggi dari Rara.

"Yaampun, adiknya nya Gege makin cantik aja, sampe pangling kan saking bedanya. Tapi, tetep aja tuh tingginya" ujar Ziyi mengacak rambut Rara.

"Plis lah ya ge, Rara tuh kan emang pada dasarnya paling pendek kalo udah kumpul sama Gege plus semuanya" jelas Rara memutar bola matanya malas.

"Oh, iya bentar ya... Bunda mau ngantar makanan dulu ke baba kamu" pamit Raeji kepada keduanya.

"Oke Bun" jawab Rara.

"Ekhem, kayaknya ada yang kangen sama Tenzo nih dari bau-bau nya udah kecium nih" goda Ziyi dibalas tatapan kesal serta pipi yang mulai memerah oleh Rara.

"Tau ah Ziyi ge, Rara marah" kesal Rara melangkahkan kakinya menuju pintu rumah.

"Yaudah sini biar gege bantuin, tuh nampan nya bawa ke kamar Tenzo. Tadi dia minta makan soalnya, kebiasaan tuh kakinya gamau gerak. gak mau turun ke bawah buat ambil makanan sendiri" cerocos Ziyi melangkahkan kakinya keluar rumah dan pergi kembali ke taman belakang menuju ChengXin, dkk.

"Duh, Gue dah cantik belum ya?" Tanya Rara kepada dirinya sendiri.

"Eh bentar bentar, ngaca dulu ah" ujarnya mengeluarkan ponselnya.

"Rara!!"

Tbc.


Load failed, please RETRY

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login