Download App
3.94% The Pureblood Mafia / Chapter 3: Part 3

Chapter 3: Part 3

Right now, maybe I don't cry, but it hurts. Maybe I don't say but I feel. Maybe I don't show but I care. If you don't want me, don't mess with my feelings. ~ Draco

Sepulang sekolah Draco tidak langsung pulang, melainkan dia membaca novel di dekat mobilnya. Tanpa Ia sadari, sahabat sahabatnya pun menghampiri dia.

"Hei Drac! Kau tidak pulang?"

Saat itu juga Draco langsung melepas headphonenya dan berkata.

"Aku bosan tinggal di neraka, lebih baik aku tinggal di sekolah."

"Hahaha, dasar."

"Apakah ibumu tidak marah jika kau pulang terlambat?"

"Aku tidak punya ibu. Namun, itu urusan nanti. Aku akan tinggal bilang padanya, bahwa aku sedang mengerjakan projekku."

"Memang benar benar nekat temanku yang satu ini. Ya sudah aku pulang dulu, Drac."

"Aku juga akan pulang. Sampai jumpa besok."

"Bye."

Draco langsung melanjutkan membaca novelnya. Sementara itu, Tom masih mengawasi Drac dari kejauhan. Lalu Ia berkata pada dirinya sendiri.

"Apakah aku harus mendekatinya ya? Aku rasa tidak apa kan kalau aku hanya menjadikan temannya? Lagipula aku kasihan padanya. Tidak ada yang menemaninya... Sudahlah, aku akan menawarinya dan mengajaknya makan."

Lalu pria berambut cokelat dan bermata biru kehijauan keluar dari mobilnya sambil membawa soda menghampiri Draco.

"Hei nak! Kau sendiri? Boleh aku duduk disini?"

Draco pun menutup novelnya dan berkata

"Tentu."

Apa dia ingin menculikku? Tanya Draco dalam hati

"Minumlah ini, aku rasa kau pasti haus di hari yang panas ini."

"Terima kasih." Draco membuka sodanya dan meminumnya

"Kau mau makan? Ada restoran di dekat sini. Apakah kau mau jalan kesana?"

Apa apaan ini? Apa aku mengenalnya? Sudahlah, setidaknya aku punya teman untuk berbicara. Ini lebih baik daripada pulang ke neraka. Batin Draco

"Tentu, aku kebetulan ingin makan."

"Ngomong ngomong apa kau diperbolehkan menaiki itu? Kau kelihatannya belum cukup umur, nak hahahaha." Katanya sambil tertawa

"Yup, tentu saja aku belum cukup umur. Namun keluargaku tidak akan peduli."

"Bagaimana kalau kita jalan ke restoran saja? Aku tidak mau mengantar kita ke restoran naik mobil, aku takut kau berpikir aku akan menculikmu."

"Baiklah, hahaha."

"Oh ya, kita belum kenalan namaku Tom. Lebih tepatnya Thomas Wolfhard."

"Namaku Draco, Lucious Draco Kingstone."

"Kau sekolah disini?"

"Ya."

"Kenapa kau menghampiriku?" Sahut Draco lagi

"Tidak ada, aku hanya ingin menemani seorang anak berumur 14 tahun. Aku bosan dan butuh teman bicara, lagipula aku juga lapar."

"Bagaimana kau tau usiaku 14?"

"Menebak."

"Ngomong ngomong ceritakan soal keluargamu Draco."

"Kenapa kau tiba tiba ingin bertanya soal keluargaku, apa kau mengenal mereka?"

Bodoh sekali aku? Kenapa aku bertanya seolah menginterogasinya? Pasti ini karena kebanyakan menginterogasi musuh musuh di dalam dunia gelapku. Sudahlah tenang Thomas, tenang.

"Tidak, tapi aku hanya ingin tahu lebih dalam tentangmu. Aku akan menceritakan diriku juga, jika kau mengenalkan dirimu."

"Aku akan menceritakannya sesampai di restorannya sambil makan nanti."

Setelah itu tibalah mereka direstoran yang akan mereka tuju. Mereka memesan makanan dan Draco pun mulai bercerita tentang keluarganya tetapi ia tidak menceritakan soal kakaknya.

Kasihan sekali anak ini. Batin Thomas

"Apa kau punya kakak ataupun adik?"

Deg!

"Ya, aku punya kakak kalau adik hanya sepupu saja."

Ini kesempatanku membongkar rahasia Charlie.

"Siapa namanya?"

