Bodo ah mau gue di PHPin yang penting gue mau makan.
-Didit-
“Abang terrrr ganteng pulang!” teriak Arya yang baru saja memasuki pintu rumah.
“Ni pada kemana sih kok nggak ada orang?”gumam Arya kemudian karena tak ada yang menyahuti teriakannya.
“Eh Aden sudah pulang.” Ucap Bik Iyem yang kebetulan melihat Arya.
“Eh Bibik,” Arya berjalan mendekat ke Bik Iyem dan menyalaminya.
“Bibik sampe sini kapan? “ tanya Arya setelah menyalami Bik Iyem.
“Tadi siang Den.” Jawab Bik Iyem apa adanya.
“Alana mana Bik kok nggak kelihatan?” tanya Arya.
“Di kamar Den, itu tadi Non Alana...” Bik Iyem menghentikan ucapannya karena teringat permintaan Alana tadi agar tak memberi tahu tentang Alana yang mimisan.
“Alana kenapa Bik?” tanya Arya yang perasaan.
“Itu Non Alana nyari Aden.” Karang Bik Iyem.
Arya pun lantas menuju kamar Alana untuk melihat adiknya apakah baik-baik saja. Sesampainya di depan pintu kamar yang bertuliskan nama Alana. Arya membuka sedikit pintu tersebut dan mendapati Alana sedang tertidur dengan posisi yang sepertinya kurang nyaman. Arya pun lantas berjalan mendekat ke tempat tidur Alana.
“Ini kenapa ada kompres di sini?” gumam Arya yang mendapati hidung Alana yang ditempeli kompres. Arya menyingkirkan kompres tersebut dan membenarkan posisi tidur Alana.
“Adek abang nggak papakan? jangan tinggalin abang ya Na. Because you are mood booster in my live Na.” Ucap Arya dengan mengecup kening adik satu-satunya itu. Karena tak ingin mengganggu Alana, Arya menyelimuti Alana kemudian meniggalkan Alana sendiri.
# # #
Warung Mang Tatang...
Di warung bakso Mang Tatang yang menjadi tempat biasa penghuni grup chat Hamba Allah berkumpul selalu ramai akan pembeli. Mungkin selain murah meriah, letak warung tersebut yang berada di tempat yang memiliki suasana yang mendukung juga menjadi daya tarik tersendiri.
Warung Mang Tatang tersebut terletak di pinggir sebuah danau kecil dan taman yang rindang. Namun kali ini saat Vano, Dino, Yahya, Didit dan Heri datang kondisi warung bakso Mang Tatang masih sepi. Mungkin karena mereka datang terlalu cepat.
“Assalamu’alaikum Mang!” kata mereka serentak.
“Wa’alaikumsalam, ada apa ini tumben jam segini kemari?” tanya Mang Tatang yang sedang mempersiapkan dagangannya.
“Kita mau bantu Mamang buka warung, ya nggak Bro?” kata Didit.
“Bra bro bra bro, dikira gue brondong apa?” celetuk Yahya yang mendengar Didit memanggilnya dengan sebutan ‘Bro’. Vano, Dino dan Heri pun jadi tertawa karena celetukan Yahya tersebut.
“Brondong mah lo aja Ya, gue mah nggak.” Kata Vano menyauti celetukan Yahya.
“Elah Ya, lo katrok apa gimana dah? Bro itu panggilan gaul. Ya nggak?” ucap Didit.
“Katrok!” teriak Vano, Dino, Heri dan Yahya di sekeliling Didit.
”Anjay, kuping gue bisa budeg kalo kek gini.” Kata Didit sambil menepuk-nepuk telinganya.
“lagian lo alay.” Kata Heri dengan jujur.
“Gaul broh itu namanya.” Ucap Didit lagi.
“Gaul bokong lo.” Balas Yahya.
“Gaul sama alay beda tipis Dit.” Kata Dino juga.
“Setipis kepekaan dik e ke elo.” Celetuk Vano.
“Curhat lu Van?” tanya Dino men-skakmat Vano.
“Curhat mah curhat aja Van nggak usah pake kode-kodean, sini-sini dedek dengerin.” Timpal Didit yang sudah duduk di salah satu bangku yang disediakan warung Mang Tatang. Vano yang masih berdiri pun lantas mendekat ke tempat duduk Didit dan yang Vano lakukan selanjutnya ialah duduk di samping Didit.
“Keluarin semua keluarin, uneg-uneg yang terpendam di dalam jiwa dan ragamu.” Kata Didit kemudian setelah Vano duduk di sampingnya.
“Wah Vano mau curhat tu, gue mau ikutan ah.” Kata Yahya yang semula sedang berdiri pun lantas ikut duduk bersama Didit dan Vano. Dino dan Heri yang tahu pun juga jadi ikut-ikutan duduk. Mereka duduk mengitari meja warung dan saling berangkulan dengan mencondongkan badan ke tengah meja untuk mendengar curhatan Vano.
“Jadi gini..." Vano mulai mengeluarkan kata. Didit, Yahya, Dino dan Heri pun memandang Vano dengan raut wajah yang serius menunggu kata apa selanjutnya yang akan Vano ucapakan. Vano yang dilihat teman-temannya dengan raut wajah serius pun malah tak melanjutkan ucapannya. Vano malah hanya melihati satu per satu wajah teman-temannya.
“Anju lu Van ditunggu juga, malah diam kek patung.” Kata Didit yang sebal.
“Lo punya utang ya Van? Bilang van bilang berapa?” Ucap Yahya menduga-duga kata yang akan Vano ucapkan.
“Emang lo mau bantu apa kalo Vano punya utang?!” sahut Heri.
