Download App
10.52% Something Between Us / Chapter 2: #2 The First and The Last Mission

Chapter 2: #2 The First and The Last Mission

Special Operation Squad 'Levi' sudah berkumpul di halaman depan base seperti yang di janjikan. Petra dapat melihat tiga lelaki lain tidak mendapat tidur yang baik semalam meskipun mereka sudah mendapat pekerjaan berat disiang harinya. Sama seperti dirinya. Kantung mata hitam jelas terlihat. Membuat mereka terlihat mirip dengan Kapten-nya.

Entah kenapa Kapten Levi meminta mereka untuk mengemasi barang, tidak semua, dan menyiapkan kuda mereka. Dan disini mereka sudah siap dengan jubah mereka. Kelihatannya mereka kan melakukan perjalanan.

Tidak lama Levi datang menunggangi kuda, mendekat kearah mereka. dengan sigap mereka kembali ke posisi. sekuat tenaga menahan kantuk dimata. bagaimanapun, ini adalah alasan mereka tidak bisa tidur.

"Selamat pagi, Kapten Levi!" Mereka memberikan salute.

"Bawa barang kalian. Kita berangkat sekarang." Balasnya tanpa basa-basi.

"Kemana kita akan pergi, kapten?" Tanya Eld.

"Base"

"K-kita punya base pribadi?!" Dengan squad yang hanya berjumlah 5 orang, namun mereka mendapat base pribadi. Petra mengerti jika Eld terkejut.

"Jika yang kau maksud base sementara, ya."

"Huh?"

"Kita hanya mendapat base sesuai dengan misi yang akan kita jalani."

"Jadi, kita akan berpindah-pindah base?" Gunther mencoba memperjelas.

"Ya." Mereka terdiam, tidak tahu apa mereka harus merasa khawatir atau bersemangat. Lalu, Levi melanjutkan "Karna itu sebaiknya kalian membawa barang berharga. Mungkin kalian tidak akan kembali ke sini hidup-hidup" akhirnya mereka memutuskan untuk merasa khawatir.

Setelah di pastikan semua siap, mereka menunggangi kuda mereka keluar menuju bagian dalam dinding rose hingga pada siang hari mereka hampir tiba di sebuah camp yang terlihat tidak asing.

"Ini, base pelatihan prajurit?" Petra memandang base dari kejauhan selagi mereka berkuda semakin dekat. "Tapi kupikir kita di dalam dinding Rose sekarang"

"Ini base lama mereka." tanpa di duga, Levi membalas gumaman Petra.

"Aku tidak tahu dulu mereka membangun base disini."

"Wajar saja. Kau datang beberapa tahun setelah mereka membangun base yang baru."

"Ah.." semakin dekat dilihat semakin terlihat seperti cabin yang sudah lama di telantarkan. "Apa kapten berlatih disini dulu?"

"...."

Levi sejenak terdiam, membuat Petra berpikir mungkin pertanyaannya terlalu pribadi.

"Tidak" akhirnya Levi menjawab. Seolah tidak ingin membahasnya lebih lanjut, ia pergi lebih dulu meninggalkan Petra.

Apa maksudnya 'tidak'? Apa aku menyinggungnya? pikir Petra.

***

Mereka tiba di base pada siang hari. Seperti yang di harapkan dari base yang terlantar. Banyak debu dan jamur di sekitar ruangan. Base yang ada di bayangan mereka dan kenyataan terlalu jauh berbeda.

"Kadet"

"Ya, kapten!"

"Kita mulai operasi"

"Huh?"

Tanpa memperdulikan wajah bingung mereka, Levi memberikan sapu, Kain lap dan pembersih debu pada mereka.

"Gunther, Eld, lantai 1. Petra, Oluo lantai 2. Aku akan membersihkan teras Dan atap. Aku tidak ingin sebutir debu pun tersisa."

"...."

"Apa yang kalian tunggu?"