"Namanya Charlie Kingstone, dia adalah kakak yang baik. Dia selalu menjaga dan merawatku, dia bahkan tidak pernah marah padaku. Dia orang yang baik. Dulu saat malam hari, kami biasanya mengikuti balapan liar. Nama kakakku terkenal di dunia balap liar. Tetapi kemudian sikapnya berubah, dia semakin aneh sikapnya menjadi gelisah dan takut. Lalu ia sering menyelinap keluar tiap malam, padahal bukan untuk balapan dan kemudian di suatu malam Ia meninggalkan surat, disana ia menulis. "Aku takut akan kehilangan kamu Draco, maaf aku harus pergi meninggalkanmu. Ini demi keselamatanmu, aku tidak mau mereka mengincarmu dan aku tidak mau kehilanganmu, dunia kita sudah berbeda sekarang. Maaf, tapi aku tidak ingin melibatkanmu."

"Aku sama sekali tidak mengerti apa yang Ia tulis. Apa maksudnya Ia takut?" Kata Draco lagi

Ah... Jadi ini alasan Charlie menutupi soal adiknya. Tetapi itu berarti Charlie tidak menginginkan Ia menjadi sepertinya.

"Entahlah nak, dunia ini rumit dan penuh rahasia. Aku sama sekali tidak mengerti dunia yang aneh ini. Namun tenanglah, aku tahu rasanya kehilangan seseorang yang kau cintai, tetapi bedanya dia tidak akan kembali selamanya. Aku kehilangan adikku beberapa bulan lalu. Ia meninggal karena obat obatan yang Ia konsumsi aku harusnya tau jika ia menderita, tapi aku tidak mengetahuinya, aku kurang peduli padanya, seharusnya aku memperlakukannya dengan baik." Ujar Tom

"Aku turut berduka."

"Sudahlah yang berlalu biarlah berlalu, lupakan masa lalu, masa lalu yang buruk hanya akan mengganggu pikiranmu."

Ternyata anak ini adalah anak yang terbuka. Tidak seperti kakaknya. Charlie adalah orang yang tertutup. Apa karena kematian Ron, sahabatnya dia meninggalkan Draco? Batin Tom

"Oh ya, aku belum cerita soal keluargaku. Keluargaku sudah meninggal akibat kebakaran saat umurku 18 tahun dan seperti yang kau tahu, aku punya adik perempuan. Namanya France, dia adalah anak yang tertutup. Ia tidak pernah cerita apa apa padaku. Sejak kejadian itu, dia semakin murung, sedih, dan aneh. Setiap kali kutanya ada apa dengannya? Dia selalu menjawab tidak ada, aku baik baik saja. Kukira dia benar benar baik baik saja, tetapi dia hanya menutupi semua itu agar aku tidak khawatir padanya. Aku juga tidak tau kalau dia mengonsumsi obat obatan. Aku tahu, aku kakak yang buruk, aku kurang mempedulikannya, dan kurang memberikannya kasih sayang. Jadi kematiannya adalah salahku."

"Aku minta maaf." Ucap Draco

"Yah, setidaknya kita sama sama menderita nak. Hahaha".

"Benar benar sialan kau, Tom."

"Hahaha santai saja, lebih baik kita langsung saja menghabiskan makanannya sebelum dingin."

"Baiklah."

Setelah mereka selesai makan.

"Ngomong ngomong apa kau punya pacar?" Tanya Tom

"Tidak, Aku rasa aku tidak punya waktu untuk itu. Aku masih belum bisa mengenal cinta dan aku masih belum bisa menyukai seseorang. Bagaimana denganmu?"

"Aku sudah punya istri dan anak." Tawanya

"Maaf, aku tidak bisa melihat cincinmu karena tertutup sarung tanganmu hahaha, Bagaimana dengan sahabat? Apakah kau punya?"

"Aku punya banyak sahabat dan paling dekat denganku namanya Ray. Dia orang yang paling tenang yang pernah kutemui, bahkan dalam keadaan mendebarkan pun dia tetap tenang, Bagaimana denganmu?"

"Wow. Aku punya sahabat namanya Michael dan satu lagi Felix."

"Ah... begitu."

Sejak saat itu mereka terus berbicara tentang diri mereka, membuka diri satu sama lain dan semakin dekat. Tak terasa matahari sudah mulai gelap.

"Shit! Jam berapa sekarang?"

"Jam 6?"

"Fuck! Nenek tua bangka serta keluarganya itu akan membunuhku! Ditambah lagi, keluarga Kingstone sedang pergi ke Roma."

"Baiklah, ayo kita pulang! Mau kuantar?"

"Tidak, terima kasih itu hanya akan membuatku terkena masalah."

"All right, see you tomorrow, Drac." Ucap Tom

"See you tomorrow, Tom."