“So pasti gue bakal bantu_” jawab Yahya dengan nada jeda.
“Bantu doa!!” kata Heri, Dino, dan Didit melanjukan jawaban Yahya.
“Hehehe, tahu aja lu pada.” Kata Yahya dengan menggaruk-garuk kepalanya yang sebenarnya tak gatal dan memasang wajah cengingisan.
“Lanjut Van curhatnya.” Ucap Didit kemudian.
“Jadi gini,” kata Vano mengulang ucapannya tadi. Dino, Yahya, Heri dan Didit pun kembali terfokus pada Vano, mereka menatap Vano dengan mata elang mereka.
“Mang bakso satu Mang, jadi gue laper.” Ucap Vano dengan menyenderkan badannya di kursi dengan ekspresi seakan tak berdosa karena telah membuat teman-temannya penasaran. Tingkah Vano yang seperti itu menjadikan teman-temannya saat detik itu juga menjadi cengo.
“Bodo ah mau gue di PHPin yang penting gue mau makan, saya juga satu Mang baksonya.” Ujar Didit.
# # #
“Uhhh, ni badan kok rasanya sakit semua.” Ucap Alana yang sedang menggeliatkan badannya karena ia baru terbangun dari tidurnya dengan mata yang masih setengah terbuka.
“Anj, ternyata gue belum mandi dari pulang sekolah.” Kata Alana yang baru menyadari bahwa ia belum mandi padahal jam sudah menunjukkan pukul 18:14.
Memang itu belum terlalu malam atau bahkan bisa dibilang masih sore, namun mandi di jam-jam segitu bukanlah kebiasaan Alana.
“Anak bunda udah bangun.” Ucap Bunda dari daun pintu kamar Alana.
“Bunda kok nggak bangunin Alana tadi.” Kata Alana.
“Maaf, bunda nggak tega bangunin kamu. Soalnya kamu tidurnya nyenyak banget sih.” Terus terang Bunda.
“Udah sana kamu cepet mandi, bunda sudah siapin makan. Tapi sebelumnya bunda mau pamit ke tempat kerja ayahmu untuk satu minggu ke depan.” Kata Bunda berpamitan.
“Bunda kok baru bilang sama Alana, Alana kan pengen ikut.” Ucap Alana yang diikuti dengan memanyunkan di bibirnya.
“Maaf, bunda juga nggak tahu soalnya, ayah kamu baru tadi siang bilang ke bunda.” Bunda memeluk anak perempuan satu-satunya itu.
“Jadi bunda mau pergi tanpa Alana nih?” tanya Alana memastikan.
“Iya maaf, kamukan di sini juga sekolah masa mau ikut. Udah dong jangan cemberut gini.” Kata Bunda.
“Bunda boleh pergi, tapi Alana beliin brownis coklat.” Pinta Alana.
“Ok, cepet sana mandi bau tau nggak.”
“Enak aja, nggak bau tauk.”
“Iya deh iya, bunda berangkat dulu ya.” Bunda masih memeluk Alana dan kemudian mengecup kening Alana.
“Ok, hati-hati ya Bun.”
# # #
Di tengah malam yang sunyi Arya tiba-tiba terbangun dan langsung lari keluar kamarnya.
“Tidak! Tidak! Tidak!” itulah suara yang membangunkan Arya dari tidurnya.
Arya yang panik langsung membuka pintu kamar yang berada di sebelah kamarnya. Kamar tersebut ialah kamar milik adik satu-satunya yaitu Alana.
“Tidak!Tidak! Itu tidak mungkin!” suara itu masih saja keluar dari bibir mungil Alana yang matanya masih terpejam dengan mengeluarkan air mata. Itu tertanda bahwa Alana mengigau. Arya yang mengetahuinyaa pun langsung mendekap Alana.
“Bangun Na, bangun.” Ucap Arya sembari mendekap Alana. Alana yang tadinya memejamkan matanya, kini sudah tersadar dan yang kini ia lakukan hanyalah menangis di dekapan Arya.
“Itu nggak mungkin kan Bang? Itu nggak mungkin.” Gumam Alana di dekapan Arya dengan menitikkan air mata. Arya yang melihat Alana seperti orang ketakutan pun masih terus mendekap Alana.
” Itu Cuma mimpi Na, kamu nggak usah takut ada Abang di sini.” Kata Arya menenagkan Alana. Alana pun masih tetep saja menangis didekapan Arya. “ Bang, Alana takut.” Gumam Alana lagi.
“Ssuuttt, ada Abang di sini. Coba kamu lihat Abang.” Arya mendongakkan kepala Alana ke wajahnya.
“Kamu lihat Abang, Abang di sini buat kamu. Jadi kamu nggak usah takut, Abang janji bakal jagain kamu di sini.” Kata Arya dengan menyapu air mata yang keluar dari mata Alana.
"Sebenarnya kamu mimpiin apa sih Na?" tanya Arya dalam hati.
Arya kembali mendekap Alana yang masih menangis dan menenagkan Alana dengan mengelus puncak kepala Alana. Jam yang semula menunjukkan pukul 00.22 kini sudah berubah arah menjadi 01:32. Itu menandakan satu jam lebih Arya menemani Alana. Kini Arya sudah merasa sedikit lega karena Alana sudah kembali tidur. Namun di sisi lain Arya masih bingung dan penasaran tentang apa yang Alana impikan hingga menjadikan Alana ketakutan.
“Semoga tidak akan terjadi apa-apa.” Hanya itu yang akhirnya terucap dari bibir Arya setelah memikirkan apa mimpi Alana tadi.
# # #