"Laksanakan, Kapten." Dengan itu mereka segera berpencar, atau lebih terlihat lari dari tatapan membunuh Levi.

Hampir menjelang sore, mereka hampir selesai dengan operasi bersih-bersih mereka. Melihat hari semakin sore, Levi menghampiri mereka sekedar memeriksa hasil pekerjaan mereka, namun sisi perfectionist Levi tidak menerima. ia menggosok bingkai jendela dan segera membersihkan tangannya dengan sapu tangan yang kelihatannya selalu ia bawa.

"Mulai dari awal"

"Eh?!" Pertra Dan Oluo terkejut dengan mata tajam Levi. Mereka pikir mereka sudah melakukannya dengan baik.

"atas lemari, bagian bawah meja, sudut ruangan dan ini." ia menunjukan jari yang ia gunakan untuk menyentuh bingkai tadi, namun mereka tidak dapat menyemukan apapun disana. "Lakukan lagi" Dan dia pergi begitu saja.

"Siapa yang menyangka kapten Levi suka bersih-bersih" gumam Oluo.

"Aku tidak tahu. Lebih terlihat dia tidak suka kotor" koreksi Petra.

"Apa bedanya?"

"Kau bodoh ya?"

"Siapa perduli? Kita prajurit, bukan tukang bersih-bersih."

"Apa salahnya? Aku juga lebih suka tempat bersih untuk istirahat. Selain itu, semua tempat yang kapten sebutkan adalah bagianmu!"

"Cih"

"Petra, Oluo" Levi tiba-tiba muncul dari tangga. Membuat Oluo hampir jatuh dari kursi yang sedang ia naiki. "Aku Akan pergi mencari stok makanan. Jika kalian sudah selesai, istirahatlah."

"S-siap kapten" Oluo berdoa sekuat tenaga agar kapten tidak mendengar apapun sebelumnya.

"Aku Akan membantumu, kapten." Petra berlari kecil menghampiri Levi.

"Petra!" Teriakan Oluo penuh rasa terkhianati.

"Aku selesai dengan bagianku."

Sejenak Levi terdiam, menatap Petra seolah mencari sesuatu di wajahnya. Membuat Petra berpikir dua Kali untuk ikut dengannya.

"terserah." Dan Levi pergi.

Petra mendesah berat seolah baru saja terbebas dari tekanan berat, sedikit ragu akan pilihannya namun tetap berlari menyusul Levi tanpa memperdulikan Oluo sedikitpun.

Pertra dan Levi berangkat menunggangi kuda menuju distrik terdekat di dinding sina. dan seperti yang Petra perkirakan, suasana tidak akan seringan ketika ia bersama orang lain. ia tahu Levi memang tidak banyak bicara dan memiliki aura berat, tapi ia sudah memutuskan untuk lebih mengenal Kaptennya sebagai bawahan. ia bukan tipe orang yang senang dengan suasana canggung dan tegang, jadi ia mencoba berkuda di samping Levi.

"kupikir kita akan berburu." Petra membuka topik.

"kenapa kau berpikir demikian?"

"uh, aku tidak tahu kita dekat dengan dinding Sina dan berburu lebih bisa menghemat pengeluaran."

"...."

apa aku salah bicara lagi?

"aku tidak akan membawamu jika kita harus berburu."

"meskipun aku yang menawarkan diri."

Levi memandang Petra tajam, membuat Petra sadar betapa bodohnya dia dan mulut besarnya. "maksudku, aku memang tidak pernah berburu, jadi aku pasti hanya memrepotkanmu." ia bisa merasakan keringat dingin di pelipisnya.

"kau membunuh titan. Membunuh seekor beruang bukan masalah untukmu."

"huh? t-terimakasih..?"

"?" alis Levi mengerut, bingung memandang Petra.

"itu bukan pujian?" Petra mulai menyesali ucapannya. Mungkin Levi berpikir dia bodoh.

