Setelah sampai rumah, aku segera membawa koperku ke dalam kamar dan kembali membereskannya.
Ternyata, bibi juga mengikutiku dari belakang.
"Lalu bagaimana dengan kamu?" tanya bibi meneruskan pembicaraan tadi.
"Hatiku sudah biasa terpatahkan, bi. Maka dari itu semuanya sudah menjadi hal lumrah bagiku."
"Kamu selalu rela mengorbankan hatimu untuk semua urusan. Kenapa kamu memutuskan semua ini? Apa kamu tak merasa kasihan dengan dirimu sendiri?"
"Aku harus bagaimana lagi, bi?" tanyaku, "semua ini salahku. Aku yang harus bertanggung jawab untuk semuanya."
"Lalu kenapa kamu tak menemui Hamzah dan mengatakan semuanya? Setidaknya minta maaf. Bibi yakin dia pasti akan memaafkanmu."
"Tak semudah itu. Sikap Hamzah dan Alif hampir sama. Aku bisa melihat mereka kecewa dari kedua sorot matanya. Walau bibi tak tahu, tapi aku tahu."
"Itu artinya kamu sudah mencintai Ham-"
"Tidak, bi." tukasku dengan cepat, "mana mungkin dan mana bisa juga aku bisa mencintai seseorang selain Alif?"
Terima kasih atas cinta dan kesetiaan yang telah teman-teman beri untuk ikut menjalani romansa kehidupan Alif, Reine dan Hamzah ini. Terima kasih pula bagi teman yang telah memberi penghargaan lebih kepada saya melalui cerita ini. Semoga teman-teman semua selalu dalam lindungan dan kasih sayang Allah SWT.