Saat itupun Draco berlari menuju ke mobilnya dan bergumam.

"Aku tidak pernah sedekat ini dengan seseorang yang baru aku kenal, seperti Michael dan Felix. Yah sudahlah, itu artinya aku dapat teman baru. Ditambah lagi, Tom sepertinya orang baik dan pengertian."

Sesampai di rumah, ibunya sudah memasang raut tidak senang.

"Darimana saja kau? Kau tau jam berapa ini?!"

"Aku mengerjakan proyek. Lalu makan di restoran yang dekat sekolah."

"Dasar tidak tau diri! Yang kau tahu hanya buang buang uang saja!"

Astaga! Aku lupa membayar makananku tadi. Sialan! Aku merasa tidak enak pada Tom. Batin Draco.

"Kenapa kau diam saja, hah?! Apa kau tidak punya mulut?!?!"

Berengsek! Umpat Draco dalam hati.

"Maaf."

"Dasar anak sial. Kau tidak akan bisa menjadi apa apa saat besar nanti." Kata ibunya sambil menampar Draco.

Seketika itu pun Draco langsung marah.

"Apa apaan itu, hah?!?! Aku sudah muak tinggal disini! Memangnya aku tidak boleh makan?! Setidaknya aku membeli makanan itu memakai uangku! Masalah seperti ini saja dibesar besarkan! Dasar jalang!!! Selama ini aku hanya diam saja! Aku diam saja saat kau memukuliku! Aku diam saja saat kau menyakiti dan merobek robek hatiku! Namun sekarang aku tidak mau tunduk padamu beserta keluarga Krystall yang bajingan!!! Suatu hari, akan kubunuh semua anggota keluarga Krystall sampai tidak tersisa! Akan kutunjukkan bahwa aku dilahirkan untuk membunuh setiap anggota keluarga Krystall dan semua itu adalah salah kalian!"

"Dasar anak kurang ajar!" Saat ibunya ingin menampar Draco. Draco langsung memegang tangan ibunya dan berkata dengan dingin.

"Kau pikir aku takut padamu? Aku bukan anak kecil yang tak berdaya lagi. Aku selalu berharap kau bukan ibuku. Aku bahkan tidak sudi memanggilmu ibu! Aku berharap tidak pernah dilahirkan dikeluarga sialan ini! Jika kau ingin memukulku, maka aku tidak segan segan akan memukulmu dua kali lipat. Apa menurutmu aku akan memaafkan dan melupakan apa yang selama ini kau perbuat pada aku dan kakakku? Lihat saja, aku akan balas dendam."

Keluarga Krystall pun kaget melihat kelakuan Draco

"Apa yang kalian lihat berengsek!!! Apa kau mau mati!"

"Dasar anak durhaka!" Ucap bibinya

Saat itu semakin marahlah Draco, dan diambilnya pisau lemparnya dari sakunya. Kemudian Ia melemparnya pada bibinya. Untunglah lemparan Draco meleset, sehingga tidak mengenai bibinya. Melihat lemparannya meleset, Draco langsung berkata.

"Sialan! Aku meleset. Kalian beruntung aku meleset, mulai saat ini jangan macam macam kepadaku! Jika kalian macam macam, maka akan ada pisau menancap di kepala kalian!" Draco memasang tatapan membunuhnya. Setelah itupun Draco segera pergi mencabut pisau yang menancap di dinding. Lalu pergi ke kamarnya, kemudian membanting pintunya.

"Benar benar hari yang sial!" Kata Draco sambil berbaring di kasur

"Aku tidak percaya telah melakukan itu, mulai saat ini aku tidak perlu lagi takut pada si tua bangka itu dan keluarganya. Aku yang seharusnya perlu ditakuti sekarang. Hhhh... lebih baik aku fokus pada penjual kokainku. Urusan keluarga nanti saja. Semakin hari semakin naik saja penghasilanku. Apa aku seterkenal itu ya di dunia gelap itu?"

Saat itu Draco membuka lemari senjatanya, memakai masker, dan jasnya. Lalu keluar dimalam hari menjual ganja, kokain, heroin dan pergi ke kasino. Tom yang masih mengawasinya dari luar berkata.

"Anak itu benar benar punya jadwal yang sangat padat ya, aku rasa aku punya firasat sebentar lagi dia akan keluar dari rumahnya. Kita lihat saja Draco kemana kau akan pergi. Aku akan menyusulmu teman." Kata Tom sambil melihat GPSnya.

Setelah itu Tom pergi mengganti pakaiannya dengan jas, kemudian mengikuti Draco ke kasino James.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login