"hmp, mungkin." dan Levi melajukan kudanya lebih cepat.

Apa itu? Kapten tersenyum? dan dia benar-benar memujiku?

Mereka mengikat kuda mereka di dekat gerbang dinding dan berjalan mengelilingi kota. Levi memastikan mereka tidak memakai seragam agar tidak menjadi perhatian polisi militer. Dinding Sina seperti yang mereka ketahui adalah wilayan kekuasaan polisi militer dan mereka tidak memiliki hubungan yang baik dengan Recon Corps. Selain itu Erwin ingin keberadaan Squad khusus ini di rahasiakan selama mungkin. Mengingat banyak pihak yang bertentangan dengan banyak kebijakannya.

"Kapten, haruskah kita lihat ke toko itu?" Petra menunjuk sebuah kios yang lebih ramai di banding kios di sekelilingnya.

"jangan panggil aku kapten disini. Sudah ku bilang ini wilayah polisi militer."

"maaf, kalau begitu..."

T-tunggu dulu! Berjalan berdua mengelilingi kota, menggunakan pakaian normal dan memanggil nama satu sama lain. Bukankah ini yang mereka sebut kencan?!! Aku dan Kapten?! k-kalau dilihat-lihat Kapten tidak buruk. Walau menyeramkan tapi sebenarnya dia cukup seksi. OMG, petra, apa yang kau pikirkan?!

"l-l-le-le..." Petra kesulitan menemukan kata-katanya akibat pemikirannya sendiri.

"kau pergi ke sana, aku akan mencari di tempat lain. Kita bertemu di gerbang perbatasan."Levi pergi bahkan tanpa menunggu Petra berhasil menyebut namanya.

"eh?? Kita tidak mencari bersama?"

"kau bilang kau akan membantuku, bukan kencan?"

Dia membaca pikiranku!

"pastikan polisi militer tidak mengikutimu." Dan Levi menghilang di kerumunan. Entah bagaimana Petra merasa kecewa seperti saat cintanya di tolak.

"Astaga, dia sangat ketat. Bagaimana aku bisa lebih dekat dengannya?" Gumam petra.

****

Hari semakin sore. Levi sudah tiba di tempat yang mereka janjikan lebih dulu meski Petra yakin ia hanya membeli barang seperlunya dan sebelum hari benar-benar gelap, mereka tiba di Base.

"Mengenai misi pertama kita." Soetelah seharian penuh mereka bertanya-tanya mengenai fungsi dari keberadaan Squad ini, akhirnya Levi membuka suara setelah makan malam selsai. "Atau mungkin misi terakhir."

Mereka yang sebelumnya sibuk membereskan sisa makan malam kini duduk kembali di meja makan, mendapat isyarat bahwa ini bukan topik sepele. Mereka memandang serius pada Levi di meja makan paling ujung.

"untuk saat ini, yang harus kita lakukan adalah berlatih."

"....." Mereka terdiam, berharap Levi meneruskan tapi tidak ada kata yang kunjung datang dari bibirnya.

"Kapten, apa artinya ini?" Eld mulai tidak sabar.

"tepat seperti yang kalian dengar." Mereka tidak mampu menemukan kata yang tepat untuk membuat mereka mengerti dengan keadaan.

"j-jadi itu alasan kenapa Base pertama kita disini?" Gunther akhirnya bicara, berharap ia salah.

"meski tidak terawat, tapi peralatan di sini masih bisa di gunakan. Selain itu tempat ini medan paling tepat untuk berlatih."

"...."

Melihat wajah kecewa para kadetnya, Levi memutuskan untuk memberi mereka petunjuk. Ia bukan tipe orang yang akan memberi informasi cuma-cuma tanpa membuat pihak lain menggunakan otaknya. "kalian ingat apa yang terjadi pada distrik shigansina?"

"titan setinggi 50m tiba-tiba muncul dan merusak gerbang besama titan berarmor. Membuat titan yang lain masuk dan menghancurkan kota" Petra menjawab ragu. "namun mereka menghilang begitu saja seperti saat mereka datang."

"bagaimana menurut kalian?" Levi kembali bertanya.

Tidak mengerti dengan arah pembicaraan mereka, namun Gunther tetap menjawab. "kedua titan itu datang hanya untuk membiarkan titan yang lain masuk."

"benar. mereka tidak membunuh manusia secara langsung." Mereka menatap Levi serius, mencoba menangkap apa yang ia coba katakan. "dan menurutmu, kenapa ia menghancurkan gerbang di banding bagian dinding yang lain?"

"eh, karna bagian terapuh dinding adalah bagian gerbang." Eld menjawab ragu, namun ia tersentak dengan apa yang ia jawab. "b-begitu.."

Pandangan mereka semua beralih pada Eld.

"meskipun gerbang tidak lebih dari 5% dinding, mereka tetap mengincar gerbang. dan jika mereka tahu tentang bagian terapuh dari dinding, kenapa mereka tidak menghancurkannya sejak dulu?"

Akhirnya mereka mulai mengerti kemana Levi coba tuntun mereka untuk berpikir. Sedikit mengerti dengan ancamannya, mereka tidak mampu untuk meneruskan.

"karena selama ini, dua titan itu tidak disana." Petra bergumam.

"benar, tidak seperti titan pada umumnya yang bergerak menggunakan insting," Levi kembali membuka "kemungkinan besar mereka mampu mengendalikan akal mereka. Mereka datang dan menggunakan titan yang lain untuk menghancurkan manusia."

Lagi-lagi mereka membisu. Ancaman dan rasa takut yang sudah lama mereka rasakan kembali lagi.

"atau setidaknya itu hanya asumsi sementara. Kuakui kemampuan kalian memang sangat baik, tapi tugas kita berada di level yang berbeda. Apa kalian pikir dengan kemampuan kalian sekarang, kalian mampu mengalahkan mereka?" Levi menatap mereka, mendesak mereka untuk berpikir.

"jadi misi kita yang sebenarnya adalah mengalahkan titan itu?" setelah sekian lama terdiam menahan ancaman, Ouluo akhirnya memastikan.

"...." sejenak Levi terdiam, terlihat ia sendiri tidak yakin akan misi yang ia tangani. "kita tidak memiliki informasi apapun tentang mereka. Jika kita mencoba berhadapan langsung dengannya, itu sama saja kita berjalan menghampiri lubang kuburan kita."

Melihat bahkan manusia terkuat sekalipun ragu, membuat mereka semakin terancam. Nama Special Squad memang bukan main-main, akhirnya mereka menyadari itu. Semua ucapan Levi yang mereka pikir hanya lelucon, kali ini tidak sedikitpun mereka berani berpikir demikian.

"membunuh mungkin terlalu berat, tapi jika hari itu datang, kitalah orangnya yang akan menghadapi mereka. Minimal, kita harus mendapatkan informasi yang berguna. Karna itu kalian disini. Aku memilih kalian bukan hanya kalian kuat. Tapi kalian memiliki ikatan."

"ikatan? Maksudmu karna kita berada di angkatan yang sama?"

"yang ingin kuasah dari kalian adalah insting, kecepatan, dan ikatan. Jika benar titan itu berakal, point unggul dari kita hanyalah kecepatan dan jumlah. Tapi apa arti jumlah jika kita tidak bisa mengoptimalkannya."

Mengerti dengan keadaan dan tujuan mereka, akhirnya mereka menekadkan hati mereka kembali kepada kejayaan umat manusia. Meski mereka tahu kapanpun titan itu muncul, mungkin itu adalah hari terakhir mereka bertugas. Itulah jalan prajurit yang harus mereka lalui.

TBC------ >


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login